tirto.id -
Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, setiap hari PLTS itu akan mengelola 50 ton sampah menjadi listrik 40 KW. Sementara pembangunannya senilai Rp900 miliar akan didanai langsung oleh BPPT.
"Jadi kita menyiapkan lahan, BPPT menyiapkan teknologinya dan prosesnya," ujar Anies di Gedung BPPT, Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (20/12/2017).
Ia berharap, teknologi BPPT itu dapat menjadi pilot project pengelolaan sampah yang berhasil di Jakarta pada tahun depan. Sehingga, kata dia, teknologi yang sama juga dapat diterapkan berbagai tempat di Indonesia.
"Harapannya juga dengan ini kita bisa mengembangkan pengelolaan sampah di berbagai tempat di Jakarta yang sesuai dengan kebutuhan sekarang," ungkapnya.
Kepala BPPT Unggul Priyanto menyampaikan, listrik yang dihasilkan dari prototipe pembangkit listrik itu memang tidak sebanyak dengan proyek ITF yang direncanakan Pemprov DKI Jakarta.
Sebab, kata dia, dalam pengembangan proyek itu, yang terpenting bukanlah berapa watt listrik yang dihasilkan melainkan jumlah sampah yang dapat diolah. Dalam hal ini, BPPT juga telah mengkaji persoalan lingkungan yang kerap dikhawatirkan dalam pengelolaan sampah menjadi listrik.
Karena itulah, menurut Unggul, "kita buat seminimal ini menimbulkan dampak pada lingkungan."
Untuk diketahui, volume sampah di DKI Jakarta tak pernah menurun secara signifikan selama tiga tahun belakangan. Data dari Dinas Lingkungan Hidup DKI mencatat, ada 150.000-200.000 ton sampah yang di bawa ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang setiap bulannya sejak tahun 2014.
Untuk menanggulangi problem sampah tersebut, Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adjie mengatakan bahwa Pemprov berencana membangun ITF di empat titik di Jakarta. Rencananya, pembangunan pertama ITF tersebut akan dilakukan di atas lahan milik Pemprov seluas 5,5 hektare di Sunter, Jakarta Utara.
"Saat ini sedang kita Kerjasama kan dengan salah satu perusahaan dengan Finlandia. Terkait dengan BPPT yang akan dilaksanakan di Bantar gebang ini hanya masalah skalanya. Ini kan 50 ton per day. Kemungkinan nanti yang di Sunter itu bisa berkisar 2200 ton per hari," ucapnya.
Menurut dia, pembangunan ITF di Sunter akan didanai lewat mekanisme buy offer transfer (BOT), dengan nilai total investasi mencapai 250 juta USD atau sekitar Rp 3 triliun. Sedangkan di tempat lainnya didanai lewat buy offer owner (BOO).
Penulis: Hendra Friana
Editor: Maya Saputri