tirto.id - Sebagian partai pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berebut coattail effect atau efek ekor jas dari cawapres nomor urut 02 dalam Pilpres 2019. Tujuannya diduga untuk mengerek perolehan suara Pileg 2019.
Seluruh kader PKS di DPR RI, diminta memberdayakan sumber daya yang dimilikinya untuk menginisiasi dan mengoptimalkan kampanye Cawapres Sandiaga, di daerah pemilihannya (Dapil) masing-masing.
Awalnya strategi itu terungkap usai bocornya surat internal DPP PKS. Surat yang ditujukan pada seluruh anggota DPR dari fraksi PKS tersebut, berisi judul bernada instruksi, "Optimalisasi anggota legislatif DPR RI untuk kampanye Cawapres Sandiaga Salahuddin Uno".
Dalam surat bernomor 05/D/EDR/DPP-PKS/2018 tertanggal 17 September 2018 itu, eksekusi perintah harus dilakukan dengan terlebih dahulu membuka koordinasi melalui Tim Pemenangan Pemilu (TPP) Pusat PKS. Tujuannya untuk menyesuaikan jadwal kampanye.
Keaslian surat itu dibenarkan Direktur Pencapresan PKS Suhud Aliyudin. Dia menyatakan keputusan itu, berdasarkan hasil kajian internal PKS. Sebab sistem pemilu serentak tahun depan dilakukan bebarengan antara pilpres dengan pileg. Efek ekor jas Sandiaga dianggap penting untuk mengerek elektabilitas.
"Setiap partai pasti mengharapkan adanya coattail effect ini," jelas Suhud kepada reporter Tirto, Rabu (24/10/2018).
Lagi pula, kata Suhud, Sandiaga sudah bukan menjadi kader Partai Gerindra. Itu berdasarkan hasil kesepakatan di antara parpol-parpol koalisi, sebelum pendaftaran pasangan capres-cawapres pada 10 Agustus 2018 lalu. Sehingga, menurut Suhud, setiap parpol boleh untuk mengampanyekan dan menyebut Sandiaga sebagai bagian dari partainya.
Suhud pun tak khawatir kebijakan ini bakal memunculkan persaingan sengit antarsesama partai di koalisi Indonesia Adil Makmur yang kemungkinan memiliki kesamaan strategi.
"Kami kira soal coattail effect ini kan sifatnya masih asumsi dan coba-coba, karena baru pertama kali dilakukan. Jadi dijalani saja. Soal hasilnya bagaimana, kita lihat nanti," tuturnya.
PKS memang tak sendirian memancing efek ekor jas dari Sandiaga. PAN, melalui wasekjennya, Faldo Maldini menyatakan partainya memiliki kebijakan serupa.
"Nah dari kami memang berharap dari coattail effect-nya Sandi, coattail effect-nya Prabowo, atau memang dari gagasan juga dapat coattail effect," kata Faldo kepada reporter Tirto.
Salah satu cara yang dilakukan PAN untuk meraup efek ekor jas Sandiaga, melalui pendampingan saat yang bersangkutan kampanye ke daerah. Bahkan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan terjun langsung mendampingi lawatan Sandiaga ke Pasar Sukamelang Subang, Minggu (14/10).
Saat itu, Sandiaga mengalungkan rentengan petai di kepalanya. Hal serupa juga dilakukan Presiden PKS Sohibul Iman, saat mendampingi Sandiaga ke Pondok Pesantren Al-Adzkar, Pamulang, Tangerang Selatan, Sabtu (20/10).
Selain itu, kata Faldo, PAN juga meminta kadernya untuk sekaligus menyampaikan gagasan PAN yang senada dengan Sandiaga dan Prabowo di daerah-daerah basis pasangan capres-cawapres nomor urut 02 itu.
"Ini adalah upaya dari PAN untuk, gimana caranya menjadi pembeda dalam koalisi ini. Karena kami di sini bukan hanya bawa surat rekomendasi, tapi bawa gagasan," kata Faldo.
Berbeda dengan kedua partai itu, Partai Demokrat mengaku tak berharap coattail effect dari Sandiaga. Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan menyatakan, partainya lebih fokus menemui konstituen di akar rumput guna menggenjot elektabilitas.
"Saya tidak percaya suara bisa lebih besar [tanpa turun langsung ke daerah], maka yang terpenting turun lah ke bawah dan sampaikan pikiranmu, gagasanmu. Berembuk dan bertemu lah dengan masyarakat," kata Hinca di Kompleks Parlemen DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (24/10/2018).
Hinca pun menyatakan, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sedang bersafari politik ke daerah, guna menjaring suara publik untuk Demokrat.
"Sejak dua hari yang lalu Pak SBY sudah turun, Jateng, Jogja dan Jabar. Saya jaga di sini dulu nanti saya turun lagi. Semua kami fokuskan di dapil karena ini harus menyelesaikan tugas perjuangan ini dan panjang dan melelahkan," kata Hinca.
Meskipun begitu, Hinca menyatakan, partainya tetap mengampanyekan Prabowo-Sandiaga juga kepada konstituennya. Menurutnya, "ini adalah komitmen kami memenangkan pileg dan pilpres."
Coattail Effect Sandiaga tak Terlalu Berpengaruh?
Direktur Populi Centre Usep S. Ahyar menilai, upaya PKS dan PAN memperebutkan efek ekor jas Sandiaga, tak memiliki pengaruh signifikan dalam mengerek suara mereka di Pemilu 2019.
"Karena Sandiaga ini kan sudah lebih dikenal Gerindra. Efek ekor jas juga lebih besar ke partai pengusung utama [Gerindra]," kata Usep kepada reporter Tirto.
Sebaliknya, Usep sepakat dengan strategi Partai Demokrat, yang paling penting adalah menyapa langsung konstituen guna mendulang suara. Sebab, kata Usep, program unggulan dari partai masih memiliki pengaruh besar dalam merebut hati calon pemilih, seperti komitmen anti korupsi dan kemakmuran ekonomi misalnya.
"PKS dan PAN ini saya pikir masih punya basis massa solid secara ideologi. Itu masih bisa dirapatkan lagi dengan program-program unggulannya," tuturnya.
Hanya saja, kata Usep, perebutan efek ekor jas Sandiaga ini menunjukkan, parpol di luar pengusung utama di pilpres, cenderung mengutamakan kepentingannya sendiri ketimbang pemenangan capres-cawapres yang diusung.
"Di situlah PR dari Gerindra sebenarnya buat terus memaksimalkan kampanye Prabowo dan Sandi dengan caranya sendiri kalau mau menang," ujarnya.
Ketua DPP Gerindra, Habiburokhman, menilai sebaliknya. Menurutnya Partai Gerindra tidak sedang ditinggal parpol lainnya, hanya karena beberapa partai koalisi fokus mendulang suara untuk internalnya sendiri-sendiri. Dia justru menghormati strategi dari parpol-parpol tersebut.
"Sandiaga kan sudah satu paket dengan Pak Prabowo. Jadi mengampanyekan Sandi otomatis Pak Prabowo ngikut," kata Habiburokhman kepada reporter Tirto.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Dieqy Hasbi Widhana