tirto.id - Meski sempat merugi sebelum masa operasi berjalan di tahun 2018, kurang dari setahun beroperasi, PT MRT Jakarta mampu meraih proyeksi laba sekitar Rp60-70 miliar. Jika fluktuasi keuangan terus dijaga pada titik yang positif, maka rencananya PT MRT Jakarta akan melantai di bursa saham di tahun 2022 nanti.
“Kalau perusahaan sehat ya dikontrol publik secara komersil lewat Initial Public Offering (IPO),” kata William Sabandar, Direktur Utama PT MRT Jakarta di Kantor MRT Jakarta, Rabu, (27/9/2019).
Tahun 2018 lalu sebelum memulai operasi, MRT Jakarta membukukan defisit neraca keuangan Rp132 miliar. Tapi sebagai BUMN, menurut William, pergerakan neraca keuangan mereka cukup positif karena sudah meraih laba di tahun pertama beroperasi. Tahun depan, dengan skema pembiayaan yang sama mereka menargetkan laba sebesar Rp200-250 miliar. Lalu naik Rp100-150 miliar di tahun 2021.
Jika ditotal, dalam sembilan bulan ini, PT MRT Jakarta meraih pendapatan sebesar Rp1 triliun. Pendapatan dari subsidi paling banyak memberi kucuran dana senilai Rp560 miliar. Lalu pendapatan non farebox seperti telekomunikasi, iklan, dan retaik UMKM menyumbang Rp225 miliar. Sementara pendapatan tiket Rp180 miliar.
“Sisanya pendapatan lain-lain seperti bunga bank, selisih kurs, dll sebesar Rp40 miliar,” ungkap William.
Dalam waktu sembilan bulan beroperasi, mereka menghabiskan sekitar Rp940 miliar untuk operasional. Tahun depan, lanjut William, mereka akan mendapat subsidi sebesar Rp900 miliar untuk jangka satu tahun. Ia mengatakan jika nanti pendapatan non farebox dan kawasan Transit Oriented Development (TOD) sudah maksimal, maka jumlah subsidi dari pemerintah bisa berkurang.
“Prinsipnya subsidi tak akan hilang tapi bisa berkurang, maka perusahaan harus dikelola sekomersil mungkin.”
Ia meyakini penumpang MRT Jakarta akan terus bertambah memenuhi target 120 ribu di tahun 2020 asalkan fasilitas dipertahankan, bahkan ditambah inovasinya. Apalagi mereka membidik masyarakat menengah atas sebagai proyeksi pertambahan penumpang.
Menurutnya kelompok inilah yang sangat berpengaruh membawa perubahan dalam bertransportasi, perbaikan polusi, dan macet kota Jakarta. Sebab dengan beralihnya kelompok orang yang membawa kendaraan pribadi ke transportasi publik maka volume kendaraan pun akan berkurang.
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Widia Primastika