Menuju konten utama

Prosedur dan Tujuan Sedot Lemak, Apakah Aman Dilakukan?

Apa saja prosedur dan tujuan sedot lemak, apakah aman dilakukan? Simak pembahasannya di artikel berikut ini.

Prosedur dan Tujuan Sedot Lemak, Apakah Aman Dilakukan?
Ilustrasi Sedot Lemak. foto/IStockphoto

tirto.id - Sedot lemak atau liposuction kerap menjadi pilihan untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal. Lalu, bagaimana prosedur sedot lemak dan apakah aman dilakukan?

Sedot lemak adalah prosedur untuk menghilangkan lemak yang tidak diinginkan di area tubuh tertentu. Sedot lemak biasanya menjadi jalan pintas ketika diet dan olahraga sudah tidak mampu menghilangkan timbunan lemak.

Sesuai dengan namanya, sedot lemak dilakukan dengan cara menyedot atau menghisap lemak dengan prosedur khusus. Untuk menghindari risiko sedot lemak, prosedur ini wajib dilakukan di rumah sakit atau klinik dengan dokter yang berkompeten dan berpengalaman di bidang bedah plastik.

Perlu diketahui bahwa tidak semua orang bisa menjalani prosedur sedot lemak. Menurut laman Cleveland Clinic, seseorang yang boleh melakukan sedot lemak harus memenuhi kriteria berikut:

  • Orang dewasa dengan kondisi tubuh yang sehat dan tidak memiliki penyakit berbahaya.
  • Memiliki berat badan normal atau sedikit di atas normal (BMI tidak lebih dari 25)
  • Memiliki kondisi kulit yang masih bagus (kencang dan elastis) dengan kondisi otot yang baik pula.
  • Memiliki tumpukan lemak yang tidak bisa hilang lewat diet dan olahraga.
  • Tidak merokok
Jadi, tidak sembarang orang bisa melakukan sedot lemak. Dokter juga pasti akan melakukan screening terlebih dahulu untuk menentukan apakah pasiennya termasuk kandidat yang sesuai untuk prosedur sedot lemak.

Tujuan Sedot Lemak

Sedot lemak sering dilakukan untuk tujuan estetika, tapi juga bisa untuk mengobati kondisi kesehatan tertentu. Berikut tujuan sedot lemak:

1. Mengubah bentuk tubuh

Sedot lemak dilakukan untuk menghilangkan tumpukan lemak di area tubuh tertentu, misalnya di bagian perut, pinggang, pinggul, dada, area wajah, paha, atau lengan atas. Jadi, tujuan sedot lemak adalah untuk mendapatkan bentuk tubuh atau wajah ideal yang sesuai dengan keinginan.

Hasil sedot lemak sendiri bersifat tahan lama, bahkan bisa permanen jika menerapkan gaya hidup sehat seumur hidup. Jika terjadi penambahan atau penurunan berat badan secara drastis, maka bentuk tubuh tentunya juga bisa berubah, termasuk area yang sebelumnya mendapatkan prosedur sedot lemak.

2. Pengobatan

Selain untuk mengubah bentuk tubuh, sedot lemak terkadang juga dilakukan untuk mengobati beberapa penyakit berikut:

  • Lymphoedema: kondisi kesehatan yang menyebabkan pembengkakan pada lengan dan kaki dalam.
  • Lipoedema: kondisi kesehatan yang menyebabkan penumpukan lemak secara abnormal di bagian kaki, paha, dan pantat.
Sementara itu, banyak orang beranggapan bahwa sedot lemak adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah obesitas. Perlu dipahami bahwa sedot lemak bukanlah solusi untuk menurunkan berat badan dan tidak direkomendasikan untuk orang yang mengalami obesitas.

Sedot lemak hanya akan menyedot lemak dalam jumlah terbatas. Lemak yang dihilangkan pun hanya yang ada di bawah lapisan kulit, bukan lemak yang ada di sekitar organ tubuh lain.

Menurut situs Obesityaction, orang obesitas yang melakukan sedot lemak akan mendapatkan hasil yang tidak memadai, bahkan dapat menimbulkan komplikasi kesehatan. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas tidak termasuk kandidat yang cocok untuk menjalani prosedur sedot lemak.

Prosedur Sedot Lemak

Prosedur sedot lemak umumnya berlangsung sekitar 1-3 jam, tapi pasien tidak bisa langsung pulang dan tetap menjalani rawat inap di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Dokter biasanya akan menggunakan anestesi umum sehingga pasien akan tertidur. Namun, terkadang dokter juga akan menggunakan anestesi epidural.

Adapun prosedur sedot lemak adalah sebagai berikut:

  1. Dokter akan memberi tanda di area tubuh yang dilakukan sedot lemak.
  2. Pada area yang sudah ditandai, dokter menyuntikkan cairan yang mengandung anestesi dan obat untuk mengurangi risiko pendarahan, memar, hingga bengkak.
  3. Dokter akan memecah sel lemak menggunakan getaran dengan frekuensi tinggi. Bisa juga menggunakan laser atau water jet bertekanan tinggi.
  4. Dokter akan membuat sayatan kecil dan memasukkan alat khusus berupa tabung kecil atau kanula yang dihubungkan dengan mesin vakum. Jika areanya cukup lebar, maka sayatannya bisa lebih banyak.
  5. Kanula atau tabung penghisap ini kemudian akan digerakkan maju mundur untuk melonggarkan lemak dan menyedotnya.
  6. Setelah lemak berhasil disedot keluar, dokter akan membersihkan cairan dan darah yang berlebih.
  7. Dokter kemudian akan menjahit dan membalut area bekas sedot lemak.
  8. Setelah semuanya selesai, pasien menjalani rawat inap untuk dilakukan perawatan lebih lanjut.

Risiko Sedot Lemak

Sedot lemak dilakukan melalui prosedur bedah atau operasi sehingga memiliki risiko tersendiri. Efek samping sedot lemak pun hampir sama seperti prosedur operasi pada umumnya, yaitu:

  • Memar dan bengkak yang bisa berlangsung hingga 6 bulan
  • Mati rasa, tapi dapat hilang dalam 6-8 minggu
  • Bekas luka di area sayatan sedot lemak
  • Peradangan di area sedot lemak
  • Keluar cairan dari bekas sayatan
Di sisi lain, ada juga bahaya sedot lemak yang patut diketahui akibat adanya komplikasi usai menjalani prosedur ini. Berikut beberapa risiko sedot lemak yang mungkin bisa terjadi:

  • Hasil yang tidak rata (tidak sesuai)
  • Pendarahan di bawah kulit (haematoma)
  • Mati rasa yang berlangsung lama hingga berbulan-bulan
  • Perubahan warna kulit di area sedot lemak
  • Penumpukan cairan di paru-paru (pulmonary oedema) akibat cairan yang disuntikkan ke tubuh
  • Gumpalan darah di paru-paru (emboli paru)
  • Rusaknya organ dalam selama proses prosedur
  • Pendarahan berlebih
  • Terjadinya penggumpalan darah di vena
  • Infeksi
  • Reaksi alergi terhadap anestesi

Baca juga artikel terkait SEDOT LEMAK atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Dhita Koesno