Menuju konten utama

RI Diminta Serukan Gencatan Senjata Usai Israel Serang Rafah

Bamsoet mendesak Kemenlu agar meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB, berkomitmen penuh melakukan gencatan senjata.

RI Diminta Serukan Gencatan Senjata Usai Israel Serang Rafah
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. ANTARA/HO-mpr.go.id/pri.

tirto.id - Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet), mendesak pemerintah segera mengambil sikap dengan melakukan pembicaraan dengan negara sahabat agar menyerukan gencatan senjata. Hal itu disampaikan Bamsoet menyusul serangan Israel ke Rafah, yang menewaskan 66 orang termasuk tenaga kesehatan, Minggu (26/5/2024).

"Meminta pemerintah, melalui Kemlu, agar melakukan pembicaraan dengan negara sahabat untuk menegaskan kembali seruan agar segera mewujudkan gencatan senjata secara permanen di Gaza dan meminta semua penyaluran bantuan kemanusiaan segera direalisasikan," kata Bamsoet dalam keterangannya, Kamis (30/5/2024).

Bamsoet mengutuk dan mengecam keras serangan yang dilakukan oleh Israel tersebut. Ia meminta Kementerian Luar Negeri atau Kemenlu melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia/KBRI di negara terkait, untuk segera melaksanakan rencana kontingensi bagi keselamatan warga negara Indonesia atau WNI di tengah potensi perluasan konflik dari Jalur Gaza. Utamanya, bagi WNI yang berada di kawasan Timur Tengah dan sekitarnya.

Di sisi lain, Bamsoet mendesak Kemenlu agar meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB, berkomitmen penuh melakukan gencatan senjata. Bamsoet juga meminta agar segera menghentikan kejahatan serta aksi-aksi brutal dan tidak manusiawi yang dilakukan oleh Israel.

"Mengajak masyarakat agar turut peduli terhadap genosida yang terjadi di Gaza, dengan turut ambil bagian dalam membantu masyarakat Palestina akan sandang dan pangan serta turut mengamati dan memantau perkembangan di Rafah yang saat ini menjadi tempat pengungsian sekitar 1,4 juta masyarakat Gaza," tutup Bamsoet.

Dikutip dari Reuters, serangan Israel di Rafah terjadi setelah Mahkamah Internasional memerintahkan penghentian operasi militer di wilayah tersebut, pada Jumat (24/5/2024). Alih-alih mengikuti putusan Mahkamah Internasional, Israel malah menyerang Rafah yang menyebabkan puluhan orang tewas dan terluka.

Serangan ini terjadi di sebuah kompleks pengungsian di utara Kota Rafah, di daerah yang dikenal sebagai Tel al-Sultan. Wilayah tersebut dinyatakan sebagai "zona aman." Serangan Israel ini menyebabkan banyak tempat penampungan terbakar dengan para penghuninya masih berada di dalam.

PM Israel Akui Serangan Itu Kesalahan Fatal

PM Israel Benjamin Netanyahu berdalih bahwa adanya korban warga sipil terjadi ketika “sesuatu yang tidak disengaja terjadi secara tragis.” Ia mengklaim mereka menyerang Rafah karena telah menargetkan dua anggota senior Hamas dan tidak bermaksud untuk menimbulkan korban sipil.

“Di Rafah, kami telah mengevakuasi sekitar 1 juta penduduk non-kombatan dan meskipun kami telah berusaha keras untuk tidak menyerang penduduk non-kombatan, namun sayangnya kesalahan tragis terjadi,” ujarnya dalam sebuah pidato di parlemen yang diinterupsi oleh teriakan anggota parlemen dari pihak oposisi, demikian dikutip dari Reuters, Selasa (28/5/2024).

Berkaitan dengan hal tersebut, Netanyahu juga menyatakan akan menyelidiki kasus yang terjadi di Rafah.

“Kami akan menyelidiki kasus ini dan akan menarik kesimpulan,” ucap Netanyahu.

Klaim serupa juga disampaikan oleh tentara Israel yang berdalih bahwa mereka telah menggunakan "informasi intelijen yang tepat." Mereka menyebut bahwa kebakaran terjadi karena ledakan sebuah tangki bahan bakar yang berada di dekatnya.

Selain itu, militer Israel mengatakan pihaknya sedang menyelidiki kemungkinan amunisi yang disimpan di dekat kompleks yang menjadi sasaran serangan udara yang memicu kobaran api.

Baca juga artikel terkait ISRAEL SERANG RAFAH atau tulisan lainnya dari Fransiskus Adryanto Pratama

tirto.id - Flash news
Reporter: Fransiskus Adryanto Pratama
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Intan Umbari Prihatin