Menuju konten utama

Saat Orang-Orang Nikkel Mengubah Lahan Sampah Jadi Berkah

Mengubah jalan yang dipenuhi sampah menjadi taman herbal bukan sekadar membuat tempat kotor jadi bersih, tapi ini juga terkait dengan mengubah cara hidup masyarakat.

Saat Orang-Orang Nikkel Mengubah Lahan Sampah Jadi Berkah
Kepala Desa Nikkel, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Basar Jalali Tosalili (kiri) sedang menjelaskan taman herbal kepada para wartawan tirto.id/Jay Akbar

tirto.id - Desa kita satu ini barang kali terdengar asing di telinga, namanya Nikkel. Bersama tiga desa lainnya yakni Sorowako, Matano, dan Nuha, Desa Nikkel secara administratif masuk Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Orang-orang di Desa Nikkel hidup seperti kebanyakan penduduk desa lain. Mereka berternak, berkebun, berdagang, nelayan, pekerja tambang, dan pegawai swasta atau pemerintah.

Saya bersama belasan jurnalis berkunjung ke Desa Nikkel pada Jumat 2 Agustus 2019 atas undangan PT Vale Indonesia. Matahari pagi menyambut keberangkatan kami dari penginapan yang ada di area perusahaan menuju Desa Nikkel.

Dari balik kaca jendela bus, kami hanya melihat rumah-rumah penduduk, warung kelontong, rumah ibadah, sekolah, pasar, dan kantor polisi. Hingga akhirnya bus kami menepi dan berhenti di sebuah taman.

Plang kayu berukuran sekitar 1 meter x 0,5 meter bertuliskan “Tanaman Herbal Nikkel Moahi Lalo” menyambut kedatangan kami. Dari dua kata awalnya kita tahu ini taman menyediakan tanaman-tanaman herbal. Sedangkan dua kata terakhir: “Moahi Lalo” berasal dari bahasa lokal yang artinya bagus sekali.

“Di sini dulu kotor sekali, tempatnya orang buang sampah, kotoran sapi, pokoknya tidak terurus,” kata Basar Jalali Tosalili, Kepala Desa Nikkel saat menceritakan asal muasal taman herbal ini kepada kami.

Semua bermula pada 2016. Basar yang lama merantau meninggalkan desanya kembali pulang untuk mengikuti pemilihan kepala desa. Ia menang. Dan program prioritasnya adalah mengubah wajah jalan utama desa yang lama ditimbuni sampah, rumput liar, dan kotoran ternak.

Mengubah Kebiasaan Lama

Basar sadar pekerjaannya tak gampang. Ini bukan sekadar urusan mengubah tempat kotor jadi bersih. Tapi ini juga tentang mengubah kebiasaan lama sebagian masyarakat. Basar bilang upayanya sempat ditentang sebagian warga. Mereka beralasan meski ditumpuki sampah area ini juga jadi tempat favorit sapi ternak mencari makan lantaran banyaknya rumput liar dan ilalang yang tumbuh.

Tapi Basar bergeming. Bersama aparatur desa dan ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) mereka mulai bekerja mengubah area sepanjang 250 meter dan lebar 10 meter dari tempat pembuangan sampah menjadi taman yang indah. Secara khusus, sekali dalam sepekan, Basar mewajibkan pegawainya kerja bakti di area taman dari pagi hingga siang. "Saya tidak peduli meski pada awalnya pegawai saya sendiri melakukannya dengan wajah cemberut," ujar Basar.

Pelan-pelan sikap resisten sebagian warga berubah begitu melihat konsistensi Basar bersama aparaturnya. Warga sukarela mulai membantu proses pembuatan taman. Area yang semula dipenuhi sampah perlahan mulai dirimbuni ratusan jenis tanaman herba yang punya khasiat beraneka macam. Mulai dari obat kolesterol, penyubur wanita, obat stamina kejantanan pria, bedak kecantikan, obat TBC, obat demam, dan flu.

“Ini masih masuk lokasi konsesi PT. Vale, dari situ saya kemudian berinisiatif bersama warga, ibu-ibu disini untuk menanam tanaman herbal, awalnya kita kerjakan secara manual saja,” kenang Basar.

Sinergi Perusahaan dan Masyarakat

Iskandar Ismail dari Social Development Program (SDP) Officer PT Vale Indonesia biasa hilir mudik dari kantornya yang berada di Desa Nuha ke Desa Nikkel. Perubahan di Jl. Benteng Desa Nikkel, Kecamatan Nuha, Kab Luwu Timur tampak dari tumpukan sampah dan alang-alang menjadi rimbunan tanaman herbal menarik perhatiannya. Dari situ ia membuka komunikasi dengan warga soal hal-hal apa yang mereka butuhkan.

Kepada perusahaan warga mengusulkan dibuatkan program pelatihan agar tanaman herbal mereka bisa memberi manfaat kesehatan sekaligus ekonomi. Pada Juni 2016 perusahaan akhirnya membuka program penyuluhan di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K). “Bibit di toga ini awalnya dibuat pembibitan di BP3K yang dikumpul dari sebagai daerah se-Indonesia,” ujar Ismail.

Perusahaan juga membantu warga dalam penyediaan pupuk organik, dan penambahan jenis bibit baru dari berbagai daerah di Indonesia. Warga juga diberipenyuluhan manfaat, produksi, dan pengemasanan tanaman sebagai obat herbal. “Ada 130 tanaman herbal yang dibudidayakan seperti bawang hutan, Jahe, daun mangkok, daun dewa, mahkota dewa, sambiloto, kunyit, sirih, cinak duri, pucuk kuda, dan beberapa jenis lainnya."

La Ode M. Ichman dalam laporan berjudul “Mengintip Pelatihan Tanaman Herbal Organik Terpadu di Nuha” pada 24 Juni 2016 menyebut ada sekitar 35 peserta dari penggerak PKK yang mengikuti pelatihan pemanfaatan tanaman herbal di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) dari tanggal 22-25 Juni 2016.

Anggaran pelatihan bersumber dari dana Program Mitra Desa Mandiri (PMDM) PT Vale Indonesia Tbk untuk Kecamatan Nuha. Pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mengoptimalkan sumber daya lokal yang tersedia di alam. “Narasumber pelatihan didatangkan dari Yayasan Aliksa Organik SRI yang merupakan mitra kerja PT Vale Indonesia Tbk,” tulis Ichman seperti dikutip darilutimterkini.com.

Ketua TP PKK Luwu Timur Dra. Hj. Puspawati Husler yang hadir dalam pembukaan pelatihan menyinggung soal pentingnya tanaman herbal di tengah pola hidup instan masyarakat. Ia mencontohkan kebiasaan masyarakat menyemprotkan pestisida saat melihat ada serangga terbang di tanaman mereka. Padahal bisa jadi serangga itu adalah pemangsa hama. “Yang lebih ekstrem lagi adalah mencelupkan sayuran ke dalam ember yang berisi air dan pestisida,” kata Puspawati.

“Perilaku tersebut memunculkan berbagai jenis penyakit bagi manusia.”

Puspawati berharap kehadiran tanaman herbal bukan saja bisa menekan biaya pengobatan warga saat sakit tapi juga membuat masyarakat mulai terbiasa dengan gaya hidup sehat alamiah. “Mari menekan biaya pengobatan dengan menanam dan mengolah sendiri obat herbal yang bahannya diambil dari tanaman obat keluarga. Prosesnya mudah, murah, sederhana, dan aman,” ajak Puspawati.

Keterlibatan PT Vale Indonesia dalam pengembangan tanaman herbal warga Desa Nikkel selaras dengan visi misi dan nilai-nilai yang dianut perusahaan. "PT Vale berkomitmen kuat untuk menerapkan operasi tambang berkelanjutan dan memastikan keberadaan perusahaan mendatangkan manfaat bagi masyarakat sekitar, serta dapat mendukung setiap upaya bersama untuk menjaga kelestarian lingkungan," kata Presiden Direktur PT Vale Indonesia Nicolas D. Kanter.

Prinsip perusahaan menerapkan operasi tambang berkelanjutan yang ramah lingkungan tergambar dari investasi senilai 3,9 juta dolar AS untuk membeli mesin boiler berbahan bakar listrik. Emiten berkode saham INCO ini mengklaim boiler yang mereka gunakan sejak Mei 2019 bebas emisi karena digerakkan oleh pembangkit listrik tenaga air (PLTA) milik perusahaan. "Boiler ini mendapat suplai langsung dari PLTA kami, berbeda pada model sebelumnya menggunakan bahan bakar HSFO (high sulfur fuel oil),” ujar Bayu Aji, Senior Manager Communications PT Vale di Sorowako kepada kami.

“Sehingga bisa dikatakan nol emisi.”

Karena bekerja lebih efisien menggunakan tenaga PLTA, Bayu menyebut perusahaan bisa menghemat sekitar USD 5 juta per tahun atau setara dengan Rp 70 miliar.

Di saat bersamaan apa yang disebut Nicolas soal memberi manfaat bagi masyarakat sekitar benar-benar dirasakan Basar dan warganya. Kini tanaman herbal mereka sudah mendapat sertifikasi layak konsumsi. Melalui toko online penjualannya telah menembus pasar nasional. Taman herbal di Desa Nikkel juga mejadi pilot project yang acap dikunjungi banyak pejabat dari luar daerah, seperti dari gubernur Papua, Kemendagri, dan Kementrian Desa. Masyarakat setempat pun juga sudah percaya khasiat-khasiat produk herbal di tempat ini dan banyak yang telah mempergunakannya sebagai obat.

Sampah yang dulu tak bernilai apa-apa kini menjadi berkah yang menambah penghasilan masyarakat.

“Vale bantu kami, apa yang kami perlukan,” tutup Basar.

Baca juga artikel terkait TANAMAN HERBAL atau tulisan lainnya dari Jay Akbar

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Jay Akbar
Penulis: Jay Akbar
Editor: Abdul Aziz