Menuju konten utama

Politik Saling Kunci Cawapres antara Kubu Jokowi dan Oposisi

Menunggu keputusan lawan menjadi salah satu alasan kubu Jokowi dan oposisi belum mengumumkan nama cawapres ke publik.

Politik Saling Kunci Cawapres antara Kubu Jokowi dan Oposisi
Presiden Jokowi di atas kuda tunggangan didampingi Prabowo Subianto menjawab wartawan, di Padepokan Garuda Yaksa, Desa Bojong Koneng, Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Senin (31/10) siang. (Foto: Humas/Rahmat)

tirto.id - Kendati mengklaim sudah mengantongi nama calon wakil presiden (cawapres), namun kubu Joko Widodo (Jokowi) dan kubu Prabowo Subianto masih mengunci rapat-rapat siapa sosok yang akan mereka usung. Politik saling kunci antara kedua kubu tidak lepas dari taktik dan strategi yang sedang mereka mainkan.

“Tim koalisi [Jokowi] juga melihat pihak penantang [sosok cawapres Prabowo],” kata Ketua DPP Golkar TB Ace Hasan Syadzily kepada Tirto, Rabu (11/7).

Ace melihat kubu Prabowo hingga sekarang belum memiliki sikap yang jelas soal siapa sosok yang akan mereka tentukan sebagai cawapres. Sehingga hal ini menyulitkan kubu Jokowi mencari lawan tanding yang pas. “Ada yang ingin mengajukan Gatot, ada yang ingin mengajukan AHY,” ujarnya.

Menurut Ace, pengumuman nama cawapres Jokowi secara dini akan membuka peluang bagi kubu lawan untuk menggembosi sosok tersebut dengan beragam isu yang berpeluang merugikan pihaknya. “Yang terpenting pihak penantangnya sampai saat ini masih belum ada, kenapa kami harus mengumumkan sekarang?” tanya Ace, retoris.

Wakil Ketua Komisi VIII ini pun membantah belum diumumkannya nama cawapres Jokowi lantaran partai koalisi belum sepakat dengan nama yang telah dikantongi Jokowi. “Siapa yang tahu nama itu? Belum ada yang tahu cawapres yang dimaksud. Itu, kan, semua orang masih menduga-duga,” ujar Ace.

Hingga sekarang, Golkar masih berusaha mengusung ketua umum mereka, Airlangga Hartarto, sebagai cawapres Jokowi. Menurutnya, figur Airlangga yang kini merangkap jabatan sebagai menteri perdagangan mampu menghadapi era persaingan dagang internasional antara Amerika Serikat dan Tiongkok. “Jokowi butuh pendamping seseorang yang mengerti perihal ekonomi dan industri,” katanya.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan cawapres Jokowi akan diumumkan dalam waktu yang tepat. Sebab, menurutnya, memilih cawapres mesti melalui pertimbangan yang matang, termasuk mendengarkan masukan semua pihak.

“Jadi nama-nama sedang dibahas dalam suasana yang kontemplatif, tinggal menunggu saja. Kalau [memakai] istilahnya Bu Mega: menunggu waktu yang cerah,” kata Hasto, di Kantor DPP PDI Perjuangan, Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (11/7/2018).

PDI Perjuangan berharap cawapres Jokowi bisa turut menyukseskan program-program presiden di periode berikutnya. Hasto optimistis siapa pun cawapres yang dipilih partai-partai pendukung Jokowi akan setia digaris koalisi. “Kami sudah berpengalaman memilih pasangan capres dan cawapres, jadi kami yakin tidak akan ada parpol koalisi yang akan keluar dengan pilihan Pak Jokowi nanti,” ujarnya.

Ketua Majelis Penasihat Partai (MPP) PAN Soetrisno Bachir mengakui sampai saat ini koalisi kubunya belum menentukan siapa calon pendamping Prabowo, sebab masih menunggu siapa sosok yang jadi cawapres Jokowi. “Mereka [kubu Jokowi] saja masih kemungkinan bubar koalisinya. Belum diumumkan, kan, sekarang cawapresnya. Jadi, masih ada kemungkinan beralih ke kami juga,” kata Soetrisno di Kantor ICMI, Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (11/7/2018).

