tirto.id - PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta sedang menyusun skema untuk menarik minat masyarakat agar mau beralih menggunakan MRT.
Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta, Agung Wicaksono menyatakan, pihaknya sedang membuat pilihan sistem tarif untuk menarik menarik minat masyarakat. Pilihan tersebut seperti, tarif flat, berbasis jarak atau berbasis zona.
"Semua sistem bisa kami akomodir, tapi yang paling tepat kami lihat itu berbasis jarak," kata Agung di Jakarta pada Kamis (7/6/2018).
Ia mengatakan, berdasarkan rekomendasi dari konsultan yang melakukan survei, hampir rata-rata penumpang bersedia membayar tarif sebesar Rp8.500 untuk 10 kilometer (Km).
Selain itu, kata dia, jumlah potensial penumpang juga diperkirakan mencapai 130 ribu orang per hari. "Kami akan usulkan mekanisme tarif berbasis jarak. Jadi, bukan sesuatu yang sifatnya flat untuk jarak dekat dan jauh itu sama," kata Agung menerangkan.
Ia mengatakan, skema tarif juga akan dihitung sesuai dengan kebutuhan subsidi yang ditentukan oleh Pemprov DKI Jakarta atas rekomendasi dari dewan transportasi kota Jakarta.
Kendati demikian, kata dia, pemberian subsidi tersebut adalah hak prerogatif Permprov DKI dan tidak diatur dalam peraturan daerah.
Sesuai dengan target, MRT akan mulai beroperasi pada Maret 2019. Sehingga, pembahasan mengenai tarif akan dilakukan secepatnya setelah Lebaran.
"Yang paling penting adalah pada penetapan APBD 2019 tarifnya harus masuk untuk subsidi," kata dia.
Berdasarkan survei, ungkap dia, baru ada 65,5 persen masyarakat yang bersedia beralih dari moda transportasi yang lain menuju MRT.
Sementara moda transportasi lain yang banyak digunakan masyarakat itu adalah kendaraan pribadi, kendaraan berbasis digital (ride sharing), dan bus Transjakarta serta KRL.
"Ini tantangan bagi MRT bagaimana mengalihkan pengguna moda-moda transportasi yang tadi untuk bersedia beralih," ucapnya.
Agung melanjutkan, hasil survei juga mengatakan bahwa masyarakat akan tertarik menggunakan MRT asalkan dapat memiliki sistem ketepatan waktu kedatangan, kehandalan, kemudahan akses dan kenyamanan.
"Dari hasil itu kemudian kami akan desain [operasional MRT] baik memperhitungkan tarifnya dan bagaimana konektivitasnya," kata Agung menerangkan.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto