Menuju konten utama

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Diprediksi Molor

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung diprediksi molor dari jadwal.

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Diprediksi Molor
(Belakang kiri-kanan) Staf Khusus Menteri BUMN Sahala Lumban Gaol, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Duta Besar China untuk Indonesia Xie Feng, Komisaris Utama PT Kereta Cepat Indonesia China Yang Zhong Min, Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Bintang Perbowo menyaksikan penandatanganan kerja sama EPC Contract antara PT Kereta Cepat Indonesia China dan High Speed Railway Contractor Consortium di Jakarta (4/4). Dengan ditandatanganinya perjanjian tersebut konstruksi kereta cepat Jakarta Bandung siap dimulai. ANTARA FOTO/HO.

tirto.id - Walikota Bandung Ridwan Kamil mengisyaratkan durasi pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung akan molor dari jadwal. Awalnya, kereta cepat tersebut diproyeksikan dapat mulai beroperasi pada 2019 mendatang. Akan tetapi, setelah dirinya bertemu Presiden Joko Widodo, Emil mengungkapkan Jokowi mengindikasikan adanya kemunduran tersebut.

“Terhambatnya saya enggak tahu kenapa. Tanya Pak Presiden saja,” kata pria yang akrab disapa Emil itu seusai acara The Economist Indonesia Summit 2017 di Shangri-La Hotel, Jakarta, hari ini (20/4).

Lebih lanjut, Emil sempat memberikan sedikit informasi mengenai perkembangan proyek kereta cepat yang lama tak terdengar perkembangannya. “Lagi pembebasan lahan, saya enggak hafal (rinciannya). Tapi Alhamdulillah tidak ada masalah,” ucap Emil.

Di tempat yang sama, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi tidak mau berkomentar banyak mengenai proyek kereta cepat. Awalnya Budi Karya meminta agar pertanyaan mengenai kereta cepat ditanyakan saja langsung kepada Emil.

Budi Karya pun terlihat enggan menjawab saat ditanya bagaimana nasib konsesi pengelolaan kereta cepat yang diminta PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) selaku pengembang proyek untuk mulai beroperasi pada 2019. “Nanti kita diskusikan ya,” jawab Budi Karya secara singkat.

Berbeda dengan Emil, Budi Karya mengaku belum mendapat pengarahan langsung dari Jokowi terkait kemunduran tersebut. Budi Karya pun menambahkan dirinya juga belum mendiskusikan soal kereta cepat Jakarta-Bandung dengan Menteri BUMN (Badan Usaha Milik Negara), Rini Soemarno. “Belum, belum ada obrolan lagi (dengan Rini),” kata Budi Karya.

Adapun Budi Karya juga tidak mau menjelaskan secara gamblang perihal kerugian yang akan ditanggung apabila proyek mengalami kemunduran. “Kita harus lihat itu dari beberapa sisi. Kalaupun akan mundur, pasti ada kalkulasinya. Tapi saya sampai sekarang belum ada statement itu mundur,” ungkap Budi Karya lagi.

Sebelumnya, Menteri BUMN Rini Soemarno sudah sempat memberikan pernyataan terbaru mengenai perkembangan dari pembiayaan kereta cepat oleh China Development Bank (CDB). Rini mengatakan selaku penyandang dana untuk proyek, CDB akan mencairkan dana senilai 5,9 miliar dollar Amerika dalam beberapa tahap.

“Kemungkinan (pencairan tahap pertama) sekitar 1 miliar dollar Amerika, atau setara dengan Rp 17 triliun,” ucap Rini di Kementerian BUMN, Selasa (18/4) lalu.

Rini pun menambahkan, skema pembiayaan antara pengembang proyek, PT KCIC dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, masih akan terus dikaji hingga akhir bulan ini.

Namun pada Kamis 13 Maret kemarin, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono pernah mewanti-wanti biaya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung bisa membengkak dari investasi awal sejumlah 5,135 miliar dolar AS. Menurut Basuki, pembengkakan bisa dipicu oleh jalur yang dilewati kereta cepat rawan baik secara geologi teknik, topografi maupun morfologinya.

Basuki memprediksi ada kemungkinan pembengkakan biaya untuk membuat teknologi tinggi guna mengatasi persoalan tersebut. "Saya menyampaikan hati-hati karena disampaikan juga oleh Ibu Menkeu overrun (pembangkakan biaya) 30 persen, " kata Basuki, dikutip dari Antara, Kamis (13/4).

Baca juga artikel terkait PROYEK KERETA CEPAT atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Agung DH