Menuju konten utama

RI Akan Ajukan Pendirian Global Blended Finance Alliance di COP

Sistem keuangan campuran bisa membuka kesempatan bagi swasta dalam penyelesaian masalah iklim dengan memberikan pendanaan ke negara-negara berkembang.

RI Akan Ajukan Pendirian Global Blended Finance Alliance di COP
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan menyampaikan paparan dalam konferensi pers Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024).ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/Spt.

tirto.id - Pemerintah Indonesia akan mengajukan pembentukan Aliansi Keuangan Campuran Global atau Global Blended Finance Alliance (GBFA) dalam gelaran the 29th Conference of the Parties of the UNFCCC (COP 29) di Baku, Azerbaijan, pada 11-22 November mendatang.

Sebelumnya, dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau COP28, telah disepakati sistem keuangan campuran dapat membuka kesempatan bagi swasta untuk dapat berkontribusi dalam penyelesaian masalah iklim, khususnya dengan memberikan pendanaan ke negara-negara berkembang.

"Optimisme itu selaras dengan deklarasi Kerangka Kerja Keuangan Iklim Global untuk memobilisasi keuangan iklim bagi negara-negara berkembang dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB atau COP28 Dubai tahun lalu. Sistem keuangan campuran atau blended finance disetujui untuk membuka modal swasta guna meningkatkan tindakan iklim," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, dalam panel Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Jumat (6/9/2024).

Pada COP29 nanti, Indonesia bersama delapan calon anggota lainnya berencana membawa inisiatif GBFA agar dapat mengembangkan lebih lanjut proyek-proyek konkret dan menarik anggota potensial baru.

Sementara itu, mendorong pengembangan GBFA penting untuk dilakukan mengingat dampak perubahan iklim sangat mendesak untuk segera diselesaikan. Apalagi, untuk mengatasi dampak perubahan iklim dibutuhkan investasi besar, mekanisme pendanaan yang inovatif, dan komitmen dari berbagai pemangku kepentingan termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.

"Saya sungguh-sungguh yakin bahwa Global Blended Finance Alliance (GBFA) yang digagas Pemerintah Indonesia bersama delapan calon anggota pendiri berperan sebagai alat strategis untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan dalam aksi iklim dan mencapai target SDGs," imbuh Luhut.

Tidak hanya itu, menurutnya, GBFA juga bisa menjadi jawaban bagi seluruh negara di dunia untuk bergerak maju dalam implementasi transisi energi, aksi iklim, dan mencapai target tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

Ini karena GBFA hadir dengan visinya untuk menjadi Organisasi Internasional yang dapat membantu negara-negara berkembang untuk mengembangkan platform negara yang di dalamnya terdapat proyek-proyek pembangunan SDGs dan aksi iklim yang berpotensi dibiayai calon investor.

Di sisi lain, GBFA juga akan mendukung South-South Cooperation untuk mencapai SDGs dan transisi iklim.

"Kolaborasi dengan knowledge partner yang strategis sangatlah penting, akan mendukung dengan merancang program GBFA, membantu mobilisasi dana, dan memajukan kegiatan serta misinya," tutup Luhut.

Baca juga artikel terkait PERUBAHAN IKLIM atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Flash news
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Irfan Teguh Pribadi