Menuju konten utama

Prakiraan Hujan 2020-2021: Prediksi Awal dan Puncak Musim dari BMKG

BMKG memprediksi masa awal musim hujan akan terjadi di wilayah Indonesia secara bertahap mulai Oktober 2020. 

Prakiraan Hujan 2020-2021: Prediksi Awal dan Puncak Musim dari BMKG
(Ilustrasi musim hujan) Awan gelap menggelayut di kota Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (5/11/2019). ANTARA FOTO/Arnas Padda/YU/aww.

tirto.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisikasi merilis prakiraan jadwal musim hujan di Indonesia pada akhir tahun 2020 dan awal 2021. BMKG memprediksi musim hujan di Indonesia akan mulai berlangsung secara bertahap pada bulan Oktober 2020, terutama di wilayah barat.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyatakan, kawasan Indonesia akan mulai memasuki fase puncak musim hujan pada awal tahun 2021. "Sebagian besar wilayah [Indonesia] diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada Januari dan Februari 2021, yaitu sebanyak 248 ZOM [Zona Musim] atau 72,5 persen," kata Dwikorita dalam siaran resmi BMKG.

Dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 34,8 persen diprediksi akan mengawali musim hujan pada Oktober 2020. Wilayah-wilayah itu tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Sedangkan 38,3 persen wilayah ZOM lainnya akan memasuki musim hujan pada November 2020. Kawasan yang termasuk di kategori tersebut berada di sebagian Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Kemudian, musim hujan di 16,4 persen kawasan ZOM sisanya, yang tersebar di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTB, NTT, dan Papua, diperediksi memasuki awal musim hujan pada Desember 2020.

Curah Hujan Lebih Tinggi di Sebagian Wilayah

BMKG memperkirakan kondisi musim hujan di wilayah 27,5 persen Zona Musim Indonesia tahun ini akan cenderung "lebih basah" daripada kondisi rerata klimatologisnya. Sementara 243 Zona Musim atau 71 persen diprediksi akan mengalami musim hujan secara normal.

Kondisi ini setidaknya disebabkan oleh dua faktor. Keduanya adalah adanya potensi La Nina yang ditunjukkan oleh anomali suhu di Samudera Pasifik dan kondisi IOD negatif di Laut Hindia.

Dwikorita menjelaskan, pemantauan BMKG terhadap anomali suhu muka laut pada zona ekuator di Samudera Pasifik hingga akhir Agustus 2020, menunjukkan ada potensi La Nina yang bisa memicu peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia.

La Nina berkaitan dengan lebih dinginnya suhu muka laut di Samudera Pasifik ekuator dan lebih panasnya suhu muka laut di wilayah Indonesia. Oleh karena itu, La Nina bisa memicu peningkatan suplai uap air yang pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia.

Prakiraan BMKG tentang potensi peningkatan curah hujan pada musim mendatang tersebut selaras dengan prediksi beberapa institusi meteorologi dunia lainnya. Banyak institusi meteorologi menilai ada potensi anomali iklim atau La Nina pada periode musim hujan 2020-2021.

Prediksi peningkatan curah hujan juga diperkuat oleh hasil pemantauan BMKG terhadap anomali suhu muka laut di Samudra Hindia yang menunjukkan kondisi IOD negatif. Kondisi IOD negatif ini berpeluang bertahan hingga akhir 2020.

"IOD negatif menandai suhu muka laut di Samudra Hindia sebelah barat Sumatera lebih hangat dibandingkan suhu muka laut Samudra Hindia sebelah timur Afrika," kata Dwikorita.

"Ini juga bisa menambah suplai uap air untuk pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia dan menghasilkan peningkatan curah hujan, khususnya di wilayah Indonesia barat," tambah dia.

Kawasan Rawan Banjir-Longsor di Musim Hujan 2020-2021

BMKG memperingatkan sebagian kawasan di Indonesia bakal rawan mengalami bencana banjir dan longsor pada musim hujan 2020-2021. Ini karena curah hujan di wilayah-wilayah itu diperkirakan lebih tinggi daripada situasi normal.

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dodo Gunawan mengingatkan pemda-pemda dari sejumlah wilayah perlu waspada karena musim hujan terjadi lebih awal dan curah hujan juga lebih tinggi dari rerata biasanya.

Di antara kawasan yang diprediksi mengalami musim hujan "Lebih Basah" pada akhir 2020 sampai awal 2021 adalah Sumatera, Jawa, sebagian kecil Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Papua. Adapun wilayah di Pulau Sumatera, Sulawesi, sebagian kecil Jawa, Kalimantan, hingga NTB, dan NTT kemungkinan akan mengalami musim hujan lebih awal.

"Masyarakat diharapkan dapat lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim hujan terutama di wilayah yang rentan terjadi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor," ujar Gunawan.

Selain itu, potensi kekeringan juga perlu diwaspadai di sejumlah kawasan yang diperkirakan bakal mengalami awal musim hujan sedikit terlambat sekitar 10-20 hari, terutama di area sentra-sentra pangan seperti Jawa, Bali, NTB, dan Sulawesi.

Pada bulan September 2020, banjir sudah mulai terjadi di beberapa daerah. Contoh, laporan BNPB menyebutkan banjir melanda wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah sejak tanggal 6 hingga 14 September 2020.

Banjir ini telah merendam 1.118 rumah di delapan desa di Kotawaringin Timur. BNPB mencatat banjir tersebut terjadi dengan ketinggian 80-150 sentimeter dan disebabkan oleh meluapnya sungai Mentaya.

Bupati Kabupaten Kotawaringin Timur juga telah menetapkan Status Tanggap Darurat Penanganan Bencana Banjir selama 14 hari, yakni pada tanggal 14–27 September 2020.

Menurut prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang masih berpotensi terjadi di sebagian wilayah Provinsi Kalimantan Tengah hingga Rabu, 16 Sepetmber mendatang.

Baca juga artikel terkait HUJAN atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH