tirto.id - Final Piala Dunia 2018 antara tim nasional (timnas) Perancis vs Kroasia yang digelar di Stadion Luzhniki, Moskwa pada Minggu (15/7/2018) pukul 22.00 WIB akan mempertemukan dua tim yang menjalani tahap fase gugur yang berbeda. Jika Perancis selalu menyelesaikan laga dalam 90 menit, Kroasia selalu bertarung selama setidaknya dalam 120 menit.
Final Piala Dunia tahun ini antar Perancis vs Kroasia adalah partai ulangan semifinal Piala Dunia 1998. 20 tahun lalu, Les Bleus yang bermain di kandang sendiri berhasil menang lewat sepasang gol Lilian Thuram meskipun sempat ketinggalan satu gol Davor Suker. Perancis pun melaju ke final dan menjadi juara dengan menumbangkan Brasil 3-0.
Rekor Buruk Kroasia Lawan Perancis
Timnas Kroasia sendiri mempunyai tren buruk ketika berhadapan dengan Perancis. Dari lima pertandingan, skuat Vatreni kalah tiga kali dan imbang dua kali. Lima pertandingan itu mencakup dua laga kompetitif dan tiga laga uji coba. Setelah Perancis 1998, Vatreni dan Les Bleus kembali bertemu di Piala Eropa 2004, dengan skor akhir 2-2.
Jelang final Rusia 2018, pelatih Zlatko Dalic mengaku tidak peduli dengan rekor pertemuan kedua tim. Pelatih Kroasia itu tetap optimistis dan berjanji bahwa skuatnya akan memberikan yang terbaik.
“Statistik dan rekor ada di sini untuk dipecahkan. Tidak penting siapa lawan kami di final. Tujuan kami untuk memberikan yang terbaik, seluruh dunia akan melihat Kroasia,” ucap pelatih berusia 51 tahun tersebut dikutip laman resmi FIFA.
Skuat asuhan Zlatko Dalic memang mengejutkan banyak pihak di Rusia 2018. Tergabung satu grup dengan Nigeria, Islandia, dan Argentina, skuat Vatreni mampu menyapu bersih kemenangan. Luka Modric dkk pun sempat membantai Argentina dengan skor 3-0.
Di fase gugur, anak asuh Zlatko Dalic mampu melanjutkan performa positif. Melawan Denmark dan Rusia, skuat Vatreni sempat kesulitan sampai harus menyelesaikan laga lewat adu penalti. Laga semifinal kontra Inggris pun diselesaikan Kroasia lewat babak perpanjangan waktu.
Meskipun dianggap tim kuda hitam, skuat Kroasia sebenarnya dihuni banyak pemain top Eropa. Nama-nama seperti Luka Modric, Ivan Rakitic, Ivan Perisic, Mario Mandzukic, Dejan Lovren, Sime Vrsaljko, dan Marcelo Brozovic bermain reguler bagi klub-klub papan atas Eropa.
Pelatih Zlatko Dalic pun menyadari potensi skuatnya tersebut. Pelatih Kroasia itu menyatakan bahwa para pemainnya sudah biasa bermain dalam pertandingan besar di Eropa.
“Kami datang ke sini untuk menikmati permainan dan memenangkannya. Para pemain saya telah banyak bermain di Liga Champions—termasuk final—tapi ini adalah pertandingan terbesar dalam karier mereka,” ujar mantan pelatih Al Ain itu.
Luka Modric dkk. mengincar kemenangan pertama lawan Perancis di laga internasional. Jika berhasil, maka ini ibarat melempar satu batu untuk mengenai dua burung. Selain bakal mencatatkan kemenangan perdana, timnas Kroasia juga berkesempatan menjadi juara dunia untuk pertama kalinya.
Perancis Berkaca pada Kegagalan di Piala Eropa 2018
Sementara itu, kendati lebih diunggulkan, timnas Perancis tidak jemawa. Skuat Les Bleus menyadari betul perjalanan Kroasia untuk mencapai final. Semangat yang dibuktikan skuat Vatreni dengan melewati tiga babak perpanjangan secara beruntun memang patut diperhatikan.
“Saya benar-benar memiliki rasa hormat yang besar untuk para pemain Kroasia dan pelatih mereka Zlatko Dalic. Kami tidak boleh melupakan yang mereka lakukan dengan negara sekecil itu,” terang pelatih Perancis, Didier Deschamps.
Deschamps sendiri adalah kapten skuat Les Bleus ketika mengalahkan Kroasia di Piala Dunia 1998. Jelang laga final, mantan pelatih AS Monaco itu juga berpeluang menjadi orang ketiga yang bisa memenangi Piala Dunia sebagai pemain dan pelatih.
Gelandang Paul Pogba juga mengamini perkataan Deschamps untuk menghormati lawan. Pemain Manchester United itu mengingatkan kembali memori buruk di final Piala Eropa 2016.
“Di [Piala Eropa] 2016, kami membuat kesalahan dengan menjadi terlalu percaya diri. Setelah mengalahkan Jerman di semifinal, kami merasa ditakdirkan untuk menang. Saya berjanji kepada Anda kami tidak akan membuat kesalahan yang sama,” ungkap gelandang berusia 25 tahun tersebut.
Timnas Perancis sendiri mengincar gelar juara dunia kedua mereka sepanjang sejarah. Dalam enam edisi Piala Dunia terakhir, Les Bleus sudah tiga kali masuk final. Lagipula, Hugo Lloris. dkk juga mampu menyingkirkan tim seperti Argentina, Uruguay, dan Belgia dalam perjalanannya ke final.
Rekor pertemuan Perancis vs Kroasia pun lebih mengunggulkan skuat asuhan Didier Deschamps. Ditambah lagi, pengalaman buruk di final Piala Eropa 2016 juga makin mendewasakan skuat Les Bleus.
Tiga Final Piala Dunia Terakhir, Tiga Kali Perpanjangan Waktu
Kendati demikian, ada satu catatan yang patut diperhatikan timnas Perancis. Dari tiga final Piala Dunia terakhir, kesemuanya tidak selesai dalam 90 menit. Di Piala Dunia 2006 bahkan final baru selesai lewat babak adu penalti. Di final 2006 itu pun timnas Perancis adalah pihak yang kalah dalam adu penalti.
Jika masuk perpanjangan waktu, timnas Kroasia memiliki rekor bagus dalam babak tersebut. Sejak lolos fase grup Rusia 2018, skuat Vatreni tidak pernah menyelesaikan laga dalam 90 menit. Luka Modric dkk. harus menjalani adu penalti di babak 16 Besar dan perempat final. Lalu menang dalam waktu 120 menit melawan Inggris di semifinal.
Catatan tersebut menunjukkan bahwa skuat asuhan Zlatko Dalic hampir tidak kenal kelelahan. Meskipun stamina terkuras, skuat Vatreni masih bisa tampil trengginas di babak perpanjangan waktu.
Babak perpanjangan waktu menjadi hal yang harus diperhatikan Perancis jelang laga malam nanti. Bagi Kroasia, pemain mereka sudah membuktikan diri dalam babak tersebut. Sementara itu, Perancis belum pernah menyentuh babak tambahan di Rusia 2018.
Final Piala Eropa 2016 sendiri diakhiri lewat perpanjangan waktu. Dalam final tersebut, tuan rumah Perancis kalah dari tim yang juga tidak diunggulkan, Portugal.
Lalu, jika babak perpanjangan waktu digelar, siapa yang akan ambil keuntungan? Apakah Perancis yang tenaganya belum terkuras sebanyak Kroasia? Ataukah Vatreni yang sudah terbiasa bertarung di babak seperti ini?
Editor: Ikhsan Abdul Hakim