tirto.id - Wakil Ketua Satgas Antimafia Bola, Krishna Murti, mengunggah foto yang langsung memicu perdebatan, Sabtu (16/2/2019) kemarin. Foto yang dimaksud menampakkan sosok Prasetyo Hadi, wasit Liga 1, saat diprotes keras oleh pemain Mitra Kukar, Mauricio Leal, dalam laga pamungkas kontra Persija Desember tahun lalu.
Kepemimpinan Prasetyo Hadi di laga itu memang mengundang kontroversi. Salah satunya datang dari pelatih Mitra Kukar, Rahmad Darmawan. Pada konferensi pers usai laga, RD, demikian ia akrab disapa, menyebut banyak keputusan tak masuk akal yang diambil sang pengadil sepanjang 90 menit waktu normal.
"Saya dua kali protes keras terhadap wasit. Saya marah kepada wasit dan meminta wasit dan perangkat pertandingan melihat siaran ulang terjadinya gol," kata RD.
Protes pertama RD datang setelah wasit memberi penalti untuk Persija karena pelanggaran pemain Naga Mekes terhadap Marko Šimić. RD menganggap pemainnya bersih. Protes berikutnya dilayangkan karena RD menilai pelanggaran lebih dulu terjadi sebelum gol kedua Persija.
"Saya protes karena Simic saat jatuh sedang tidak menguasai bola. Gol kedua saya datangi asisten wasit. Saya minta lihat video ulang. Saya marah mengatakan kepada wasit, itu [aksi Ramdani Lestaluhu] melakukan pelanggaran. Karena posisi kiper yang berada di zona penyelamatan yang tidak boleh diganggu siapa pun."
Dalam laga itu, Mitra Kukar akhirnya takluk 2-1 dan terdegradasi dari divisi teratas.
Pengobral Kartu Kuning dan Penalti
Bukan cuma Persija, pada musim yang sama, banyak klub lain yang juga mengkritik kepemimpinan Prasetyo Hadi. Ada sosok sekretaris Sriwijaya FC, Faisal Mursyid, yang menuntut PT LIB menginvestigasi Prasetyo lantaran dianggap tak becus saat memimpin laga PSIS vs Sriwijaya FC yang berlangsung 23 Oktober 2018.
Kemudian pemain muda Persipura, Boas Atururi, juga pernah mengkritik kepemimpinan Prasetyo Hadi saat klubnya tunduk 0-2 dari Persija, 28 Mei 2018 lalu.
"Kepada PSSI saya mohon keadilannya saja," kata pemain kelahiran 1990 itu.
Meski kerap dikritik, tapi rekam jejak Prasetyo Hadi malah gemilang. Ia beberapa kali dapat penghargaan dari federasi. Salah satunya adalah wasit terbaik ISL edisi Juni 2013-2014. Dia juga pernah dinobatkan sebagai satu dari lima wasit terbaik Indonesia versi FourFourTwo.
Yang kerap dijadikan alasan mengganjarnya dengan penghargaan adalah sikap ‘tegas’: cenderung tak pandang bulu dalam mengeluarkan kartu. Di Liga 1 2017 misalnya, Prasetyo adalah wasit kelima yang mengeluarkan kartu kuning terbanyak, 45 kali. Padahal, musim tersebut dia cuma sembilan kali memimpin pertandingan.
Artinya, rasio Prasetyo mengeluarkan kartu kuning adalah lima kali per pertandingan, alias tertinggi nomor dua.
Di musim yang sama, Prasetyo juga jadi wasit kedua dengan riwayat memberikan penalti terbanyak. Ia lima kali menunjuk titik putih, alias cuma kalah dari Musthofa Umarella yang melakukannya delapan kali.
Musim berikutnya, kartu yang keluar dari saku Prasetyo meningkat. Dalam 10 pertandingan, dia mengeluarkan kartu kuning 52 kali, alias 5,2 kartu per laga.
Sikap ‘tegas’ Prasetyo Hadi kerap dihubung-hubungkan dengan latar belakangnya. Prasetyo sesungguhnya merupakan seorang perwira TNI. Dia berpangkat Pembantu Letnan Dua (Pelda), bermarkas di Kodam V/Brawijaya, Surabaya.
Intinya, Prasetyo Hadi memang bukan wasit minim pengalaman. Buktinya ia berulang kali ditunjuk untuk memimpin laga-laga krusial. Misalnya pada final ISL 2014 antara Persib vs Persipura, atau duel klasik antara Persib vs Persija dalam beberapa musim terakhir.
Tapi pada laga-laga itulah ia kerap menghadirkan kontroversi.
Kontroversi Soal Penugasan
Suara-suara sumbang terhadap Prasetyo Hadi terus bermunculan. Apalagi, baru-baru ini beberapa anggota Komite Wasit telah terbukti terlibat dalam kasus dugaan pengaturan skor sepakbola nasional.
Beberapa di antaranya adalah Priyanto, mantan anggota Komite Wasit, dan Nurul Safarid, salah satu wasit yang memimpin Liga 2 2018. Ada pula satu tersangka lain yang berinisial ML. Ia disebut-sebut sebagai Direktur Penugasan Wasit di PSSI.
Dari status tersangka ML ini, nama Prasetyo Hadi kembali disorot.
Pada akhir musim 2018 kemarin, penugasan tak lazim Prasetyo—yang disinyalir terjadi berkat andil ML—dicecar habis-habisan oleh pelatih PSM, Robert Rene Alberts.
Usai klubnya kalah bersaing dari Persija dalam perebutan tangga juara, di hadapan media Alberts pernah menyindir Prasetyo Hadi. Pelatih berkebangsaan Belanda itu menyebut penunjukan Prasetyo tak lazim. Sebab, faktanya sang wasit ada di tiga dari empat pertandingan terakhir Persija di Liga 1 2018.
Dua kali Prasetyo Hadi jadi wasit utama Persija di pekan-pekan akhir, yakni saat Persija bertandang ke markas PSM dan menjamu Mitra Kukar. Satu laga lain adalah pertemuan Bali United vs Persija. Waktu itu dia diberi peran sebagai wasit keempat (wasit cadangan).
"Saya tidak pernah lihat ini di liga mana pun, kalian nanti akan melihat wasit yang sama mungkin di beberapa pertandingan berikutnya, jadi tidak ada sistem bagaimana wasit di rotasi dalam hal memimpin pertandingan," ungkap Alberts.
Alberts menegaskan, ia sempat mengkroscek riwayat penugasan wasit-wasit di liga lain, bahkan berdiskusi dengan AFC. Dari diskusi itu, berdasarkan ucapan Alberts, AFC pun menilai penugasan Prastyo di Liga 1 tak lazim.
Akibat komentar itu, keluhan Alberts sempat ditindaklanjuti dengan pemanggilan yang dilakukan Komdis PSSI terhadap sang pelatih. Namun memang tidak ada tindak lanjut apa-apa lagi dari PSSI.
Tersangka lain dalam kasus yang sama, Vigit Waluyo, juga sempat melempar pernyataan yang menguatkan bahwa keheranan Robert Alberts adalah hal yang benar.
“Kuncinya adalah di penjadwalan dan perwasitan. Dari situ bisa dilihat, tim yang ditunjuk sebagai tuan rumah pada pertandingan terakhir, menurut saya setting-an,” ungkap Vigit.
Editor: Rio Apinino