Menuju konten utama

Prediksi Menaker Soal Dampak Teknologi ke Perubahan Pasar Kerja

Menteri Hanif Dhakiri memprediksi sejumlah pekerjaan di sektor perbankan, ritel, dan logistik terancam hilang akibat kemajuan teknologi.  

Prediksi Menaker Soal Dampak Teknologi ke Perubahan Pasar Kerja
Menakertrans Hanif Dakhiri mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (26/4/2018). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.

tirto.id - Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri memperkirakan 56 persen tenaga kerja di dunia bakal kehilangan pekerjaannya karena perkembangan teknologi.

Angka tersebut disampaikan Hanif saat Penganugerahan Penghargaan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (INTEGRA) 2018 dengan mengacu pada data dari Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization/ILO).

“Prediksi sih banyak. ILO sendiri kan memprediksi 56 persen. Tapi meski begitu, penciptaan lapangan kerjanya juga akan besar,” kata Hanif di kantornya, Jakarta pada Senin (19/11/2018).

Kendati meyakini penciptaan lapangan kerja akan lebih besar, namun Hanif tidak menyebutkan angka pastinya. Ia hanya memperkirakan ada jutaan lapangan kerja baru yang bakal terbentuk seiring dengan perkembangan teknologi yang menggeser penggunaan tenaga manusia.

Sejumlah sektor yang dinilai Hanif bakal terkena dampak teknologi ialah yang bergerak di bidang perbankan, ritel, dan logistik. Ia mengklaim Kementerian Ketenagakerjaan juga telah memetakan pekerjaan dan industri apa saja yang akan mengalami penyusutan dari segi tenaga kerjanya.

“Lalu pekerjaan-pekerjaan barunya di bidang apa saja. Itu kami sudah ada pemetaannya. Kami sudah membuat manpower planning untuk memetakan perubahan pasar kerja di masa depan,” kata Hanif.

Menurut Hanif, perkiraan yang mengacu pada data ILO itu bakal berlangsung dalam 10 hingga 20 tahun ke depan. Ia pun memprediksi pergeseran dari penggunaan tenaga manusia menjadi ke mesin itu tidak akan langsung terjadi secara masif dan dalam waktu sekejap, melainkan perlahan.

Hanif menambahkan para pengusaha pun telah menyadari potensi disrupsi teknologi tersebut. Adapun fenomena tersebut biasanya berlangsung di tataran global terlebih dahulu sebelum mengarah ke dalam negeri.

“Jadi misalnya di luar negeri [pergerakannya] tidak terlalu cepat, maka pasti di sini juga tidak akan terlalu cepat. Tapi memang harus kita antisipasi,” ucap Hanif.

Baca juga artikel terkait TENAGA KERJA atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom