tirto.id - Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Rian Ernest mengungkapkan kampanye Pileg 2019, di di Dapil (daerah pemilihan) 1 Jakarta, yakni Jakarta Timur, berpola transaksional.
Rian mengakui ada warga yang meminta sesuatu sebelum bisa berkampanye di satu daerah.
"Mereka bakal bilang gini kalau Pak Rian mau diterima di sini warga minta uang nih pak. Jadi bapak bisa kasih berapa? Pertanyaan itu ada. Jelas saya katakan ke tim relawan gak ada. Mau mau nggak nggak," kata Rian dalam diskusi di kantor ICW, Jakarta, Kamis (21/3/2019).
Rian menyebut, seringkali masyarakat Dapil 1 Jakarta baru tergerak bila ada istilah politik uang 'uang sembako'. Meski tidak menyebut identitas caleg yang melakukannya, Rian menilai politik uang itu terjadi di Dapil 1 Jakarta.
Hal itu terbukti, saat ia membuat acara di sebuah daerah. Di dekat lokasi acara, ada caleg partai lain membagikan amplop.
"Saya melihat mata kepala saya sendiri inkumben-inkumben itu bagi amplop biasa," ucap Rian.
Rian menyebut, tidak akan menggunakan konsep 'uang sembako', karena berbiaya mahal.
Seorang caleg, kata dia, bakal merogoh kocek hingga puluhan miliar rupiah untuk membiayai 'uang sembako' di Dapil 1 Jakarta. Padahal, kata dia, jumlah tersebut dipastikan tidak kembali sepanjang jadi anggota DPR.
"Uang sembako saya hitung Rp30 miliar. Sedangkan saya sudah hitung 5 tahun kerja di DPR yang gaji halal itu Rp4 miliar. Pasti saya defisit 24-26 (miliar rupiah) bahkan mungkin lebih. Makanya saya gak heran lah, ketua DPR kena KPK, wakil ketua DPR [juga] kena KPK, karena biaya politik tinggi," ungkap Rian.
Rian mengakui diremehkan oleh caleg lain di dapil yang sama, karena tak menggunakan politik uang dalam kampanye. Namun, Rian optimistis tetap bisa mengaet suara, karena ada daerah lain di Dapil 1 Jakarta yang menolak politik uang.
"Saya anggap Dapil Dki Jakarta Timur [ada] 2 juta warga. Kalau RT ini blokir, masih ada RT-RT lain kok yang politik cara baru," ujar Rian.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Zakki Amali