tirto.id - Menurut statistik yang dikeluarkan Forebears, Moore berada di peringkat 455 dalam daftar nama paling umum di seluruh dunia. Sekitar 1,1 juta orang punya Moore sebagai nama belakang. Namun bagi orang Inggris, hanya ada 2 Moore yang dicintai sepenuh hati.
Pertama adalah Bobby Moore. Pesepakbola ini adalah kapten Timnas Inggris ketika memenangkan Piala Dunia 1966, gelar internasional pertama dan terakhir Inggris hingga sekarang. Pele menyebutnya sebagai bek terbaik yang pernah bermain melawannya.
Sedangkan Moore kedua tak lain tak bukan adalah Roger Moore. Ia adalah pria yang disebut paling ideal memerankan James Bond, mata-mata Inggris rekaan Ian Fleming. Bond ala Roger bisa tangguh, jago berkelahi, flamboyan, womanizer, jenaka, sekaligus patriotik.
Dalam sebuah adegan di film The Spy Who Loved Me (1977), Bond keluar dari pondok di tengah kepungan salju. Sang gadis pondokan merayu supaya Bond tetap mau tinggal.
"But James, I need you!"
"So does England."
Roger adalah pemeran ketiga James Bond setelah Sean Connery dan George Lazenby. Namun dengan rendah hati, Roger mengatakan dirinya hanya berada di peringkat 4 sebagai pemeran terbaik Bond. Nama pertama, ujarnya, adalah Daniel Craig yang memerankan Bond sejak 2006.
Karakter James Bond memang unik. Ia berubah-ubah tergantung pemeran, atau penulis naskah. Daniel jadi Bond yang sangar, tangguh, dan tak segan berdarah, berkeringat, atau tampak berantakan. Amat berbeda dengan pendahulunya, Pierce Brosnan, yang dandy, flamboyan, perayu ulung, dan punya rambut selalu tersisir rapi.
Roger mengubah karakter yang ia warisi dari Sean dan George. Ia menampakkan karakteristik English gentleman. Kalau bicara tertata, auranya hangat tapi sedikit angkuh. Tentu dengan menambah racikan humor dalam karakternya. Kritikus film Rex Redd menyebut Bond ala Roger selalu "bisa melempar guyonan di setiap situasi."
Film pertama Roger sebagai Bond adalah Live and Let Die (1973). Judul ini lahir di masa puncak era blaxploitation. Istilah blaxploitation lahir saat banyaknya film dengan kisah-kisah yang melibatkan banyak tokoh berkulit hitam. Blaxploitation berasal dari dua kata, yakni black dan exploitation.
Karena itu pula di Live and Let Die, ada gadis Bond pertama yang diperankan gadis berkulit hitam, yakni Rosie Carver yang dimainkan oleh artis Gloria Hendry. Karakter penjahat utamanya adalah bandar narkoba kelas paus, Mr. Big yang merupakan alter ego dari Dr. Kananga, diktator Karibia yang menguasai sebuah pulau berisi perkebunan opium. Untuk menambah eksploitasi kultur Afrika, dibawalah Voodoo sebagai senjata musuh.
Meski banyak yang menganggap film ini aneh dan absurd—termasuk adegan kematian menggelikan yang menimpa Kananga—toh film ini laris. Roger dianggap berhasil menghadirkan perbedaan karakter dengan Bond yang diperankan Sean Connery.
"Sean memerankan Bond sebagai seorang pembunuh, dan aku memerankan Bond sebagai pecinta," ujarnya. Menurut Roger, hanya di hari Jumat ia menjadi seorang prajurit bayaran berdarah dingin.
"Itu hari saat aku menerima bayaran."
Alis Kanan dan Alis Kiri
Roger Moore lahir pada 14 Oktober 1927 di Stockwell, London. Ia anak tunggal dari pasangan Alfred Moore, seorang polisi, dan Lillian, seorang ibu rumah tangga. Suatu waktu, seorang wartawan bertanya tentang hubungan Roger dengan ayah ibunya, dan apakah waktu kecil ia ingin punya saudara.
"Ya buat apa punya anak lagi, wong orang tuaku sudah punya anak yang sempurna waktu aku lahir," katanya berkelakar.
