Menuju konten utama

Ribuan Polisi Filipina Dirombak terkait Dugaan Pembunuhan

Ribuan personel kepolisian Caloocan dirombak akibat kasus pembunuhan terhadap tiga pemuda.

Ribuan Polisi Filipina Dirombak terkait Dugaan Pembunuhan
Ilustrasi. Polisi berjaga di kota Pasig, sebelah timur Manila, Filipina pasca-pembunuhan yang terjadi pada 23 September 2016 Foto/Bullit Marquez/AP

tirto.id - Kepala Polisi Metro Manila Oscar Albayalde memerintahkan perombakan bagi seluruh personel kepolisian kota Caloocan pada Jumat (15/9/2017) lalu sehubungan dengan dugaan pembunuhan terhadap tiga remaja yang dilakukan beberapa personelnya.

Personel kepolisian kota Caloocan yang berjumlah 1.200 orang akan dirombak di samping menjalani program pelatihan ulang selama 45 hari. Untuk penggantinya, Albayalde telah meminta personel dari unit Kepolisian Nasional Filipina (PNP) guna mengisi kekosongan personel di Caloocan.

Setelah menjalani program pelatihan ulang, personel kepolisian Caloocan akan dipindahtugaskan ke sektor lain di wilayah Manila.

“Semua personel kepolisian Caloocan akan diganti dan menjalani program pelatihan ulang,” ujar Albayalde dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio seperti dikutip The Manila Times. “Setelah itu mereka ditempatkan di sektor selain Caloocan.”

Perombakan personel kepolisian diambil sebagai langkah pengawasan terhadap tindakan aparat polisi selama operasi anti-narkoba Presiden Duterte. Minggu lalu, kamera keamanan CCTV menangkap aksi kriminal 13 polisi kala merampok rumah yang dilakukan sewaktu bertugas.

Tak hanya merampok, sejumlah personel polisi juga diduga menyiksa dan membunuh tiga pemuda: Kian Delos Santos, Carl Angelo Arnaiz, serta Reynaldo de Guzman.

Kian Delos Santos yang diduga polisi memiliki keterkaitan dengan narkoba ditembak pada 16 Agustus 2017 di Caloocan. Polisi berdalih, Kian berusaha melarikan diri sebelum melepaskan tembakan ke arah aparat. Atas dasar tersebut, polisi menembaknya di tempat.

Keterangan polisi dibantah orang tua Kian. Menurut mereka, Kian tidak terlibat dalam narkoba. Selain itu, seorang saksi mata mengatakan sebaliknya. Berdasarkan rekaman CCTV, polisi justru menodongkan senjata api serta menyeret Kian. Sementara Carl Angelo Arnaiz meninggal di tangan polisi selepas dituduh merampok pengemudi taksi.

Berkaitan dengan kasus tersebut, Departemen Kehakiman mulai bertindak untuk melakukan penyelidikan.

Pembunuhan yang menimpa Kian, Arnaiz, dan Reynaldo membuat gereja Katolik di Manila membunyikan lonceng selama lima menit sebagai tanda simpati seraya mendesak bermacam pembunuhan dihentikan.

Kebijakan anti-narkoba merupakan janji utama Duterte saat terpilih menjadi presiden Filipina. Dalam pelaksanaannya, Duterte tak ragu memerintahkan pasukannya menempuh kekerasan tanpa adanya proses pengadilan.

Berdasarkan catatan kepolisian, jumlah yang tewas dalam kebijakan anti-narkoba sejak Duterte menjabat sebanyak 3.800 orang. Tak pelak, suara protes bermunculan menentang langkah yang ditempuh Duterte dalam menangani kasus narkoba.

“Kami tak dapat membiarkan negara datang menghancurkan kehidupan normal dengan berbagai tindak pembunuhan,” ucap Uskup Agung Manila Luis Antonio Tagle seperti dikutip BBC.

Baca juga artikel terkait PEMBERANTASAN NARKOBA atau tulisan lainnya dari M Faisal Reza Irfan

tirto.id - Hukum
Reporter: M Faisal Reza Irfan
Penulis: M Faisal Reza Irfan
Editor: Yuliana Ratnasari