tirto.id - Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Polri, Komjen Paulus Waterpauw menuding ada remaja yang menjadi informan Kelompok Bersenjata di Papua. Paulus menduga mereka yang membocorkan informasi mengenai kekuatan kepolisian.
Paulus mengkliam kepolisian menerima komplain dari masyarakat mengenai anak-anak yang diduga berkelindan dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB)--sebutan yang dipakai aparat dan pemerintah--.
“Ada banyak anak-anak yang kami jadikan tenaga bantuan operasi (TBO). Anak-anak yang kami bimbing, kami sekolahkan. Di polsek-polsek, rata-rata hampir anak-anak yang diambil [diberikan pendidikan],” ujar Paulus dalam diskusi daring, Rabu (2/6/2021).
Paulus mengatakan anak-anak itu disekolahkan di tingkat sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP). Ia menuding saat sudah remaja, ada yang menjadi petunjuk arah Kelompok Bersenjata agar bisa menyerang aparat.
“Merekalah yang nanti memberikan bocoran bahwa ‘bapak ini kapolseknya, anggotanya hari ini biasanya di sini, senjatanya ada di sini’ dan lain sebagainya. Maka sekarang kami instruksikan tidak ada lagi untuk mengangkat anak,” kata Paulus.
Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TNPB-OPM) Sebby Sambom membantah tudingan Paulus.
“Tidak benar itu, yang rekrut anak-anak sekolah untuk menjadi mata-mata TNI dan Polri adalah TNI dan Polri itu sendiri,” kata Sebby ketika dihubungi reporter Tirto, Jumat (4/6/2021).
Sebby mengatakan TNI dan Polri mesti bertanggungjawab atas perekrutan anak-anak yang bakal dijadikan intelijen keamanan Indonesia. Ia meminta aparat keamanan jangan memutar balik fakta. “Polri jangan asal menuduh.”
Saat ini, Kelompok Bersenjata atau KKB dilabeli sebagai teroris oleh pemerintah. Pelabelan itu disampaikan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD pada 29 April lalu.
"Sekarang ini pemerintah terus berupaya menumpas habis kelompok teroris tersebut. Menumpas habis aksi-aksi kekerasan yang dilakukan kelompok teroris di Papua," kata Mahfud.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Gilang Ramadhan