Menuju konten utama

Rencana Gatot Usai Jadi Panglima: dari Politik Hingga Bertani

Tanpa garis merah di lencana pangkat berbintang empat yang terpasang di bahunya, Gatot kembali menjadi prajurit biasa sebagaimana keputusannya menolak pensiun dini.

Rencana Gatot Usai Jadi Panglima: dari Politik Hingga Bertani
Pejabat lama Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kanan) dan pejabat baru Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kiri) melakukan salam komando seusai melaksanakan upacara serah terima jabatan, di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Sabtu (9/12/2017). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

tirto.id - "Merdeka!"

Pekik kemerdekaan menjadi ungkapan perasaan Jenderal Gatot Nurmantyo setelah menyerahkan tongkat komando Panglima TNI kepada Marsekal Hadi Tjahjanto di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Sabtu pagi, (9/12/2017).

"Mungkin rekan-rekan tidak merasakan bagaimana saya diberi amanah untuk memimpin 400 ribu prajurit yang tersebar di mana-mana. Ini bukan suatu hal yang mudah. Saya bersyukur sudah selesai semuanya," sambung Gatot.

Tanpa garis merah di lencana pangkat berbintang empat yang terpasang di bahunya, Gatot kembali menjadi prajurit biasa sebagaimana keputusannya menolak pensiun dini. Hilangnya garis merah, berarti hilang juga kepemimpinannya atas pasukan TNI.

Setelah menyerahkan jabatan, ia berjalan menghampiri perwira tinggi dan perwira menengah TNI yang hadir dalam upacara serah terima jabatan. Ia menyalami mereka satu per satu. Kata maaf dan terima kasih meluncur sesekali dari mulutnya.

Semua ajakan berfoto dan berswafoto dari hadirin diterimanya. Tak ada lagi ajudan yang membatasi dan mengawal seperti saat ia masih menjadi Panglima TNI.

Kepada wartawan, Gatot menuturkan sejumlah agenda yang akan dilakukan selepas tak lagi menjadi panglima hingga pensiun 1 April mendatang, dan setelah pensiun.

Menurut alumnus Akademi Militer tahun 1982 ini, ia hendak berziarah ke makam orangtua dan mertuanya, kemudian pergi umrah, dan pamitan kepada sejumlah panglima negara-negara ASEAN.

"Ya menyampaikan saja bahwa saya tidak sempat berkunjung untuk berpamitan, ini sebagai penggantinya," kata Gatot.

Disinggung soal rencana masuk panggung politik praktis, Gatot tak malu-malu. Ia bilang, dirinya saat ini masih prajurit tapi ia mempersilakan partai meminangnya setelah pensiun. "Tawaran sih silakan-silakan saja. Sekarang saya masih prajurit TNI," kata Gatot.

Nama Gatot memang bukan sekali masuk dalam sigi lembaga survei politik. Ia beberapa kali muncul sebagai calon wakil presiden dalam sejumlah sigi. Semasa menjabat Panglima TNI, Gatot kerap menyampaikan pernyataan yang dinilai berbau politik.

Salah satu pernyataan yang Gatot yang dikenal politis adalah saat ia memberi ceramah di acara Rakernas Partai NasDem, yang menyebut pentingnya Presiden Joko Widodo terpilih kembali dalam Pilpres 2019.

Gatot langsung memberi klarifikasi ihwal pergantiannya ini terkait dengan persiapan menjelang Pemilu Presiden 2019. Menurut lelaki kelahiran Tegal 57 tahun lalu ini, pergantian yang cepat semata untuk menjaga stabilitas organisasi internal TNI dari ancaman dan tantangan pertahanan dalam negeri. Alasan serupa yang membuatnya segera menyerahkan jabatan kepada Hadi.

"Agar tidak terjadi kegamangan saya menyerahkan hari ini secepatnya. Perlu diingat bahwa ancaman dan tantangan tidak memberitahu kalau datang. Dalam kondisi ada dualisme terjadi kegamangan akan sangat berbahaya. Tidak ada nuansa politik, tidak ada nuansa apa-apa," jelas Gatot.

Saat disinggung perihal kemungkinan mengikuti jejak Jenderal (purn) Moeldoko berbisnis di bidang pertanian, Gatot mengaku juga sudah merencanakannya sejak jauh-jauh hari. Ia menganggap bertani merupakan pekerjaan yang menyenangkan karena bisa sekaligus berolahraga.

"Saya sudah punya kebun. Bertani seperti Pak Moeldoko itu kan sambil olah raga. Macul itu kan seperti olahraga," kata Gatot.

Terlepas dari semua rencana yang telah disampaikannya, Gatot mengaku sampai pensiun akan membantu kinerja Marsekal Hadi Tjahjanto yang kini menjadi Panlima TNI. "Pak Hadi itu atasan saya. Saya selalu siap kalau diminta pertimbangan," kata Gatot.

Tetap menjadi jenderal merupakan sebuah kebanggaan bagi Gatot. Dengan tidak mengambil pensiun dini, ia merasa masih memiliki kebanggaan itu untuk mengabdi kepada TNI dan bangsa Indonesia.

"Jabatan yang saya serahkan tadi, berdasarkan 36 tahun saya mengamati sebagai prajurit dan panglima, Pak Hadi pasti mampu," pungkas Gatot.

Baca juga artikel terkait PERGANTIAN PANGLIMA TNI atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Mufti Sholih