tirto.id - Frederika Alexis Cull mewakili Indonesia dalam ajang kecantikan Miss Universe 2019 yang diadakan di Tyler Perry Studio, Atlanta, Amerika Serikat. Pada ajang tersebut, ia berhasil masuk dalam 10 besar bersama perwakilan Amerika Serikat, Puerto Rico, Kolombia, Afrika Selatan, Peru, Islandia, Thailand, Mexico, dan Prancis.
Acara Miss Universe 2019 ditayangkan secara langsung melalui stasiun Fox, Senin (9/12/2019) pukul 07.00 waktu setempat.
Frederika merupakan perempuan keturunan Indonesia dan Inggris. Ibunya berasal dari Lampung sedangkan ayahnya seorang berdarah Inggris dan berasal dari Australia. Gadis dengan tinggi badan 172 cm tersebut lahir di Gold Coast, Quensland, Australia. Ia lahir pada 5 Oktober 1999.
Di usianya yang masih muda, ia berhasil memenangkan Putri Indonesia 2019 dan berhak maju di ajang Miss Universe 2019 menggantikan Sonia Fergina Citra.
Dikutip dari pemberitaan Antara News, perempuan yang biasa dipanggil Erika ini sudah mengawali kariernya sebagai model sejak usia sembilan tahun.
Dalam ajang Miss Universe 2019, ia bersaing dengan 85 kontestan yang berasal dari 85 negara yang berbeda. Ia selalu berusaha untuk tampil maksimal dalam kompetisi ini guna membanggakan Indonesia di kancah internasional.
Antara Newsmenulis, Erika sempat terpeleset saat melenggang mengenakan pakaian renang model bikin. Namun, hal tersebut tidak menghentikannya. Dia tetap tampil memukau dan profesional.
Saat ini, ia masih menjadi mahasiswi jurusan Manajemen Bisnis Internasional di Indonesian Independent School. Selain menjalani hari-harinya sebagai seorang mahasiswi, ia juga aktif dalam kegiatan sosial. Erika turut mengajar di Sekolah Bisa yang menaungi anak-anak kurang mampu dan korban bencana.
Erika membawakan isu akta kelahiran sehingga masuk dalam 10 besar Miss Universe 2019. Steve Harvey, pembawa acara dalam ajang tersebut, menyebutkan namanya dengan lantang. Setelahnya, ada sebuah video yang menampilkan dirinya sedang berbicara mengenai isu akta kelahiran tersebut.
Memperjuangkan hak anak untuk mendapatkan akta kelahiran, ia mendirikan sebuah organisasi yang menaungi hal tersebut, bernama Voice For the Voiceless.
“Saya meningkatkan isu kesadaran bahwa ada 75 juta anak-anak Indonesia tidak memiliki akta kelahiran,” ungkapnya dalam video tersebut.
Pada akun instagram resmi Voice For the Voiceless, voiceless.id, ia memaparkan pentingnya akta kelahiran bagi anak-anak. Tidak hanya soal pengakuan negara, akta kelahiran dapat membantu anak untuk mendapatkan pendidikan gratis, fasilitas kesehatan yang memadai, dan perlindungan dari berbagai bentuk tindak kejahatan terhadap anak.
Sebagai seorang aktivis, ia mendapatkan penghargaan Duta Anti Narkoba dan Duta Humas Polri.
Sebagai Duta Anti Narkoba ia menyebut narkoba sebagai racun generasi muda dan mengajak seluruh generasi penerus bangsa untuk menjauhi narkoba.
“Kita harus tetap kuat dan memiliki kepercayaan dan memiliki pendidikan tentang efek dari narkoba dan sisi negative dari narkoba,” ujarnya dalam konferensi pers pengungkapan narkoba di Mapolres Metro Jaya, Jakarta, Kamis (24/4/2019).
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yulaika Ramadhani