tirto.id - Presiden Prabowo Subianto bakal memiliki empat ajudan baru. Salah satunya Kolonel Wahyo Yuniartoto. Ia merupakan seorang perwira TNI AD dan pernah menjabat Komandan Grup 2 Kopassus.
Prabowo Subianto sebelumya memiliki ajudan bernama Teddy Indra Wijaya. Mayor Teddy saat ini dipercaya sebagai Sekretaris Kabinet Merah Putih.
Ajudan Presiden RI berasal dari kalangan TNI/Polri. Mereka berpangkat Kolonel jika dari TNI atau Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) andai dari unsur Polri. Seorang ajudan bertugas memberikan dukungan staf dan pelayanan administrasi kepada Presiden maupun keluarga utama, baik dalam kegiatan resmi maupun acara sehari-hari.
Polri dan tiga matra TNI (AD, AL, AU) telah mengirimkan personel terbaik untuk menjadi ajudan Presiden RI. Mereka adalah Kolonel Wahyo Yuniartoto S.E., M.Tr. Han (TNI AD), Letkol (P) Romi Habe Putra, MMDS (TNI AL), Kolonel Pnb Dr Anton Pallaguna, SE., MMOAS (TNI AU), dan Kombes Pol Dr. Ahrie Sonta N. (Polri).
Profil Kolonel Wahyo Yuniartoto
Wahyo Yuniartoto merupakan perwira TNI AD. Ia lahir pada 18 Juni 1979 di Purbalingga. Wahyo menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Purbalingga hingga lulus SMA tahun 1997.
Memiliki cita-cita sebagai tentara, Wahyo Yuniartoto akhirnya masuk Akademi Militer (Akmil) selepas SMA. Ia lulus Akmil tahun 2001. Setelah itu menjalani Pendidikan Komando di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (Pusdiklatpassus) tahun 2003.
Wahyo Yuniartoto pernah mengikuti sejumlah kursus dan pelatihan untuk menunjang karier militer. Mulai Kursus Dasar Kecabangan Infanteri (2001), Combat Intel (2002), Kursus Terjun Bebas Militer (2007), hingga Kursus Dasar Perwira Intel Badan Intelejen Strategis Tentara Nasional Indonesia (2013).
Tak hanya itu, dirinya juga menjalani sejumlah pendidikan militer. Di antaranya Sekolah Lanjutan Perwira II, Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, Pendidikan Komandan Batalyon Infanteri dan Komandan Kodim, serta Assesment Komandan Grup Kopassus..
Selain serius mendalami pendidikan militer, Wahyo Yuniartoto ternyata tidak pernah meninggalkan pendidikan formal di bangku kuliah. Suami Sitti Aminah ini tercatat meraih gelar sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Terbuka. Ia lulus S2 pada 2017 dengan mengambil program studi Strategi Pertahanan Darat di Universitas Pertahanan.
Daftar Karier Wahyo Yuniartoto di Militer
Sebelum dicalonkan menjadi ajudan Presiden RI, Wahyo Yuniartoto memiliki riwayat karier yang cukup panjang di dunia militer. Jabatan pertama adalah Perwira Pertama Pussenif. Ia lantas tembus Grup 1 Kopassus dan terus mengembangkan karier di sana.
Bersama Grup 1 Kopassus, Wahyo Yuniartoto sempat memegang beberapa jabatan mentereng. Mulai Komandan Peleton 2 Batalyon 11, Perwira Seksi Operasi Batalyon 11, hingga Perwira Seksi Intelijen Grup 1 Kopassus.
Wahyo Yuniartoto kemudian mulai berkiprah di Grup 2 Kopassus dan kembali dipercaya dengan sederet jabatan penting. Misalnya Kepala Seksi Intelijen, Wakil Komandan Batalyon 21, hingga menjadi Dandenma Grup 2 Kopassus (2014).
Di tahun-tahun berikutnya, Wahyo menjalankan tugas dan pelatihan dengan baik. Wahyo yang berpangkat mayor akhirnya dipercaya menjadi Komandan Batalyon 14 Grup 1 Kopassus pada tahun 2017.
Sekitar 4 tahun berselang, Wahyo Yuniartoto kembali ke Grup 2 Kopassus. Ia menjabat Wakil Komandan Grup. Baru pada 2024, Wahyo menjadi Komandan Grup 2 Kopassus yang bermarkas di Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Sepanjang karier, Wahyo Yuniartoto sudah beberapa kali mendapat penugasan, baik di dalam maupun luar negeri. Ia memiliki banyak pencapaian lain, termasuk dipercaya menjadi manajer Timnas Pencak Silat Indonesia dalam Kejuaraan Dunia 2022 di Malaysia.
Timnas Pencak Silat di bawah komando Wahyo Yuniartoto berhasil menyabet juara umum. Kesuksesan pun kembali terulang saat ia didapuk sebagai Manajer Tim Pencak Silat Indonesia di ajang SEA Games ke-32 tahun 2023 di Kamboja.
Sekarang, Kolonel Wahyo Yuniartoto akan mengemban jabatan baru sebagai ajudan Presiden Prabowo Subianto. Ia diharapkan dapat bertugas dengan baik dalam melakukan pengamanan fisik, pelayanan administrasi dan protokoler, hingga menjaga kerahasiaan dokumen-dokumen negara.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Beni Jo & Yulaika Ramadhani