Menuju konten utama

Puisi Fadli Zon Buat Suara Prabowo-Sandi di Jateng Makin Terpuruk

Usep menjelaskan secara kultural daerah Jateng lebih banyak mendukung capres-cawapres paslon nomor 01, Jokowi-Ma'ruf.

Puisi Fadli Zon Buat Suara Prabowo-Sandi di Jateng Makin Terpuruk
wakil ketua DPR fadli zon. antara foto/hafidz mubarak a./aww/16.

tirto.id -

Direktur Riset Populi Center Usep S. Ahyar menilai puisi 'Doa Yang Ditukar' yang dibuat oleh Politisi Gerindra, Fadli Zon dinilai malah membuat suara capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandi di daerah Jawa Tengah (Jateng) semakin terpuruk.

"Kalo di Jateng malah nambah terpuruk aja sih, karena Jateng suara nomor 02 sudah terpuruk," ujarnya kepada Tirto, Kamis (7/2/2019).

Apalagi menurutnya, hal yang paling fatal karena puisi Fadli Zon tersebut dinilai melecehkan Maimun Zubair sebagai salah satu Kiai besar di daerah Jateng.

"Iya mendiskreditkan. Iya fatal lah, tapi Fadli Zon kan tahu, pendukung kuatnya di mana, Mbah Maimun di Jateng dan Jatim [Jawa Timur]," ucap Usep.

Selain itu, Usep menjelaskan memang secara kultural daerah Jateng lebih banyak mendukung capres-cawapres paslon nomor 01, Jokowi-Ma'ruf. Kemudian juga didominasi oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Namun menurut Usep, puisi yang dibuat Fadli Zon bukan diperuntukan bagi pendukung Prabowo-Sandi yang ada di Jateng. Sebab pendukung Prabowo-Sandi sudah tahu bahwa dukungannya itu tidak telalu berpengaruh.

"Jateng wilayah bagi merek hopeless. Ya mereka tahu itu tidak berpengaruh, sebenernya targetnya bukan Jatengnya, Jateng ya bagi mereka dilepas ya mungkin bagi mereka dari survei itu jauh tertinggal" kata Usep.

"Ini kan pesannya di luar itu untuk menguatkan pemilih-pemilih Prabowo di luar Jateng, bukan tanpa sengaja juga , itu [Puisi Fadli Zon] pasti sengaja, tapi kepentingannya bukan buat Jateng, tapi di luar," tambahnya.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Hukum
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Nur Hidayah Perwitasari