tirto.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah selesai menggelar Debat Pemilihan Umum Presiden Indonesia (Pilpres) 2024 ke-3 yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta Pusat pada Minggu (7/12/2024) malam.
Pada segmen ke-6 atau terakhir, calon presiden (capres) nomor urut tiga, Ganjar Pranowo, telah menyampaikan pernyataan penutupnya.
Debat Capres 2024 ke-3 ini mengusung tema Pertahanan dan Keamanan, dengan subtema Hubungan Internasional: Globalisasi dan Geopolitik: Politik Luar Negeri.
Debat tersebut terdiri dari enam segmen dan berdurasi 150 menit.
Ariyo Ardi dan Anisha Dasuki yang keduanya merupakan jurnalis dari MNC Group dipercaya sebagai moderator Debat Capres 2024 ke-3 ini.
Format debat mengikuti pedoman Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diatur dalam Keputusan KPU Nomor 1621 Tahun 2023 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum.
Jalannya debat diawali dengan penyampaian visi-misi dan diakhiri statement penutup.
Jika dirangkum, Ganjar dalam pernyataan penutupnya menekankan soal pentingnya duta besar siber serta krisis iklim di Indonesia. Pasangan Mahfud MD di Pilpres 2024 itu juga menyatakan pentingnya otonomi strategis dalam konteks politik luar negeri untuk meredefinisi politik bebas aktif.
Ganjar juga menyampaikan bahwa garda samudera juga penting sebagai strategi baru dari poros maritim dunia.
Sementara itu, Debat Pilpres 2024 berikutnya diagendakan pada 21 Januari 2023. Namun, pada tanggal tersebut giliran para calon wakil presiden (cawapres) yang akan saling bertukar ide.
Pernyataan Penutup Ganjar di Debat Capres ke-3
Berikut kata-kata penutup lengkap Ganjar Pranowo di Debat Capres 2024 ke-3 pada segmen ke-6:
Terima kasih untuk mengakhiri ini tentu saja saya ingin membacakan kembali data saya khawatir kita keliru. Kalau dari buku himpunan RKAKL 2019-2004, anggaran Kementerian Pertahanan 2019 [sebesar] 107,158 [triliun], 2020 [sebesar] 127,358 [triliun], 2021 [sebesar] 136,996 triliun. Ada peningkatan. Maksud saya agar kita tidak keliru pada soal data.
Dan capaian kita dari data lakipnya Kemenko Polhukam yang didapat secara terbuka, karena kami tidak bisa mendapatkan data dari Kemenhan secara terbuka, maka minimal esensial cost kita memang kemungkinan akan berat untuk bisa terpenuhi.
Maka bapak ibu dalam konteks politik luar negeri kita maka otonomi strategis menjadi begitu penting untuk meredefinisi dari politik kita yang bebas aktif.
Duta besar cyber menjadi penting karena problem besar kita hari ini adalah pada dunia digital. Maka kita perlu duta besar ini untuk merespons perubahan-perubahan global yang ada.
Duta besar krisis iklim kita perlukan, garda samudera sebagai strategi baru dari poros maritim dunia. 100 persen pesawat kita mesti siap tempur. Alutsista kita mesti siap tempur dan zero toleransi untuk kecelakaan pada alutsista kita.
Kekuatan pertahanan Indonesia di angkatan cyber akan kita tingkatkan dan anggaran pertahanan hingga 2 persen dari PDB keamanan mendorong pada profesionalisme kepolisian yang mau tidak mau harus kita lakukan.
Badan cyber Polri kita dorong sampai satuan baru di setiap Polda. Untuk TPPU, kekerasan terhadap perempuan dan anak, tentu kesejahteraan prajurit dan keluarga menjadi begitu penting untuk mendapatkan perhatian. Dan beasiswa kuliah untuk anak prajurit dan bhayangkara yang membutuhkan perlu kita lakukan. Indonesia Garda Samudera!
Editor: Yantina Debora