tirto.id - Christopher Farrel Millenio Kusuma, CEO sekaligus pendiri startup 'Kecilin', hilang misterius di tengah dugaan kasus pidana yang menjeratnya. Pemuda kelahiran Kota Yogyakarta, 1 Januari 2000 itu dilaporkan ke polisi atas dugaan tindak pidana penipuan atau penggelapan, sesuai Pasal 378 KUHP atau Pasal 372 KUHP.
Anggoro, salah satu terduga korban Farrel, mengatakan mengalami kerugian materi sampai Rp500 juta. Dia mengaku tidak sendiri, masih ada lima orang lainnya yang juga teridentifikasi sebagai korban dari Farrel.
Anggoro mengaku kenal Farrel sejak 2018. Perkenalan itu berawal dari hebohnya pemberitaan tentang Farrel yang datang ke kantor Google. Hingga akhirnya, mereka menjalin pertemanan.
“Benar saya cukup lama mengenal Farrel dari 2018. Kebetulan saat itu saya bekerja pada ekosistem inkubator dan akselerator start up di Yogyakarta,” kata dia dihubungi Tirto, Rabu (19/2/2025).
Sempat putus kontak, Farrel kembali menghubungi Anggoro pada Maret 2024 menggunakan akun Instagram produk dari 'Kecilin'. Bunyi pesan itu menanyakan kabar, kemudian jadi temu janji untuk bertemu.
“Dia chat untuk menanyakan kabar saya, kemudian mengajak saya untuk janjian ke rumahnya di jalan Palagan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),” kata dia.
Dalam pertemuan itu, Farrel menyatakan butuh pinjaman modal Rp600 juta untuk menyelesaikan pengembangan proyek pemerintah dengan nilai Rp13 miliar.
“Dia [Farrel] ngomong pinjam dulu Rp600 juta Mas Anggoro, ini ada bukti perjanjian kerja sama (PKS) [dengan salah satu kementerian]. Karena konteksnya, saya sudah tahu track record Farrel, saya tidak ada kecurigaan [akan ditipu]," ujar Anggoro.
Total dana yang telah ditranfer Anggoro pada Farrel hampir Rp200 juta dengan beberapa cara. Ada yang langsung transfer, diserahkan langsung, minta di transfer ke rekening orang lain, maupun lewat alamat dompet crypto.
Kecurigaan Anggoro terhadap Farrel sangat kuat muncul pada sekitar Oktober hingga puncaknya di awal November 2024. Saat itu dia dan beberapa korban lainnya mulai terhubung. Hingga akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan bahwa perbuatannya Farrel sudah kategori penipuan dan penggelapan uang.
Farrel beberapa kali sudah susah dihubungi. Namun sempat mengganti nomor kontaknya. Bukti kuat yang dimiliki Anggoro terkait dugaan tindak pidana Farrel adalah sertifikat tanah dan bangunan dengan atas nama pribadi.
“Dia meyakinkan saya untuk memberikan uang lagi dengan jaminan sertifikat. Dalam perkembangannya, ternyata itu sertifikat palsu yang ternyata sertifikat itu milik dari neneknya. Dipalsukan dengan duplikasi dan mengganti nama pemilik dengan nama Christopher Farrel," bebernya.
Anggoro saat itu masih menaruh kepercayaan pada Farrel. Sebab, Farrel berjanji akan mengembalikan semua pinjaman dalam waktu satu bulan di awal dia ngomong dengan saya.
“Total saya mentransfer dana ke Farrel hampir Rp200 juta. Namun, kalau ditotal kerugian saya sampai Rp500 juta. Itu akibat dari snowball effect [ada uang yang saya pinjam dari teman saya], projek saya hancur, posisi semua aset saya jual untuk membayar tim saya yang posisinya mengerjakan sebuah projek. Dan hancur gara-gara Farrel," ujarnya.
“Dengan kondisi tersebut, saya cukup depresi dan sempat mengasingkan diri dari teman-teman di lingkungan startup yang ada di Yogyakarta," imbuh Anggoro.
Anggoro dapat bertemu dengan korban Farrel yang lainnya berdasar konfirmasi. Salah satu korban lain dari Farrel bertanya kepadanya kebenaran projek bersama Farrel-Anggoro.
Anggoro dan para korban dari Farrel akhirnya sepakat untuk melaporkan dia ke Polresta Sleman. Anggoro menjadi pihak yang memiliki bukti paling kuat, atas dugaan tindak pidana penipuan atau penggelapan yang dilakukan Farrel.
Berkas dugaan penipuan ini berupa perjanjian kerja sama (PKS) palsu dengan suatu kementerian yang ditunjukkan Farrel pada Anggoro. Selain itu, Anggoro juga menyimpan setifikat tanah palsu yang diberikan Farrel sebagai jaminan pinjaman.
Kini, Farrel dikabarkan hilang secara misterius di Pantai Pandan Payung, Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul pada Minggu (9/2/2025). Anggoro menduga hal itu hanya alibi Farrel untuk menghindar setelah dilaporkan ke Polresta Sleman.
“Pola-pola ini [berupaya menghilang] sudah sering dilakukan oleh Cristopher Farrel ketika korban sudah sadar ditipu. Sehingga dia berupaya melakukan tindakan manipulatif untuk menghilangkan diri," sebut Anggoro.
Kecurigaan Anggoro itu bukan tidak berdasar, sebab hingga saat ini pihak keluarga Farrel tidak membuat laporan orang hilang.
“Kecurigaan kami, bahwa keluarga Christopher Farrel tidak membuat laporan orang hilang setelah kejadian dan dimintai keterangan oleh pihak kepolisian. Ini menjadi tanda tanya besar hingga sekarang dan sangat aneh, tidak ada pelaporan ke polisi terkait orang hilang,” kata dia.
Laporan Anggoro terhadap Christopher Fareel Millenio Kusuma dikonfirmasi oleh Polresta Sleman dengan nomor LP/636/XI/2024/SPKT/POLRESTA SLEMAN/POLDA DI YOGYAKARTA tertanggal 06 November 2024.
Humas Polresta Sleman, Iptu Salamun, mengatakan progres laporan tersebut kini di tahap proses penyelidikan.
“Penyidik akan selalu menyampaikan perkembangan perkaranya kepada korban atau pelapor,” kata Iptu Salamun, dihubungi Rabu (19/2/2025).
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Abdul Aziz