Roger kecil sakit-sakitan. Saat umur 5, ia didiagnosis menderita pneumonia. Dokter sudah berpesan ke orang tua Roger, "Aku akan datang di pagi hari, tapi tolong kuatkan mental istrimu. Aku datang untuk menandatangani surat kematian anakmu." Tapi tubuhnya liat. Ia bisa bertahan. Ayahnya adalah pria yang amat berkesan bagi Roger. "Ia mengajarkanku ketegaran, kejujuran, kesopanan, dan tepat waktu. Semua pelajaran penting." Sewaktu ditanya apa cita-cita Roger selepas lulus sekolah, ia ingin jadi polisi seperti ayahnya.
Cita-cita Roger tak kesampaian. Roger menjalani kuliah sembari nyambi jadi figuran. Roger sempat belajar di Royal Academy of Dramatic Art. Pula menjadi figuran layar lebar, karier yang dimulai sejak umurnya 17. Ia pernah jadi figuran di film Trottie True, Caesar and Cleopatra. Di umur 18 ia kena wajib militer. Ia bertugas di Royal Army Service Crops sebagai Letnan Dua. Ia kemudian naik pangkat dan jadi kapten, sempat bertugas di Jerman Barat. Roger kemudian mencoba peruntungan jadi model iklan. Mulai iklan pasta gigi hingga baju rajutan. Di buku biografinya, Last Man Standing: Tales from Tinseltown, Roger ingat betul kapan pertama kali muncul di layar kaca. Hari itu 27 Maret 1949, dia memainkan peran figuran sebagai Bob Drew di The Governess.
Karier Roger sempat mentok sebagai peran kecil. Ia menjalani peran perdana di Hollywood melalui film The Last Time I Saw Paris (1954), juga di Interrupted Melody (1955), Diane (1956), hingga akhirnya bisa dapat peran besar pertamanya melalui film serial Inggris, Ivanhoe (1958).
Tapi yang benar-benar membuat namanya melambung adalah peran sebagai Simon Templar dalam film serial The Saint. Simon adalah karakter utama, kriminal yang seperti Robin Hood era modern. Ia memenjarakan para penjahat kerah putih, seraya menguras hartanya. Ia tak segan membunuh musuhnya seandainya bisa menyelamatkan banyak nyawa.
The Saint sukses besar, baik di Inggris maupun Amerika Serikat. Serial ini berlangsung hingga 6 musim, 118 episode, merentang dari 1962 hingga 1969.
Setelah sukses di The Saint, ia sempat ditawari peran sebagai James Bond. Namun, jadwal yang selalu bentrok membuat Moore melewatkan tawaran itu. Namun, Roger memang sudah ditakdirkan sebagai Bond. Sean Connery merasa bosan menjalani peran sebagai Bond, dan memilih untuk mundur untuk kedua kalinya. Ketika mundur pertama kali, ia digantikan oleh George Lazenby yang dianggap tak sukses memerankan Bond.
Roger akhirnya mengambil peran sebagai mata-mata paling terkenal di seluruh dunia itu. Pada 1973 ia resmi menyandang nama Bond dalam film Live and Let Die. Selanjutnya Roger memerankan 6 film James Bond lain. Pamungkasnya adalah A View to Kill (1985).
Menjadi Bond adalah berkah sekaligus kutukan. Sebagai pemeran Bond terlama dan terbanyak, citranya terbentuk sebagai Bond. Orang di luar film tetap mengenalnya sebagai Bond. Aktor biasanya menghindari peran tipikal untuk bisa berkembang. Namun, Roger memilih bersikap santai belaka.
"Orang sering memanggilku Mr. Bond di luar film. Aku enggak keberatan. Ya buat apa juga keberatan?"
Meski demikian, kalau ada yang tak ia suka ketika menjadi Bond, itu adalah ketika ia harus menenteng pistol. Meski ayahnya polisi, dan Roger pernah bertugas sebagai tentara, ia benci pistol dan senapan. "Yang menurutku menyedihkan adalah para pahlawan dalam film selalu menenteng senjata di tangannya," ujar Roger pada Guardian.
Meski sudah menjadi aktor terkenal, banyak kritikus sering meledek kemampuan aktingnya. Roger sendiri mengakui kalau ia tak berbakat. Keberhasilan membintangi berbagai film merupakan 99 persen keberuntungan, ujarnya suatu ketika. Tak heran kalau kritikus seperti Anthony Lane pernah menulis bahwa Roger "memerlukan figuran untuk memerankan adegan akting."
