tirto.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengklaim rasio utang Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara berkembang maupun maju. Hal itu karena penerapan disiplin fiskal yang ketat.
"Risiko kredit Indonesia dianggap manageable karena eksposur utang pemerintah yang jauh lebih rendah dibandingkan negara maju dan berkembang yang di ASEAN maupun di G20," ujarnya dalam konferensi pers APBN Kita, ditulis Kamis (28/7/2022).
Dia mengatakan rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB), berdasarkan proyeksi IMF pada April 2022 mencapai 42,71 persen di 2022. Angka itu lebih rendah dibandingkan negara maju seperti Amerika Serikat (AS) yang sebesar 125,58 persen, Jerman 70,87 persen, Prancis 112,58 persen, Inggris 87,83 persen, Jepang 262,54 persen, dan Korea Selatan 52,04 persen.
Sementara itu jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, seperti Malaysia mencapai 69,25 persen, Thailand 62,68 persen, Filipina 60,04 persen. Kemudian bila dibandingkan dengan negara peers di G20 seperti Brasil mencapai 91,89 persen, Cina 77,84 persen, dan India 86,90 persen.
"Kalau dibandingkan negara maju dan berkembang, baik yang di ASEAN maupun G20 terlihat rasio utang pemerintah yang 42 persen ini relatif sangat kecil, negara-negara itu jauh di atas Indonesia rasio utangnya terhadap PDB," ungkapnya.
Selain dari rasio utang yang relatif rendah, credit default swap (CDS) lima tahun Indonesia juga mengalami tren penurunan berada di posisi 117 per 27 Juli 2022, setelah sempat menyentuh level tertinggi di 160,45 pada 14 Juli 2022.
Sebagai informasi, level CDS semakin rendah menunjukkan ekspektasi risiko investasi yang semakin rendah pula pada instrumen surat utang suatu negara. Sri Mulyani mengakui, bila dibandingkan CDS lima tahun Indonesia pada Januari 2022 yang sebesar 74,63 memang saat ini mengalami kenaikan.
Namun, posisi Indonesia saat ini tetap jauh lebih rendah atau 100 bps di bawah negara peers seperti China, India, Brasil, Meksiko, Afrika Selatan, Malaysia, Filipina, dan Turki. Lebih lanjut, Bendahara Negara itu mengatakan dengan kondisi tingkat risiko kredit dan rasio utang yang lebih rendah dibandingkan sejumlah negara lainnya, maka posisi Indonesia relatif lebih aman.
"Jadi ini adalah posisi yang Indonesia akan tetap jaga, dalam kondisi di mana risiko bergeser dari ancaman pandemi yang melumpuhkan ekonomi, menjadi ancaman ekonomi dan keuangan global serta krisis pangan dan energi," pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin