tirto.id - Saran teknis Balai Teknik Pantai, Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebut bencana longsor pantai Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulut merupakan bencana geologi.
"Bencana alam di pesisir Pantai Amurang, Minahasa Selatan yang terjadi pada 15 Juni 2022 pukul 14.00–15.00 WITA merupakan bencana geologi berupa tanah amblas atau longsoran massa tanah ke arah laut dengan bidang gelincir berbentuk rotasional," kata Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) I, I Komang Sudana di Manado, Senin (15/8/2022), seperti dikutip Antara.
Peristiwa ini, kata dia, menyebabkan keruntuhan dan kerusakan infrastruktur jalan, jembatan, rumah, fasilitas umum, fasilitas sosial, namun tidak ada korban jiwa akibat bencana ini.
Dia menyebutkan bencana longsor menyebabkan penurunan elevasi kontur dasar laut yang cukup besar.
Penurunan terdalam terjadi di lokasi muara Sungai Ranowangko (STA.0+200), yaitu semula elevasi -0,08 meter Lower Low Water Level (LLWL) menjadi -50,68 meter LLWL pada jarak sekitar 100 meter dari as jembatan yang runtuh.
Kesimpulan saran teknis berikutnya, panjang bidang longsoran adalah 477 meter dengan perpindahan massa tanah ke arah laut sebesar 2,34 juta m3.
Luncuran material longsor bergerak sejauh lebih dari satu kilometer ke arah laut akibat curamnya kondisi pantai.
"Dari hasil analisis data bathimetri diketahui bahwa volume material longsoran masih lebih kecil dari volume endapan sedimen di laut, yaitu sebesar 2,62 juta m3. Hal ini disebabkan adanya endapan sedimentasi yang terjadi dalam rentang waktu tahun 2012- 2022 atau 10 tahun," kata Komang.
Penyebab terjadinya bencana longsor di Pantai Amurang selanjutnya adalah kombinasi beberapa faktor yang terakumulasi dalam suatu rentang waktu, di antaranya litologi alami berupa endapan sedimen yang memiliki daya ikat lemah dan kohesivitas rendah.
Selain itu, bertambahnya beban massa tanah akibat tanah timbunan serta penjenuhan, penggerusan dari sisi sungai dan laut dan kemiringan lereng pantai yang semakin curam akibat proses sedimentasi, serta stabilitas tanah yang rawan terganggu akibat berada di jalur sesar dan patahan geologi.
Bencana Pantai Amurang tersebut, menyebabkan 34 unit rumah hilang, 11 unit rumah rusak berat, 64 unit rumah dalam kondisi kritis, satu jembatan runtuh, 405 meter jalan amblas serta kerusakan sebagian fasilitas wisata, air minum dan fasilitas umum lainnya.
Editor: Restu Diantina Putri