Ia juga pernah jadi bahan ejekan di acara satir Spitting Image. Di sana, ada sebuah boneka yang menampilkan ekspresi melalui alis yang digerak-gerakkan. Awalnya tak ada yang paham itu ditujukan untuk siapa. Hingga akhirnya Roger membuka mulut.
"Soal alis itu salahku sih," katanya sambil tertawa kecil. "Aku ngomong tentang betapa tak berbakatnya aku, dan aku hanya punya tiga ekspresi. Alis naik, alis turun, dan alis tak bergerak.
Roger menyerahkan tampuk Bond pada Timothy Dalton. Tapi sama seperti kasus George Lazenby yang mewarisi tahta Sean Connery, Dalton dianggap tak berhasil menyamai kharisma Roger. Ia hanya memainkan 2 film James Bond sebelum digantikan Pierce Brosnan.
Selepas Tak Jadi Bond
Selepas jadi James Bond, Roger memilih menyepi hingga 5 tahun. Baru pada 1990 ia mau turun gunung. Namun, itu pun bermain di film-film kecil, semisal di Spice World bersama Spice Girls. Roger lebih banyak bergerak di bidang kemanusiaan. Sejak 1991 ia bergabung menjadi UNICEF Goodwill Ambassador.
Ia bergerak di isu anak-anak. Ini menarik, sebab Roger berkata dalam sebuah wawancara bersama Guardian: ia tak seberapa baik menangani anak-anak. "Aku seorang kakek, tapi bukan kakek yang baik," ujarnya.
Tapi kecintaannya terhadap anak-anak memang tak terbantahkan. Roger pernah meluncurkan program "Check Out for Children", sebuah inisiatif kerja sama dengan hotel Sheraton. Program ini berhasil menggalang dana sebesar 16 juta dolar untuk program imunisasi anak di seluruh dunia. Pada 1996 ia hadir sebagai salah satu pembicara di World Congress Against Commercial Sexual Exploitation of Children. Di sana, ia mengungkapkan dirinya pernah jadi korban pelecehan seksual sewaktu masih anak-anak. Ia kemudian menekankan pentingnya keberanian para korban pelecehan seksual untuk bersuara, dan tak usah merasa bersalah.
"Mereka, para korban itu, dieksploitasi. Kita harus memberi tahu mereka," katanya.
Berkat kerjanya sebagai sukarelawan kemanusiaan, Roger mendapat gelar Commander of the Order of the British Empire (CBE) pada 1999, dan Knight Commander of the Order of the British Empire (KBE) pada 2003.
Sebagai anak yang tumbuh di keluarga harmonis, Roger mengaku tidak bisa mengikuti jejak ayah dan ibunya. Ia menikah 4 kali, punya 3 orang anak dan 5 orang cucu. Roger berpisah baik-baik dengan para mantan istrinya. "Di beberapa kasus, perkawinan itu tak berhasil," ujarnya. "Dan kadang perpisahan itu lebih baik untuk anak-anak, ketimbang mereka hidup di lingkungan penuh dendam."
Di hari tua, Roger tinggal di Swiss. Harapannya adalah bisa panjang umur untuk melihat cucunya tumbuh besar. Keinginan itu terpenuhi. Ambre, cucu tertuanya, sudah beranjak dewasa. Roger menjadi tua dengan bahagia, dikelilingi keluarganya.
Roger Moore, patron pria gentle Inggris, meninggal dunia karena kanker pada 23 Mei 2017, tepat hari ini dua tahun lalu, di Swiss. Roger berusia 89 tahun kala itu. Kematian Roger ditangisi banyak penggemar Bond. Tak peduli ia dianggap tak bisa berakting, selamanya Roger akan selalu sejajar dengan Sean Connery sebagai James Bond terbaik sepanjang masa.
Sejak 2013, setelah didiagnosis menderita diabetes tipe 2, ia tak bisa lagi minum alkohol. Di surga, tentu Roger bisa memesan alkohol dan meminumnya kapanpun ia suka. Tentu saja kita semua tahu apa minuman favoritnya.
"Vodka martini, shaken not stirred."
==========
Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 23 Mei 2017 sebagai obituari Roger Moore. Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti & Ivan Aulia Ahsan