tirto.id - Korea Utara kembali meluncurkan rudal balistik sejauh 700 km pada Minggu (14/5/2017). peluncuran tersebut dilakukan hanya berselang beberapa hari setelah pemimpin Korea Selatan yang baru Moon Jae-in menyatakan bersedia untuk membuka dialog dengan Korea Utara.
Menurut laporan militer Korea Selatan yang dikutip Reuters, rudal itu diluncurkan dari Kusong di sisi Barat Laut Pyongyang pada pukul 05.27 pagi waktu Seoul. Lokasi tersebut juga pernah digunakan untuk peluncuran rudal pada Februari Lalu.
"Presiden Korea Selatan tetap membuka kesempatan berdialog dengan Korea Utara. Hal itu hanya bisa dilakukan jika Korea Utara memperbaiki sikapnya," kata staf Presiden Korea Selatan, Yoon Young-chan.
Peluncuran rudal Korea Utara semakin membuat kedua negara jauh dari kata damai. Jangankan berdamai, dialog untuk berdamai hingga kini tak pernah tercipta antara kedua belah pihak. Namun, menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, Cina dapat memainkan peran penting dalam perdamaian Korea Utara dan Korea Selatan.
"Posisi Indonesia dalam hal ini jelas bahwa kami memandang peran Cina sangat penting dalam memelihara stabilitas di Semenanjung Korea," ujar Arrmanatha.
Cina adalah negara yang paling dekat dengan Pyongyang. Negara tersebut dapat menjadi mediator. Indonesia pun turut mendorong terciptanya perdamaian di Semenanjung Korea dengan menjadi penengah karena memiliki hubungan diplomatik dengan kedua negara. Semenanjung Korea pun menjadi pembicaraan Presiden Jokowi dan Presiden Xi Jinping di Beijing.
Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menanggapi pengembangan rudal jarak jauh Korea Utara dengan semakin memperkuat hubungannya dengan Amerika Serikat dan mendukung Korea Selatan dalam konflik Semenanjung Korea.
Korea Utara menjadi perhatian dunia sejak melakukan uji coba rudal balistik. Sanksi PBB tahun 2006 berupa larangan bagi Korea Utara mengimpor atau mengekspor beberapa jenis alutsista seperti tank tempur, kendaraan lapis baja, artileri, pesawat helikopter, kapal perang dan peluru kendali tak mampu menekan Korea Utara.
Sanksi yang datang ditanggapi Korea Utara dengan semakin gencar melakukan uji coba rudal. Terhitung hampir setiap bulan dalam tahun 2017 Korea Utara meluncurkan rudal balistik. Kecaman dari negara-negara lain pun tak didengar termasuk dari Korea Selatan.
Bantuan Korea Selatan
Korea Selatan adalah salah satu negara yang menjatuhkan sanksi kepada Korea Utara. Sanksi Korea Selatan itu dimulai sejak 2010. Namun terlepas dari berbagai persoalan politik kawasan, pemerintah Korea Selatan tetap mengizinkan kelompok-kelompok sipil untuk menawarkan bantuan kemanusiaan kepada penduduk Korea Utara melalui organisasi internasional.
“Meskipun ada sanksi baru, tidak akan mengubah sikap pemerintah bahwa Seoul akan terus menawarkan bantuan kemanusiaan kepada warga Korea Utara termasuk bayi dan ibu mereka,” kata juru bicara kementerian Seoul, Jeong Joon-hee.
Pada Maret 2017 pemerintah Korea Selatan bahkan menetapkan untuk membangun sebuah sistem informasi online yang dilengkapi dengan permintaan dan analisis geografis dalam upaya memperbaiki penyediaan bantuan untuk Korea Utara, menurut Kementerian Unifikasi (MOU) Seoul.
MOU menyebutkan bahwa proyek tersebut membutuhkan $628 ribu. Sebagian digunakan untuk pengembangan sistem dan sisa digunakan untuk membeli peralatan. Proyek ini diluncurkan pada April lalu dan akan memakan waktu delapan bulan untuk menyiapkannya.
“Pemerintah akan secara komprehensif mengelola proyek bantuan ke Korea Utara secara sistemik dan efisien dengan membangun sistem informasi yang berfokus pada bantuan ke Utara,” kata MOU, seperti dikutip nknews.org.
Korea Selatan juga semakin gencar mengumpulkan informasi dengan menganalisis daerah mana saja yang membutuhkan bantuan. Mulai dari kota, kabupaten, dan distrik. Proses distribusinya pun diatur guna kelancaran bantuan bagi warga Korea Utara.
Bantuan yang disalurkan Korea Selatan tak lepas dari laporan Reliefweb yang menyebutkan bahwa di tengah ketegangan politik di Semenanjung Korea, sekitar 18 juta orang di Korea Utara menderita kekurangan gizi serta minim akses untuk pelayanan dasar seperti kesehatan.
Menurut laporan tersebut, dua dari lima warga Korea Utara mengalami kekurangan gizi dan lebih dari 70 persen dari populasi di Korea Utara bergantung pada bantuan pangan. Balita di negara tersebut juga harus menghadapi ancaman diare dan pneumonia yang menjadi dua penyebab utama kematian balita.
Bencana alam yang rentan terjadi seperti banjir dan kekeringan memperburuk keadaan di Korea Utara. Selain itu ratusan ribu orang diyakini meninggal akibat bencana kelaparan yang terjadi di negara tersebut.
Pemerintah Korea Selatan boleh geram dengan tingkah pemerintah Korea Utara, bahkan permusuhan mereka sudah berlangsung puluhan tahun lamanya, namun itu tak membikin masyarakat Korea Selatan menutup mata akan krisis kemanusiaan yang dialami masyarakat Korea Utara.
Saat pemerintah di seluruh dunia tengah membicarakan bagaimana caranya mengisolasi Korea Utara, di saat yang sama, penduduk sipil Korea Selatan tengah gencar mengumpulkan dan menyalurkan bantuan untuk saudara mereka di bagian Utara agar mereka dapat bertahan hidup.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Maulida Sri Handayani