tirto.id - Gunung Tangkuban Parahu juga kerap disebut sebagai Gunung Tangkuban Perahu. Gunung ini terletak di Provinsi Jawa Barat.
Tangkuban Perahu baru-baru ini viral karena adanya isu meletus pada 7 Desember 2023, namun berita ini langsung dibantah oleh pejabat wilayah setempat yang mengonfirmasi bahwa video yang beredar di media sosial tersebut adalah hoaks.
Pernyataan ini juga dibenarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Melalui keterangan tertulisnya, PVMBG menyebutkan bahwa Gunung Tangkuban Perahu berada di level 1 alias normal pada saat ini.
Pembentukan gunung berapi ini sendiri dikisahkan secara lokal melalui Legenda Sangkuriang.
Lantas, bagaimana isi cerita tersebut, dan di mana lokasi Gunung Tangkuban Parahu secara geografis, serta status keaktifannya hingga kini? Informasi selengkapnya akan dibahas di bawah ini
Lokasi Tangkuban Perahu
Berdasarkan catatan situs Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, geografis Gunung Tangkuban Parahu terletak di 6 derajat 64’ LS (Lintang Selatan) dan 107 derajat 36’ BT (Bujur Timur).
Gunung ini secara geografis memiliki ketinggian sekitar 1087 mdpl (meter di atas permukaan air laut). Sementara itu, selisihnya dengan dataran tinggi di Bandung berkisar lebih tinggi 1300 meter.
Menurut laman Badan Penghubung Provinsi Jawa Barat, Anda bisa pergi ke sana dengan naik motor selama 30 menit dari Kota Bandung. Ini sesuai dengan jaraknya yang mencapai 30 km di sebelah utara.
Lantas, bagaimana sejarah letusan dan apakah Gunung Tangkuban Perahu masih aktif?
Status Keaktifan Gunung Tangkuban Perahu
Gunung Tangkuban Perahu yang berbentuk strato hingga saat ini masih terpantau aktif. Erupsi terakhir terjadi pada tahun 2019 silam, tepatnya pada hari Jumat, 26 Juli 2019.
Sejarah erupsinya ini sudah pernah beberapa kali terjadi semenjak tahun 1829. Bahkan, letusannya yang terjadi pada 1910 menimbulkan kemunculan 9 buah kawah di Gunung Tangkuban Parahu.
Di antaranya terdapat kawah bernama Kawah Ratu, Domas, Upas, Badak, Jurig, Baru, Jurian, Pangguyungan, dan Siluman.
Dari kesembilan kawah tersebut, Kawah Ratu dianggap sebagai kawah yang paling besar. Kemudian, ada Kawah Upas yang menjadi nomor dua terbesar.
Kendati terdapat kawah, Gunung Tangkuban Parahu juga punya nilai ekonomis. Hasil bencana erupsi ternyata mengeluarkan berbagai material yang dapat dimanfaatkan manusia, misalnya pasir, batuan keras, dan abu halus.
Cerita Gunung Tangkuban Parahu
Cerita legenda Tangkuban Perahu diceritakan dalam cerita rakyat Jawa Barat "Sangkuriang".
Berdasarkan kisah Sangkuriang yang disajikan dalam laman PPID Kota Bandung, Sangkuriang ternyata lahir dari seorang ibu yang bernama Dayang Sumbi.
Jauh sebelum Sangkuriang lahir, Dayang Sumbi diceritakan lahir dari seekor babi hutan. Hewan ini melahirkan perempuan tersebut karena secara tidak sengaja meminum air seni milik Raja Sungging Perbangkara.
Dayang Sumbi pun lahir dan menjadi perempuan cantik. Ia memiliki kecantikan abadi sehingga banyak orang yang ingin mempersuntingnya.
Melihat situasi tak kondusif, Dayang Sumbi akhirnya mengasingkan diri ke sebuah hutan bersama seekor anjing. Hewan tersebut ternyata adalah titisan dewa, sehingga pada suatu kala dikisahkan keduanya menikah.
Sangkuriang lahir dari hubungan tersebut. Ketika berburu, anak ini membunuh ayahnya sendiri dan diusir oleh orang tuanya.
Pada suatu ketika, Sangkuriang kembali lagi ke hutannya semula dan bertemu ibunya. Ia jatuh cinta dan berniat menikahi ibunya sendiri.
Oleh sebab itu, Dayang Sumbi melakukan berbagai kecurangan. Sangkuriang yang sudah menjalankan berbagai syaratnya, murka karena merasa dibohongi.
Akhirnya, ia menendang sebuah perahu yang telah dibuatnya. Perahu ini jatuh terbalik dan membentuk sebuah gunung, Tangkuban Parahu.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yulaika Ramadhani
Penyelaras: Dhita Koesno