tirto.id - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat 92 poin atau 0,85 persen di level Rp14.888 per USD pada perdagangan Kamis (2/2/2023). Adapun pada penutupan sebelumnya Rupiah juga sempat menguat berada di level Rp14.975 per USD.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan mata uang Garuda ini dipicu oleh kenaikan suku bunga Federal Reserve atau The Fed. Bank Sentral AS itu memutuskan menaikan suku bunganya 25 basis poin yang kini berada pada kisaran 4,50 - 4,75 persen.
"Dolar merosot ke level terendah sembilan bulan bahkan setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga, dengan pasar bertaruh bahwa perlambatan ekonomi AS akan memaksa bank tersebut membalikkan sikap hawkishnya tahun ini," kata Ibrahim dalam analisanya kepada wartawan.
The Fed menaikkan suku bunga seperti yang diharapkan, dan mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk terus menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi yang tinggi. Ketua Fed Jerome Powell juga menyatakan ketidakpastian mengenai di mana suku bunga akan mencapai puncaknya.
Tetapi komitmen bank untuk terus menaikkan suku bunga meningkatkan ekspektasi perlambatan ekonomi AS tahun ini, yang pada gilirannya mendorong taruhan bahwa Fed dapat mulai memangkas suku bunga paling cepat pada paruh kedua tahun 2023.
"Gagasan ini memukul dolar, dengan indeks dolar dan indeks berjangka dolar jatuh 0,3 persen pada hari Kamis. Kedua instrumen telah anjlok lebih dari 1 persen setelah pengumuman Fed, dan diperdagangkan pada level terlemahnya sejak April 2022," katanya.
Sementara dari dalam negeri, penguatan Rupiah didorong oleh pasar yang merespon positif terhadap rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari 2023 menurun dibandingkan inflasi bulan sebelumnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi IHK pada Januari 2023 tercatat 0,34 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,66 persen (mtm). Realisasi inflasi (mtm) tersebut terutama didorong oleh penurunan inflasi kelompok volatile food dan administered prices.
Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan tercatat 5,28 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 5,51 persen (yoy). Sedangkan inflasi inti pada Januari 2023 terkendali dan tercatat sebesar 0,33 persen (mtm), meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,22 persen (mtm).
Peningkatan inflasi inti sejalan dengan pola musiman awal tahun, terutama terjadi di inflasi komoditas sewa rumah dan kontrak rumah. Secara tahunan, inflasi inti Januari 2023 tercatat sebesar 3,27 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,36 persen (yoy).
Inflasi kelompok volatile foods Januari 2023 menurun dari perkembangan bulan sebelumnya. Kelompok volatile foods mencatat inflasi sebesar 1,40 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 2,24 persen (mtm).
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin