tirto.id - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan kesemrawutan yang ada di Tanah Abang tak hanya disebabkan oleh Pedagang Kaki Lima (PKL). Menurut dia, banyaknya jumlah pejalan kaki dan angkutan umum di sana juga menjadi faktor utama pemicu kesemrawutan.
Sandiaga mengatakan tingginya jumlah pejalan kaki dari dan menuju ke arah stasiun Tanah Abang menyebabkan arus lalu lintas di sekitar pusat grosir terbesar di Asia Tenggara itu tersendat.
"(PKL) ada tapi jumlahnya enggak banyak. Cuma di bawah 300 jumlahnya jadi kalau ditata enggak akan luar biasa," kata Sandiaga di Balai Kota, Jakarta Pusat, pada Senin (6/11/2017).
Sandiaga menyampaikan hal ini usai melihat hasil pengamatan menggunakan drone di sekitar pasar dan stasiun Tanah Abang. Bahkan, menurut Sandiaga, jika dibandingkan dengan lokasi lainnya, PKL di Tanah Abang masih terbilang sedikit.
"Coba bandingkan dengan di Lokbin (Lokasi Binaan) di Kota Tua. Jumlahnya jauh, jadi bukan PKL penyebab utama," kata dia.
Sementara itu, menurut anggota Dinas Perhubungan (Dishub) yang bertugas di Kecamatan Tanah Abang, M Imam, ketidakteraturan jalan di skeitar Pasar Tanah Abang memang bukan lagi disebabkan oleh PKL atau angkutan umum dan kendaraan pribadi saja yang parkir sembarangan. Para penyeberang jalan yang membludak juga memicu kemacetan.
Imam mengatakan kemacetan terutama terjadi hanya setiap Senin dan Kamis karena adanya pasar tasik, yang sudah ada sejak lima tahun lalu, di sepanjang trotoar Pasar Tanah Abang. Tampak pedagang di sepanjang trotoar tetap dalam pengawasan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Namun, menurut Imam kemacetan terjadi pada jam-jam tertentu dan itu pun tidak terlalu lama.
"Kemacetan yang terjadi ini tidak lama dari sebelumnya. Mulai dari jam sibuk pekerja sampai di bawah jam sembilan siang, setelahnya kembali lancar," kata dia.
Saat Joko Widodo menjabat Gubernur DKI Jakarta, PKL dan parkir liar di kawasan belanja terbesar se-Asia Tenggara itu sempat berhasil ditertibkan hingga aktivitasnya tidak lagi memakan trotoar dan badan jalan. Para pedagang dan pemilik kendaraan yang sering parkir liar diberi ruang agar tak lagi mengambil jatah ruang para pejalan kaki. Belakangan, aktivitas para PKL kembali memadati trotoar di jalan sekitar pasar Tanah Abang dan menimbulkan kemacetan.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Addi M Idhom