Menuju konten utama

Potensi Klaster Corona Pedagang Yogyakarta Saat Wisatawan Meningkat

Wisata Yogyakarta dibuka lebar. Potensi klaster pun muncul. Saat ini setidaknya sorang pedagang di pusat wisata Malioboro meninggal karena COVID-19.

Potensi Klaster Corona Pedagang Yogyakarta Saat Wisatawan Meningkat
Wisatawan mengunjungi Kompleks Taman Wisata Candi Keraton Ratu Boko di Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (3/7/2020). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/wsj.

tirto.id - Seorang pedagang kaki lima (PKL) di blok 3 kawasan wisata Malioboro Yogyakarta meninggal dunia dan terkonfirmasi positif virus Corona atau COVID-19. Belum dapat pastikan sumber penularannya, akan tetapi mobilitas wisatawan yang tinggi saat libur panjang akhir pekan turut meningkatkan risiko penularan.

PKL berusia 68 tahun ini berjualan tas dan sepatu. Ia dinyatakan positif pada Jumat (4/9/2020) siang dan meninggal sore hari itu juga. Ia masih berjualan sampai 26 Agustus dan baru berhenti setelah merasa sakit sehari kemudian.

PKL malang ini meninggal dunia saat kunjungan wisatawan ke Yogyakarta terus meningkat. Wakil ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana mengatakan “peningkatan risiko [penularan] saat kunjungan wisata meningkat itu pasti,” saat dihubungi reporter Tirto, Senin (7/9/2020).

Pemprov memang berharap meski pandemi, Yogyakarta tidak sepi wisatawan. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan kegiatan ekonomi dan pencegahan COVID-19 akan berjalan beriringan karena tak ada yang bisa memastikan kapan pandemi akan berakhir. Oleh karena itu ia mengatakan “tidak masalah” jika para pelaku usaha membuka hotel, rumah makan, tempat rekreasi, dan sebagainya pada Juli lalu. Sultan berharap dengan begitu perekonomian tetap tumbuh.

Dinas Pariwisata DIY mencatat, pada pekan pertama Juli, ada sekitar 8 hingga 13 ribu wisatawan berkunjung. Jumlahnya terus meningkat hingga pertengahan Agustus, bertepatan dengan libur panjang HUT RI. Wisatawan yang masuk ke Yogyakarta tercatat 17 ribu sampai 39 ribu.

Malioboro, yang selama ini menjadi percontohan penerapan protokol kesehatan di tempat wisata Yogyakarta, didatangi 30.116 pengunjung pada 18-27 Agustus, menurut Pemerintah Kota Yogyakarta. Ini berdasarkan data yang mengisi QR Code. Dari jumlah tersebut, yang masuk zona 3, tempat PKL malang yang positif dan meninggal, ada 3.698 orang.

Menurut Huda, satu kasus positif dan meninggal ini bisa jadi hanya puncak gunung es. Oleh karena itu, menurutnya, penting untuk segera dilakukan tes polymerase chain reaction (PCR) atau swab terhadap para pedagang. “Kalau sudah ada satu yang positif, itu mungkin sebelah-sebelahnya ada yang kena juga.”

Tes tak hanya penting dilakukan di Malioboro, tapi juga terhadap pelaku industri pariwisata secara umum karena sekali lagi, turis yang masuk Yogyakarta secara umum meningkat dalam dua bulan terakhir.

Ketua Paguyuban PKL Malioboro Jarwo mengatakan tes masif bagi para pedagang memang penting untuk dilakukan. “Kami mendukung kalau ada tes swab massal. Sudah pernah ada rapid test, tapi mungkin bisa dilakukan lagi secara periodik,” kata Jarwo saat dihubungi reporter Tirto, Senin (7/9/2020).

Belum Ditutup

Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan mereka telah melakukan tracing terhadap 15 orang yang kontak erat dengan pedagang meninggal. Tujuh dari keluarga dan delapan dari pedagang lain. Baru satu yang sudah di-swab, yaitu anak korban, dan hasilnya positif.

Karena belum swab, maka untuk sementara Malioboro masih dibuka. “Kami masih memberikan izin bagi ruas-ruas jualan di zona 3, termasuk zona lain,” kata Heroe yang juga merupakan Wakil Wali Kota Yogyakarta kepada wartawan, Senin (7/9/2020)

Penutupan Malioboro sempat disinggung Sultan pada awal Juni lalu. Ia menyatakan tak segan menutup kawasan tersebut jika masih terjadi kerumunan--mengabaikan protokol kesehatan. Sultan meminta agar pelanggar protokol kesehatan di Malioboro ditindak tegas. “Jadi jangan sampai saya close,” kata dia.

Meski belum menutup kawasan, Heroe mengatakan instansinya akan melakukan penyemprotan disinfektan di seluruh Malioboro. Selain itu, protokol kesehatan juga akan diperketat. Jika sebelumnya pelanggar protokol hanya mendapatkan teguran, maka ke depan sanksi diperberat, yaitu kerja sosial hingga pencabutan izin bagi pelaku usaha.

Mengenai kemungkinan tes swab ke seluruh pedagang, yang jumlahnya 2.000, Heroe bilang itu belum akan dilakukan sebab “tidak efektif.” Rencananya, tes hanya akan dilakukan secara sampling untuk mengetahui sebaran kasus.

Hingga Senin (7/9/2020) jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Yogyakarta telah mencapai 1.571. Sebanyak 1.189 dinyatakan sembuh, 46 di antaranya meninggal dunia.

Baca juga artikel terkait COVID-19 YOGYAKARTA atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Rio Apinino