Menuju konten utama

Prediksi BI Soal Dampak Kenaikan Suku Bunga AS ke Rupiah pada 2018

Gubernur BI memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan AS sebanyak tiga kali selama 2018.

Prediksi BI Soal Dampak Kenaikan Suku Bunga AS ke Rupiah pada 2018
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja.

tirto.id - Bank Indonesia (BI) memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergejolak menjelang pertemuan Bank Sentral AS (The Fed) pada Maret 2018. Dalam pertemuan tersebut, Bank Sentral AS diperkirakan menetapkan kenaikan suku bunga.

"Jadi, nanti di Maret ada kenaikan (suku bunga acuan The Fed), tapi sekarang di Februari sampai Minggu ketiga Maret akan ada volatilitas (gejolak)," kata Gubernur BI, Agus Martowardojo usai acara Konferensi Tingkat Tinggi BI-IMF di Jakarta, pada Selasa (27/2/2018).

Agus juga mengingatkan nilai tukar rupiah berpotensi bergejolak tak hanya sekali pada 2018. Sebab, dia memperkirakan kenaikan suku bunga AS akan terjadi sebanyak tiga kali di tahun ini, yakni pada Maret, Juni dan Desember.

Bank Sentral AS tercatat menerapkan kebijakan suku bunga rendah di kisaran 0-0,25 persen pada 2015. Secara perlahan, The Fed mulai menaikkan suku bunga seiring membaiknya perekonomian AS. Saat ini, suku bunga patokan AS sudah berada di kisaran 1,25-15 persen.

Kenaikan tingkat suku bunga acuan AS menjadi tolak ukur imbal hasil instrumen investasi di negara tersebut. Dengan demikian, jika suku bunga acuan AS naik, maka aliran modal keluar dari Indonesia (capital outflow) akan kencang dan bisa mengganggu stabilitas Rupiah.

Menurut Agus, volatilitas nilai tukar rupiah pada 2018 kemungkinan ada di kisaran 7-8 persen. Sebagai perbandingan, volatilitas nilai tukar rupiah pada 2017 di kisaran 3 persen, sedangkan pada 2016 volatilitas nilai tukar rupiah ada di kisaran 8 persen.

"Bagi Indonesia itu (volatilitas nilai tukar rupiah pada 2018) suatu kondisi yang dapat dipahami dan suatu hal yang wajar," ujar Agus.

Meskipun demikian, Agus memastikan BI siap melakukan stabilisasi ke pasar jika nilai tukar rupiah sudah tidak sesuai fundamental perekonomian.

"BI tetap akan memberikan keleluasaan nilai tukar rupiah untuk bisa mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia. Kalau misal ada kondisi yang tidak sesuai dengan fundamental ekonomi kita, tentu BI akan hadir untuk menstabilkan," kata Agus.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih cukup kompetitif meski sempat mengalami fluktuasi akibat membaiknya perekonomian AS.

Dia menilai nilai tukar rupiah telah memiliki daya tahan ketika The Fed memutuskan untuk melakukan normalisasi kebijakan moneter pada 2017 dan 2018. Sri Mulyani berharap kurs rupiah terhadap dolar AS terus fleksibel dan stabil untuk bisa menciptakan daya saing bagi sektor perdagangan yang telah membaik sepanjang 2017.

"Paling penting adalah menggambarkan rupiah cukup fleksibel tapi tetap stabil, yang bisa menciptakan kepastian terhadap dunia usaha, namun tidak menimbulkan daya kompetitif yang tererosi," kata dia di Jakarta pada hari ini seperti dikutip Antara.

Dia memastikan pemerintah akan terus menjaga stabilitas ekonomi dari pengaruh dinamika global, termasuk kebijakan moneter dan fiskal serta perdagangan AS.

Baca juga artikel terkait NILAI TUKAR RUPIAH atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom