tirto.id - Beragam pernyataan dan tindakan Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno berhasil membikin Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo dan Ma’ruf Amin waspada. TKN mengingatkan anggotanya tak terbawa narasi yang dibangun tim Prabowo.
Sekretaris TKN Jokowi-Ma’ruf, Hasto Kristiyanto mengimbau tim sukses tidak terpancing narasi dari pasangan calon nomor 02 karena dianggap terlalu emosional dan menyederhanakan masalah negara ke harga bahan pokok.
Hasto menyebut, padahal tidak ada keberhasilan Prabowo yang diingat masyarakat.
“Kalau tidak percaya, setiap ketemu rakyat, coba tanyakan apa tiga keberhasilan Pak Prabowo? Bertanya kalau perlu kasih hadiah, pasti itu pertanyaan yang tidak mudah dijawab masyarakat,” kata Hasto dalam keterangan tertulisnya, Rabu (26/12/2018).
Imbauan Hasto diapresiasi Wakil Ketua TKN Abdul Kadir Karding. Politikus PKB ini menganggap TKN memang harus fokus dengan narasi keberhasilan Jokowi. Namun, Karding menekankan keputusan fokus pada narasi sendiri bukan berarti menutup mata atas “serangan” kubu Prabowo.
“Menjawab, menanggapi, mengklarifikasi apa yang datang dari Pak Prabowo tetap harus dilakukan agar tidak menjadi keyakinan, kebohongan, dan kepalsuan yang terus direpetisi. Cuma jangan terbawa pada mainan dan isu yang dibawa mereka,” kata Karding kepada reporter Tirto.
Karding menyebut TKN punya strategi untuk menyampaikan narasi untuk menumbangkan narasi Prabow0-Sandi. Namun Karding tidak mau memberi penjelasan lebih lanjut terkait narasi tersebut.
Kubu Jokowi Dituding Takut dan Antikritik
Dihubungi terpisah, Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Ferdinand Hutahaean menilai imbauan Hasto mengindikasikan elektabilitas Jokowi-Ma’ruf tengah terancam.
“Mereka semakin menyadari perbincangan publik yang positif didominasi Prabowo-Sandi dan perbincangan negatif didominasi Jokowi-Ma’ruf,” kata Ferdinand kepada reporter Tirto.
Ferdinand percaya kondisi ini muncul karena sentimen masyarakat yang semakin menunjukan kebencian kepada Jokowi-Ma’ruf dan memilih Prabowo-Sandi. Ia mengklaim situasi ini tak lepas dari hasil survei beberapa lembaga yang menunjukan elektabilitas Prabowo-Sandi meningkat, sedangkan Jokowi-Ma’ruf stagnan.
“Maka wajar TKN menjadi panik dan ketakutan kalau Jokowi makin tenggelam,” ucap Ferdinand.
Pada sisi lain, Ferdinand memandang Jokowi-Ma’ruf antikritik dengan tak mau terlibat dalam narasi yang dibangun Prabowo-Sandi. Ia juga menuding kubu Jokowi-Ma’ruf hendak main aman.
“Mereka ingin main sendiri, bikin dunia sendiri dengan puji-puji sendiri untuk menyenangkan Jokowi-Ma’ruf,” ujar Ferdinand.
“Mereka tidak peduli dengan situasi dan cenderung menutup telinga atas suara teriakan rakyat. Antikritik.”
Terlambat Ditangani
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai imbauan Hasto sebenarnya bertujuan mencegah TKN hanyut dalam narasi yang dibangun kubu Prabowo-Sandi yang dinilainya cenderung menyerang dan mengkritik. Namun, imbauan ini sudah sedikit terlambat.
Analisis Ujang berkelindan dengan keputusan Ketua TKN Erick Thohir yang malah mau bersikap menyerang dalam sisa kampanye mendatang. Kondisi ini dinilai Ujang tidak sinkron dengan imbauan Hasto.
“Selama ini memang setiap oposisi mengkritik dijawab dengan sesuatu yang keras pula. Itu persoalannya. Sejatinya kalau mengkritik dijawab dengan prestasi-prestasi kinerja itu,” kata Ujang kepada reporter Tirto.
Meski demikian, Ujang berharap pernyataan Hasto bukan berarti menutup kritik oposisi kepada pemerintah. Pemerintah, melalui menteri ataupun TKN harus tetap bisa menjawab pernyataan kubu Prabowo dan menunjukan capaian kinerja yang baik.
“Jangan sampai dia alergi termasuk dari oposisi. Ketika antikritik, itu yang berbahaya,” kata Ujang.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Mufti Sholih