tirto.id - Direktur Utama PT Bio Farma (Bio Farma Group), Shadiq Akasya, mengakui akan menutup 5 dari 10 pabrik milik Kimia Farma (salah satu perusahaan bagian dari Bio Farma Group) dalam kurun waktu 3-5 tahun ke depan. Shadiq menuturkan bahwa langkah tersebut dilakukan dalam rangka pembenahan lini bisnis Holding BUMN Farmasi.
"Dengan banyaknya pabrik yang ada sekarang di PT Kimia Farma Tbk itu, ada 10 plan yang ada dan kita akan coba merencanakan untuk streamlining sampai dengan mungkin 3-5 tahun ke depan. Kita harapkan dengan 5 pabrik saja sudah cukup," kata Shadiq dalam rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi VI DPR RI, Jakarta, Rabu (19/6/2024).
Sementara itu, Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk, David Utama, menjelaskan bahwa jika pabrik-pabrik itu resmi ditutup untuk efisiensi, pihaknya tidak akan lalai dengan hak karyawan. Dia juga memastikan akan memberi hak sesuai peraturan Kementerian Ketenagakerjaan terkait pemutusan hubungan kerja (PHK).
"[Karyawan] akan kita jalankan secara peraturan kalau ada dampaknya. Pasti kita jalankan [hak karyawan] dengan adil sesuai peraturan yang ada," ungkap David saat dikonfirmasi usai RDP.
David juga menjelaskan bahwa Kimia Farma memang memiliki sejumlah masalah. Salah satunya disebutkan bahwa utilisasi pabrik yang terpakai tidak pernah melebihi 40 persen.
Satu-satunya cara untuk efisiensi adalah dengan merasionalisasi pabrik, meski bakal menimbulkan reaksi kontra.
"Jadi, hari ini kalau tidak mengambil keputusan untuk melakukan rasionalisasi pabrik, tanggung jawab kami tambah berat kerena membiarkan ini jadi masalah ke depannya," ungkap David.
Holding BUMN Farmasi diketahui tengah melakukan upaya-upaya perbaikan terhadap beberapa hal. Pertama, dari sisi struktur keuangan dengan merestrukturisasi kredit jangka pendek dan jangka panjang.
Holding BUMN Farmasi juga akan melakukan penataan kredit seperti dengan penurunan suku bunga. Kemudian, melakukan penjadwalan ulang terkait jatuh tempo angsuran.
Reorientasi bisnis juga menjadi fokus utama yang saat ini sedang berjalan. Hal itu dilakukan melalui penataan dan pengembangan produk yang tumpang tindih di Bio Farma Group.
Lebih lanjut, Holding BUMN Farmasi juga akan melakukan reorientasi bisnis melalui penataan kapasitas produksi dan rantai pasok yang terintegrasi, melakukan identifikasi dan eksekusi terhadap fasilitas produksi di PT Kimia Farma, serta penambahan fasilitas baru di Bio Farma.
Lalu, reorientasi bisnis juga akan dijalankan melalui penyertaan modal negara (PMN) dengan meningkatkan pengembangan kapabilitas. Kemudian, kapasitas perawatan kesehatan di Bio Farma Group juga akan ditingkatkan dengan mengembangkan ekosistem kesehatan digital.
Laporan terbaru Holding BUMN Farmasi memaparkan bahwa PT Indofarma Tbk tercatat mengalami penurunan pendapatan atau net income sebesar -41,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada 2023 atau setara minus Rp605 miliar.
Sementara itu, PT Kimia Farma Tbk dilaporkan memiliki net income minus Rp1,82 triliun pada 2023 dengan posisi keuangan yang juga minus 11,2 persen yoy atau Rp17,5 triliun.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Fadrik Aziz Firdausi