Menuju konten utama

Ragam Tafsir Nomor Urut Sebagai Senjata Memenangi Pilpres 2019

Nomor satu atau dua bisa "diolah" sedemikian rupa, dikonversi jadi materi kampanye yang menarik. Semua berada di tangan tim pemenangan masing-masing kandidat.

Ragam Tafsir Nomor Urut Sebagai Senjata Memenangi Pilpres 2019
Presiden Jokowi di atas kuda tunggangan didampingi Prabowo Subianto menjawab wartawan, di Padepokan Garuda Yaksa, Desa Bojong Koneng, Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Senin (31/10) siang. (Foto: Humas/Rahmat)

tirto.id - Dua pasang calon presiden-wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno malam ini (21/9/2018) akan melakukan pengundian nomor urut untuk pemilihan presiden (Pilpres) 2019 di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Tentu menarik melihat bagaimana kelompok relawan dan tim pemenangan nanti menafsirkan nomor yang didapat buat keperluan kampanye.

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Airlangga Suko Widodo mengatakan bahwa nomor urut, biasanya dalam pemilihan di Indonesia, hampir pasti dikonversi jadi kode atau simbol tertentu. Pada pemilu 2014 misalkan, kelompok pendukung Jokowi-Jusuf Kalla mempopulerkan istilah "Salam Dua Jari".

"Kode semacam itu sudah sangat dipahami," ujar Suko saat dihubungi Tirto, Jumat (21/9/18) sore.

Tahun 2014, slogan ini begitu populer dan masih digunakan bertahun-tahun kemudian. Salam Dua Jari bahkan dijadikan judul lagu oleh Slank.

Sementara Prabowo-Hatta Rajasa tak mengaitkan materi kampanye mereka dengan nomor urut. Slogan tahun 2014 adalah "Selamatkan Indonesia" dan "Indonesia Bangkit." Yang disebutkan terakhir juga dijadikan judul lagu oleh beberapa penyanyi terkenal seperti Ahmad Dhani dan Virzha Idol.

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Brawijaya, Anang Sudjoko, langsung memberi contoh konkret.

"Bisa juga, semisal ketika Jokowi-Ma'ruf mendapat nomor urut 1 akan ditafsirkan dengan kemenangan, atau dapat nomor urut 2 akan ditafsirkan dengan dua periode. Itu bisa macam-macam sekali," katanya kepada reporter Tirto.

Namun semenarik apa pun "bungkus" kampanye nanti, masyarakat yang pada akhirnya menilai: apakah menerimanya atau tidak. Penerimaan terhadap hal itu tergantung oleh banyak hal, termasuk latar belakang pendidikan dan lingkungan.

Menariknya, kata Anang, kadang penerimaan terhadap simbol tertentu juga sifatnya irasional.

Jika mengacu kepada masyarakat dengan kultur Jawa yang kuat, kata Anang, nomor bahkan akan disangkutpautkan dengan tanggal, bulan, tahun, hingga tempat di mana pencoblosan dan pemungutan suara diselenggarakan.

PKB dan Gerindra Juga Bisa Ketiban Untung

Dalam pemilihan calon anggota legislatif, nomor urut satu dipegang PKB, sementara nomor urut dua diperoleh Gerindra. Dua partai ini berada di kubu yang berbeda. Sementara PKB ada di gerbong petahana bersama sembilan parpol lain, Gerindra adalah motor utama tim penantang.

Kata Anang, akan sangat menguntungkan bagi PKB dan Gerindra jika nomor yang diperoleh sesuai dengan paslon yang didukung.

"Kedua kubu, dan kedua partai akan saling klaim bahwa ini merupakan tanda PKB dan Gerindra menemukan puncak kejayaan," kata Anang.

Anang mengatakan, setelah nomor urut didapat, maka kerja-kerja kreatif dari masing-masing tim pemenangan akan sangat dibutuhkan. Mereka harus mampu membuat simbol atau slogan menarik, yang pesannya bisa tersampaikan ke calon pemilih.

Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing punya pendapat lain. Para kandidat sebetulnya tak bakal begitu berpengaruh mendapat nomor berapa pun karena mereka dapat mengemasnya secara fleksibel.

Katanya, yang justru mungkin diuntungkan adalah partai.

"Kalau Jokowi nomor 1, secara psikologis akan pengaruhi elektabilitas partai nomor yang sama. Misalnya presidennya 1 parpolnya tetap 1. Atau jika dapat nomor 2, akan 2 juga partainya," kata Emrus.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Politik
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Rio Apinino