Menuju konten utama
Pandemi COVID-19

Satgas Paparkan Lima Klaster Besar COVID-19 Akibat Kerumunan

Kelima klaster tersebut; klaster GPIB Bogor, klaster seminar tanpa riba, klaster Ijtima Gowa, klaster gereja Bethel Lembang, & klaster ponpes Temboro.

Satgas Paparkan Lima Klaster Besar COVID-19 Akibat Kerumunan
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito di Graha BNPB Jakarta, Minggu (5/4/2020). ANTARA/HO-Youtube BNPB Indonesia

tirto.id - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito kembali mengingatkan masyarakat untuk tidak berkerumun di masa pandemi COVID-19.

Wiku lantas menyampaikan daftar kasus-kasus temuan pemerintah dalam menangani COVID-19 di tahun 2020 dalam konferensi pers secara daring, Kamis (26/11/2020)..

Pertama adalah klaster sidang GPIB Sinode yang dihadiri 685 peserta di Bogor, Jawa Barat. Dalam klaster ini, setidaknya pemerintah menemukan 24 kasus yang ditemukan di 5 provinsi di luar Bogor, yakni Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan NTB.

Kedua adalah klaster kegiatan bisnis tanpa riba. Setidaknya ada 24 kasus terekam dari acara yang melibatkan 200 peserta. 3 dari 24 kasus meninggal dunia dan kasus tersebut tersebar di 7 provinsi.

Ketiga adalah klaster Gereja Bethel di Lembang, Jawa Barat. Di kasus ini, sekitar 35 persen orang dari total peserta mencapai 200 orang terpapar COVID-19.

Kemudian ada klaster Ijtima Gowa. Klaster ini menghasilkan 1.248 kasus dari total jemaah yang hadir mencapai 8.761 orang. Ribuan warga positif COVID-19 ini tersebar di 20 provinsi Indonesia.

Lalu ada klaster Pondok Pesantren Temboro. Setidaknya ada 193 kasus tercatat dari klaster ini. Klaster ini memapar 6 provinsi dengan 14 kabupaten kota dan 1 negara lain.

"Jadi tidak heran klaster tersebut terjadi karena kerumunan di masyarakat dan masyarakat sulit jaga jarak," kata Wiku.

Wiku pun mengaitkan fenomena Indonesia dengan kejadian penularan di kapal MV Diamond Princess yang mengangkut sekitar 4.000 penumpang. Para penumpang harus dikarantina dalam kondisi penuh sesak dan jaga jarak sehingga 17 persen penumpang terpapar COVID-19. Oleh karena itu, Wiku mengajak masyarakat untuk menjaga jarak.

"Berbagai pengalaman ini akibat kerumunan yang terjadi sesuai dengan penelitian tahun 2020 yang menyatakan bahwa kemungkinan adanya hubungan dua arah antara kerumunan dan penyebaran penyakit menular. Ini penting untuk jadi perhatian publik agar kerumunan dihindari," kata Wiku.

Wiku mengingatkan kalau proses inkubasi virus COVID-19 berlangsung 5 hari dengan rata-rata gejala muncul 2 hari kemudian. Tiga hari kemudian adalah momen yang menjadi krusial untuk mencari penderita COVID-19 sebelum virus semakin meluas.

"Saya minta kesadaran agar tidak berkerumun. Jangan gegabah dan egois," kata Wiku.

Baca juga artikel terkait KLASTER COVID-19 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Restu Diantina Putri