tirto.id - Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto menilai kondisi demokrasi di Indonesia saat ini sedang terancam. Terutama terkait kebebasan menyatakan pendapat, berserikat, serta berhimpun.
"Sekarang ada mak-mak mau deklarasi, diusir. Diusir dari negaranya sendiri. Dia mau datang ke kota di negaranya dia diusir. Apakah republik yang seperti ini yang dicita-citakan pendahulu kita?" kata Prabowo dalam pidatonya sebagai keynote speaker acara peluncuran buku "Paradoks Indonesia" di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu (1/9/2018).
Namun, Prabowo tidak merujuk secara spesifik contoh kasus yang ia maksud. Ia hanya melanjutkan penjelasannya dengan mengatakan tujuan bernegara di Indonesia adalah untuk memberikan rasa aman kepada seluruh rakyatnya.
"Negara itu harus mengayomi rakyatnya yang mau berbicara dengan sopan," kata Prabowo.
Lebih lanjut, Prabowo pun mengaku prihatin terhadap aparat negara yang menurutnya telah berpihak pada kelompok tertentu dan bukan menjalankan fungsinya untuk mengayomi seluruh rakyat Indonesia.
"Kalau aparat itu melindungi golongan tertentu saja, maka itu melanggar undang-undang. Sejarah mencatat kalau ada yang melanggar undang-undang rakyat tidak akan mendiamkan," kata Prabowo.
Dalam kesempatan ini, Prabowo juga menjelaskan sejumlah paradoks Indonesia, seperti tingginya angka stunting, tingginya jumlah utang, dan lemahnya perlindungan terhadap kelompok rentan.
Hadir dalam acara ini 27 guru besar dari sejumlah kampus dan sejumlah elite Gerindra, seperti Wakil Ketua DPP Gerindra Fadli Zon.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Alexander Haryanto