Indeks Sejarah Indonesia

Masjid Raya Al-Mashun merupakan salah satu masjid bersejarah di Indonesia tepatnya terletak di Kota Medan. 

Daendels datang ke Hindia, persisnya Jawa, untuk menerapkan ide-ide Napoleon tentang negara modern.

Perjanjian Bongaya merugikan Kerajaan Gowa-Tallo, padahal perjanjian awalnya dibuat untuk tujuan perdamaian.

Sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit pada era Hayam Wuruk meraih kemajuan di berbagai bidang, termasuk di sektor ekonomi.

Biografi Ki Hajar Dewantara, sejarah Taman Siswa, dan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) terhubung keterkaitan yang erat.

Sejarah Masjid Agung Jami' Singaraja dibangun atas dukungan Kerajaan Buleleng yang menganut agama Hindu.

Masjid Wapauwe merupakan saksi sejarah dari perkembangan agama Islam di Maluku. 

Sejarah munculnya kerajaan bercorak Islam atau kesultanan di Sumatera diperkirakan terjadi abad ke-13 M setelah runtuhnya Sriwijaya.

Tribhuwana Wijayatunggadewi adalah Ratu Kerajaan Majapahit yang memulai sejarah menaklukkan Nusantara.

Keraton Kasepuhan pernah menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Cirebon dan disebut Keraton Pakungwati yang kental dengan akulturasi budaya.

Masjid Tua Al-Hilal Katangka merupakan peninggalan sejarah Kesultanan Gowa di Sulawesi Selatan.

Ada beberapa versi mengenai sejarah pembangunan Masjid Saka Tunggal di Cikakak, Banyumas.

Sejarah Kesultanan Banjar tidak terlepas dari riwayat kerajaan-kerajaan di Kalimantan Selatan dan Tengah sebelum masuknya agama Islam.

Sejarah mencatat, Komodor Yos Sudarso gugur dalam tugas bersama KRI Macan Tutul di pertempuran Laut Aru, perairan Maluku, tanggal 15 Januari 1962.

Selama era pendudukan Jepang, dibentuk beberapa organisasi kemasyarakatan di Indonesia.

Hari Angkutan Nasional diperingati setiap tanggal 24 April, sedangkan salah satu angkutan umum pertama dalam sejarah Indonesia adalah DAMRI.

Di pulau Kalimantan masih tersisa kerajaan-kerajaan bercorak Islam. Sebagian kerajaan masih eksis hingga sekarang.

Sunan Bonang merupakan ulama anggota Wali Songo yang juga dikenal sebagai seniman dengan menggunakan gamelan untuk berdakwah Islam.

Sebaiknya buku itu disebut sebagai “kamus sebagian sejarah,” kata Ketua PBNU Marsudi Syuhud.

Sejarah emansipasi perempuan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari perjuangan R.A. Kartini.