tirto.id - Idul Fitri punya nama lain: Hari Kemenangan. Maknanya, pada 1 Syawal itu kaum muslim sedunia terbukti sanggup mengendalikan hawa nafsu dengan berpuasa. Namun, apa sebenarnya ukuran kemenangan itu bila, sepanjang bulan Ramadan, umat muslim malah menunjukkan gairah konsumerisme yang tak terbendung?
Pada 2016, Tirto melakukan survei mandiri tentang pengeluaran kaum muda Jakarta selama bulan Ramadan.Hasilnya, dari survei yang melibatkan 353 responden itu diketahui bahwa selama bulan Ramadan, 56,4 persen golongan muda Jakarta mengeluarkan uang 1 hingga 3 juta rupiah lebih banyak untuk tiga keperluan: buka bersama/membeli makanan (89,5%), membeli pakaian/sepatu (49,7%), dan infaq/sedekah (40,2%).
Pada Mei tahun yang sama, Country Industry Head Google Indonesia Hengky Prihatna mengungkapkan bahwa Google melacak peningkatan volume penelusuran mengenai lima hal: pakaian (+29%), travel (+30%), ponsel pintar (+17%), telekomunikasi (+19%), dan barang-barang elektronik (+24%) sepanjang Ramadan. Temuan itu mempertegas bulan puasa sebagai momentum pilihan masyarakat kita untuk khusyuk berburu barang, atau dengan kata lain: menghambur-hamburkan uang.
Menggunakan uang untuk berbuka puasa bersama, membeli aneka kebutuhan lebaran, atau bersedekah tentu sah saja. Hanya, jika dilakukan secara berlebihan, ujung-ujungnya tentu buruk juga. Perlu strategi khusus dalam mengalokasikan dana, sehingga pengeluaran selama Ramadan lebih terkendali. Anda dapat, misalnya, menetapkan sejumlah uang tertentu untuk semua agenda berbuka puasa bersama, belanja pakaian, dan lain-lain. Apa pun alasannya, Anda tak semestinya jadi tekor begitu Ramadan berakhir.
Hal utama dalam mengelola keuangan adalah menentukan prioritas. Penting untuk membuat garis yang tegas antara kebutuhan dan keinginan, sebab keduanya punya potensi sama besar buat mengeruk rekening Anda. Selain itu, perilaku kalap dalam berbelanja juga sering terjadi karena kebiasaan membawa uang tunai ke mana-mana dan menyelesaikan transaksi dengannya.
Untuk keperluan-keperluan itulah Bank BJB menawarkan jalan keluar bernama BJB Digi. Senior Vice President Corporate Secretary Bank BJB, Hakim Putratama, menyebut BJB Digi sebagai produk unggulan Bank BJB yang berbentuk aplikasi. Aplikasi berbasis Android OS, BBOS, dan iOS ini merupakan wujud paling mutakhir (rebranding) berbagai layanan berbasis teknologi yang telah dipunyai Bank BJB. Dengan mengunduh dan menggunakan aplikasi tersebut, nasabah tak hanya mendapat keuntungan berupa kemudahan dan kecepatan, tapi juga keamanan dan kenyamanan.
Dengan menyimpan uang di bank dan menggunakan BJB Digi dalam tiap transaksi, paling tidak Anda sudah mengambil satu langkah ke arah penghematan. Kalaupun kemudian Anda membelanjakan uang Anda lewat BJB Digi, riwayat pengeluaran Anda bakal tercatat dan Anda bisa menggunakan catatan itu untuk introspeksi. Pengeluaran yang tak tercatat kerap membuat orang merasa uang terbang begitu saja.
Selain Hari Kemenangan, Idul Fitri juga galib disebut lebaran. Sastrawan Mas Atje Salmun Raksadikaria alias MA Salmun, dalam tulisannya di majalah Sunda tahun 1954, menyebut istilah lebaran diambil dari tradisi Hindu yang artinya selesai, usai, habis. Maknanya, pada 1 Syawal selesai sudah kewajiban berpuasa yang dilakukan kaum muslim sedunia.
BJB Digi membantu Anda memastikan bahwa ketika lebaran tiba, uang Anda tak ikut selesai pula riwayatnya. Dan dengan demikian, Anda dapat meraih kemenangan Idul Fitri yang sebenarnya: kemenangan pengendalian diri atas hawa nafsu.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis