tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan menyatakan Indonesia telah menjalin kerjasama dengan produsen vaksin Pfizer asal Amerika Serikat. Luhut menyatakan kerjasama itu sudah dibahas saat ia menemui Menteri Kesehatan AS dan sejumlah pejabat tinggi lainnya.
“Tadi malam kami sudah follow up video call dengan Secretary of Health dan wakil Menteri (BUMN) Budi Gunadi Sadikin, dan BPOM untuk Pfizer membuat dan bekerjasama dengan Biofarma. Jadi Indonesia jadi bagian yang baik,” ucap Luhut dalam acara daring bertajuk CEO Networking 2020 Building Resilience to Economic Recovery, Selasa (24/11/2020).
Pfizer merupakan salah satu produsen vaksin yang memiliki efektivitas hingga 90 persen dalam mencegah virus Corona atau COVID-19. Hasil ini dianggap sangat menjanjikan karena merupakan tingkat efektivitas tertinggi yang dicapai dibanding vaksin lain yang hanya berkisar 60-70 persen.
Namun keputusan meminang vaksin Pfizer ini perlu upaya ekstra. Pasalnya vaksin Pfizer memerlukan teknologi lebih tinggi berupa ruang pendingin dengan temperatur minus 70 derajat celcius. Melansir Reuters, ruang pendingin ini pun belum banyak dimiliki oleh rumah sakit di Amerika Serikat lantaran rata-rata fasilitas kesehatan hanya memiliki ruang pendingin dengan temperatur minus 2-8 derajat celcius.
Di Indonesia kendala ini juga muncul. Sebagian besar ruang pendingin di rumah sakit Indonesia hanya memiliki kemampuan temperatur 10 derajat celcius sehingga pemerintah perlu menyiapkan fasilitas ini lebih dulu. Bila tidak, vaksin Pfizer akan sulit digunakan karena hanya bertahan 5 hari atau lebih rendah dari 6 bulan bila menggunakan lemari pendingin sesuai standar minus 70 derajat celcius.
Hingga saat ini Indonesia telah menjalin kerjasama dengan sejumlah produsen vaksin, antara lain Cansino, G42/Sinopharm, dan Sinovac yang berasal dari Cina.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan