Menuju konten utama

PT MRT Siapkan Ritel-ritel untuk Mengisi Stasiun

Tenan yang akan dipilih meliputi sektor makanan-minuman, busana, aksesoris, serta produk budaya.

PT MRT Siapkan Ritel-ritel untuk Mengisi Stasiun
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meninjau proyek pembangunan MRT di Depo Lebak Bulus, Jakarta, Minggu (1/7/2018). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - PT Mass Rapid Transit (MRT) sedang mempersiapkan calon tenan yang akan mengisi di stasiun MRT Jakarta. Tenan yang akan mengisi stasiun tersebut akan diumumkan pada September 2018 mendatang.

Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta, Agung Wicaksono mengatakan tenan yang akan dipilih meliputi sektor makanan-minuman, busana, aksesoris, serta produk budaya.

"Kita syaratkan konsepnya harus unik. Kita tidak ingin stasiun MRT ini sama saja dengan yang ada di mal. Dan tidak ada kompor di dalam karena kami punya ada standar kebersihan yang tinggi," kata Agung di Kantor MRT Jakarta pada Kamis (26/7/2018).

Tidak hanya merek-merek terkenal, Agung mengatakan PT MRT juga menggandeng produk UKM untuk bisa mengisi stan-stan ritel dalam stasiun. PT MRT bekerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk menyeleksi UKM tersebut.

"Bukan MRT yang milih, tapi Bekraf. Bekraf sendiri sudah ada katalog UKM binaan. Bekraf dikonsepkan dengan Oke Oce. Bentuk UKM sama saja sama yang tadi terkait makanan, minuman, aksesori, budaya yang unik," ujarnya.

Pendapatan PT MRT Jakarta

Pengadaan ritel tersebut akan menjadi salah satu pendapatan MRT di luar dari penjualan tiket penumpang. Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar menyebutkan bahwa ada dua sumber pendapatan MRT.

Pertama, dari penjualan tiket. Namun, ia mengatakan bahwa penjulan tiket tidak bisa membuat keuangan korporasi berkelanjutan (sustainable).

"Pengalaman kita, pendapatan tiket tidak pernah bisa membuat perusahaan sustain. Dalam pengalaman transportasi publik, selalu namanya ticketing itu disubsidi. Pengalaman MRT Jakarta juga akan menunjukan hal itu," ucap William.

Berdasarkan survei, ketersediaan masyarakat dalam membayar tarif MRT dipatok Rp8.500 per 10 kilometer (Km). Namun, harga tiket dan subsidinya masih berupa usulan yang disampaikan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan akan dimatangkan.

Selain dari pengadaan ritel, sumber pendapatan PT MRT Jakarta juga berasal dari kerja sama dengan perusahaan sistem telekomunikasi, meliputi provider-provider, Google, serta sistem dari Gojek dan Grab.

PT MRT berencana melengkapi pembangunan dengan meluncurkan aplikasi transportasi dalam mobile phone, untuk mengakses informasi baik terkait MRT maupun moda transportasi lain. Aplikasi ini akan perdana diluncurkan pada 15 Agustus 2018, sebelum resmi difungsikan pada Maret 2019.

"Karena kami menyiapkan infrastruktur, kami minta provider-provider ikut lelang. Kami dapat yang memberikan penawaran yang terbaik, dengan kualitas, dan harga yang baik. Pengalaman dulu tidak seperti itu, tapi kami melihat itu sumber pemasukan," ujarnya.

Selain itu, kata William, pemasukan juga bisa dari iklan karena ada sebanyak 173 ribu orang pengguna MRT yang berpotensi berlalu-lalang. Sehingga, ada peluang bisnis untuk beriklan.

Sumber pendapatan lain juga akan datang dari lelang nama (naming right) stasiun. "Nama stasiun kok dilelangkan? Karena memang kami melihat itu ada potensi pendanaan," ucapnya.

Baca juga artikel terkait PROYEK MRT atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto