Menuju konten utama

Sebanyak 26 Korban Masih Hilang Tertimpa Longsor di Ponorogo

BNPB mengumumkan longsor di  di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, yang terjadi pada Sabtu pagi, diperkirakan masih menimbun 26 korban.

Sebanyak 26 Korban Masih Hilang Tertimpa Longsor di Ponorogo
(Ilustrasi) Pekerja mengoperasikan alat berat untuk menyingkirkan material longsor yang menutup jalan nasional Trenggalek-Ponorogo Kilometer 17 Desa Nglinggis, Trenggalek, Jawa Timur, Jumat (27/1/2017). Upaya normalisasi itu diperkirakan membutuhkan waktu 2-3 hari akibat banyaknya material longsor yang menimbun akses jalan utama penghubung dua kabupaten itu hingga radius 50 meter. ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko.

tirto.id - Sebanyak 26 korban masih hilang karena diduga tertimbun longsor di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Sampai Sabtu sore, berdasar laporan resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tim penyelamat baru menemukan satu korban meninggal. Mereka masih mencari 26 korban hilang lainnya.

"Diperkirakan 26 orang masih tertimbun longsor," kata Kepala Pusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya pada hari ini seperti dilansir Antara.

Longsor tersebut meruntuhkan tebing setinggi 100 meter pada Sabtu pagi pukul 08.00 WIB (1/4/2017). material longsor memanjang dari bukit sekitar 800 meter dan tinggi sekitar 20 meter. Sebanyak 23 rumah terdampak oleh longsor dengan sebagiannya tertimbun, rusak berat dan rusak sebagian.

Kejadian longsor itu ditandai bunyi gemuruh pada pukul 07.30 WIB. Kemudian pada pukul 08.00 WIB bencana longsor terjadi disertai dengan suara riuh reruntuhan tanah yang menerjang permukiman dan ladang penduduk di RT 02 dan 03 (keduanya RW 01) Dusun Tangkil, Desa Banaran. Kawasan permukiman ini ditempati sekitar 50 orang.

Ketika longsor terjadi, menurut Sutopo banyak warga sedang melakukan panen jahe di bawah lereng perbukitan.

Pada kejadian bencana tersebut, sebagian masyarakat berhasil menyelamatkan diri. Tercatat 17 orang mengalami luka-luka dan dirawat di Puskesmas Pulung. Sejumlah hewan ternak milik masyarakat diperkirakan ikut tertimbun material longsor.

Sutopo mengimbuhkan sebenarnya tanda-tanda longsor sudah diketahui masyarakat sejak 20 hari terakhir. Hujan deras menyebabkan munculnya retakan-retakan di perbukitan. Dari peta rawan longsor, Desa Banaran merupakan daerah dengan potensi longsor tinggi.

Sejak adanya tanda-tanda longsor, masyarakat mengungsi sementara pada malam hari. Pada siang hari kembali ke rumah melakukan aktivitas sehari-hari.

Pada Jumat malam kemarin, menurut laporan warga yang diterima Sutopo, terjadi hujan lebat meski tidak terjadi longsor. Naas, longsor malah terjadi di Sabtu pagi justru ketika hujan lebat mereda dan warga menganggap situasi sedang aman.

Posko BNPB terus melakukan berkoordinasi dengan BPBD setempat. BPBD Provinsi Jawa Timur juga mengirimkan bantuan kepada BPBD Ponorogo. Posko bencana kini juga telah didirikan di lokasi bencana. Tim SAR yang berupaya mencari korban merupakan gabungan dari Koramil, Polsek Pulung, Tagana, BPBD Ponorogo, Dinas Kesehatan dibantu relawan dan masyarakat setempat.

Data BPBD Ponorogo mencatat, terdapat empat kecamatan di wilayah setempat yang rawan terjadi bencana longsor akibat tanah retak. Yakni Kecamatan Ngebel, Sawoo, Pulung, dan Slahung. Bahkan pada awal bulan Maret, tanah retak meluas ke wilayah Kecamatan Badegan.

Sejumlah rumah warga di lima kecamatan tersebut sebagian ada yang bangunannya mengalami retak akibat tanah gerak. Pihak BPBD Ponorogo terus melakukan pemantauan dan melakukan koordinasi dengan BNPB, TNI, Polri, dan pihak terkait lainnya.

Baca juga artikel terkait LONGSOR atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom