tirto.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi dibuka melemah pada perdagangan hari ini Selasa (8/11/2022). IHSG diperkirakan akan bergerak pada rentang terendah 6.954 dan tertinggi 7.172.
"Pergerakan IHSG masih berada dalam rentang sideways dengan kecenderungan melemah," ujar CEO PT Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya dalam risetnya.
Potensi indeks saham terkoreksi dapat terus dimanfaatkan oleh investor dengan target investasi jangka menengah-panjang.
Peluang cuan tentunya dapat diraih dengan pemilihan saham yang tepat dengan fundamental yang kuat.
"Hari ini IHSG berpotensi melemah," tegas William.
Beberapa rekomendasi saham yang dapat dicermati dalam perdagangan hari ini sebagai berikut:
- UNVR
- PTPP
- ADHI
- WTON
- WIKA
- HMSP
- GGRM
- KLBF
- BBCA
Pada perdagangan kemarin, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup menguat 56,87 poin atau 0,81 persen ke posisi 7.102,4. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 9,3 poin atau 0,92 persen ke posisi 1.015,28.
"Beberapa faktor yang mendorong penguatan indeks hari ini yaitu data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 yang lebih tinggi dari sebelumnya dan konsensus, naiknya beberapa harga komoditas, dan positifnya indeks di bursa Wall Street," kata analis Indo Premier Sekuritas Mino dikutip Antara, Jakarta, Senin (7/11/2022).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia berhasil tumbuh tinggi pada kuartal III-2022, yakni 5,72 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau lebih tinggi dari kuartal II-2022 yang sebesar 5,45 persen (yoy).
Tren pertumbuhan ekonomi secara tahunan meningkat secara persisten selama empat kuartal berturut-turut, dengan tumbuh di atas 5 persen sejak kuartal IV-2021.
Disclaimer: Artikel ini merupakan rekomendasi dan analisis saham dari analis sekuritas yang bersangkutan, bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Tirto tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Apabila akan membeli/menjual saham, pelajari lebih teliti dan tiap keputusan ada di tangan investor.
Editor: Intan Umbari Prihatin