tirto.id - Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Rabu, (30/3/2016), mendesak organisasi internasional agar membantu proses perbaikan kuil dan monumen yang rusak di Kota Palmyra, yang belum lama ini direbut kembali oleh pemerintah Suriah dari kelompok militan.
Dalam suratnya yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon, Assad memuji pernyataan pemimpin PBB tersebut, yang mengatakan ia menyambut baik direbutnya kembali Kota Kuno Palmyra oleh militer Suriah.
Sebelum meletusnya krisis di Suriah lima tahun lalu, Suriah memiliki warisan pra-sejarah Yunani, Bizantium dan Islam yang menarik banyak misi arkeologi multinasional, untuk menyelidiki fakta sejarah terkait dengan pembangunan peradaban.
Pada Mei 2015, Palmyra jatuh ke tangan militan Islamic State (IS), yang menghancurkan penjara militer di kota tersebut bersama beberapa kuburan Islam. Kelompok militan itu juga secara terbuka menghukum mati tentara dan orang yang dituduh bekerja buat pemerintah.
Namun tiga pekan lalu, militer Suriah dengan dukungan petempur Syiah Lebanon, Hizbullah dan prajurit Rusia memulai operasi besar dan berhasil merebut kembali kota tersebut.
Saat direbut kembali, Kota Palmyra berisi reruntuhan dari kota besar yang pernah menjadi salah satu pusat budaya paling penting di dunia.
Sementara itu, Presiden Bashar kembali menegaskan kesiapan pemerintah untuk bekerja sama dengan semua pihak untuk melawan taksi teror. Ia mengatakan "momen ini dapat menjadi saat yang tepat untuk mempercepat perang bersama melawan teror," seperti dikutip dari kantor berita Antara, Kamis, (31/3/2016).
Sehari sebelumnya, dalam wawancara dengan kantor berita Rusia, Bashar mengatakan bahwa dukungan militer Rusia dan dukungan semua pihak yang diberikan kepada Suriah dan prestasi militernya dapat mempercepat penyelesaian politik. (ANT)