tirto.id - Bukan rahasia lagi bahwa konservasi alam sedang berada di level yang berbahaya. Berbagai hewan termasuk yang langka terancam punah dan tumbuhan-tumbuhan pun mengalami kekeringan di beberapa bagian di dunia.
Faktor yang bertanggung jawab akan hal tersebut salah satunya adalah perubahan cuaca yang cukup ekstrim.
Ada banyak sekali kampanye maupun kegiatan sosial yang memperjuangkan kembali pelestarian alam.
Namun, pernahkah anda mendengar lagu-lagu yang dibuat untuk memprotes dunia yang dirusak oleh perubahan iklim? Zambia punya salah satunya.
Diambil dari artikel yang diunggah oleh National Geographic, Maureen Lupo Lilanda, seorang musisi terkenal Di Zambia melahirkan sebuah lagu yang ditujukan untuk meminta para masyarakat sadar akan pentingnya melestarikan alam dan hewan.
Bersama musisi lainnya yaitu Theresa N'gambi, James Sakala, dan Pompi dan Shaps Mutambo, lagu tersebut diberi judul ‘Samalilani’ yang berarti menjaga.
Menurut Lilanda, desa Zambia tidak memiliki sistem irigasi, selama beberapa dekade mereka hanya mengandalkan siklus hujan yang turun secara alami untuk membawa kehidupan ke tanah mereka. Dalam 20 tahun terakhir, Lilanda memperkirakan hujan itu sudah lama berhenti.
"Terpikir oleh saya bahwa banyak hal telah berubah," katanya. "Begitu saya memahaminya, saya merasa penting sekali untuk mengubah pola pikir."
Lilanda ingin orang-orang mengerti bagaimana penggundulan hutan dan pembakaran arang bisa mengubah rumah mereka secara permanen.
Penyanyi ini telah memulai kariernya di usia muda dan menjadi salah satu artis yang paling dikenal di Zambia dengan banyak pengikut. Lirik-lirik lagu yang ditulis bertema tentang konservasi dan dunia alam.
Hingga kini, dia adalah salah satu dari sekian banyak penyanyi di Afrika Selatan dan Timur yang menggunakan musik untuk menyampaikan pesan tentang beradaptasi dan mencegah perubahan iklim.
Video lagu Samalilani dimulai dengan cuplikan tentang gundulnya pohon, hutan, yang terbakar, tanah yang gersang, hewan-hewan, hingga kemudian berlanjut kepada tempat-tempat alami yang lain.
"Jika kami membuat lagu ini terdengar seperti iklan, orang tidak akan mendengarkannya. Samalilani harus terasa seperti lagu, ”kata Sakala, salah seorang personil yang ikut membuat Samalilani kepada National Geographic.
Samalilani memadukan gaya musik khas Zambia yang disebut kalindula dengan menampilkan tempo yang cepat dan suara gitar bass.
Bagi Sakala, lagu itu menyebarkan pesan tentang konservasi dan melestarikan gaya musik tradisional negaranya.
Sebelumnya pada Senin, (8/10/2018), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis ringkasan 6.000 laporan iklim secara global yang disusun oleh hampir 100 orang ahli yang masing-masing telah menjalani peninjauan oleh ratusan ilmuwan sebelum dipublikasikan.
Dalam laporan ini, disimpulkan bahwa jika cara hidup manusia tidak diperbaiki menjadi dalam kurun waktu sebelas tahun, maka diperkirakan pada tahun 2030 kita akan menghadapi bencana kekeringan, banjir, badai, penyakit, dan migrasi yang tidak dapat diperbaiki.
Hal ini kemungkinan akan menyebabkan peningkatan perdagangan manusia, eksploitasi, dan pelecehan, sejumlah masalah kesehatan dan kemanusiaan lainnya.
Editor: Yandri Daniel Damaledo