Selain faktor tersebut, kata Soetrisno, koalisi Prabowo juga masih menunggu hasil uji materi Presidential Treshold di Mahkamah Konstitusi (MK). "Kalau kembali nol persen kan peta sangat mungkin berubah. Bisa ada 14 calon, dong, kalau semua partai mencalonkan," kata Soetrisno.

Dengan kondisi itu, kata Soetrisno, PAN pun mempunyai peluang untuk mencalonkan presiden sendiri. Saat ini, kata dia, terdapat empat nama yang siap diusung partainya sebagai capres, yakni Amien Rais, Hatta Rajasa, Zulkifli Hasan, dan dirinya sendiri. “Jujur, kalau sekarang kami belum sepenuhnya firmed mendukung Prabowo, meskipun ada kecenderungan [ke arah sana]. Tunggu [putusan] MK dulu," kata Soetrisno.

Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria mengatakan cawapres Prabowo belum diumumkan lantaran belum ada kata sepakat di antara partai-partai oposisi. “Nanti keputusannya akan dibahas bersama seluruh partai koalisi. Bisa tiga partai, bisa lima partai dengan PKB dan Demokrat," kata Riza kepada Tirto.

Berbeda dengan ucapan Soetrisno, Riza mengatakan pihaknya tidak merasa perlu menunggu pengumuman cawapres Jokowi, sebab yang terpenting adalah soliditas partai pengusung. “Meskipun ya idealnya kubu Jokowi yang mengumumkan cawapres duluan karena mereka yang sudah deklarasi duluan,” kata Riza.

Saat ini, kata Riza, di antara parpol koalisi sedang mempertimbangkan beberapa nama, di antaranya Anies Baswedan, Ahmad Heryawan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.

Jadi Rebutan

Selain Golkar, sejumlah partai koalisi pendukung Jokowi saat ini juga sama-sama berambisi mengejar posisi cawapres. PPP dan PKB, misalnya, menginginkan kriteria cawapres Jokowi berasal dari golongan santri dan pemilih muda. Kriteria ini selaras dengan latar belakang Ketua Umum PPP Rommahurmuziy dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.

Sementara itu, Nasdem dan Hanura menginginkan sosok cawapres yang dapat meningkatkan elektabilitas Jokowi. Oleh karena itu, menurut kedua partai ini, penting bagi Jokowi memilih cawapres yang berasal dari etnis non-Jawa.

Di kubu Prabowo, sejumlah elit PAN masih terus berusaha menjadikan ketua umum mereka Zulkifli Hasan sebagai capres atau cawapres, sedangkan PKS menggaungkan nama Ahmad Heryawan sebagai cawapres Prabowo. PKS berdalih sosok Aher berpengalaman sebagai gubernur Jabar dua periode dan mendapat suara tertinggi di internal PKS.

Merespons nama-nama yang bermunculan, Riza Patria mengatakan cawapres Prabowo harus bisa meningkatkan elektabilitas.

“Kalau dirasa kebutuhannya menggaet millenial ya bisa AHY. Kalau populer dan berpengalaman, ada Anies Baswedan,” kata Riza.

Kriteria

Direktur Populi Centre Usep S. Ahyar menilai Jokowi butuh figur dengan latar belakang agamawan atau ekonom untuk dijadikan cawapres. Menurutnya, Jokowi masih lemah dalam dua bidang itu. “Terlihat masih banyaknya isu agama dan ekonomi yang [menjadi bahan serangan] ke Jokowi,” kata Usep kepada Tirto.

Pilihan sosok berlatar belakang agama, kata Usep, bisa Ma'ruf Amin atau Mahfud MD. Keduanya memiliki basis massa dan pengaruh besar terhadap semua golongan agama di negeri ini, terutama umat Islam. “Ma'ruf misalnya, di golongan Islam konservatif dia diterima, di moderat juga diterima,” kata Usep.

Untuk yang berlatar belakang ekonomi, Usep menyebut ada sosok Airlangga dan Chairul Tanjung yang sama-sama pernah menjabat sebagai menteri di bidang ekonomi. Untuk cawapres Prabowo, Usep berpendapat sosok yang diusung harus yang bisa benar-benar mendongkrak elektabilitas mantan mantu Soeharto itu.

“Dari survei kami, elektabilitas Prabowo masih sekitar 10 persen di bawah Jokowi,” katanya.

Sosok yang menurut Usep bisa mengerek elektabilitas Prabowo adalah Anies dan AHY. Kedua sosok ini, kata dia, masih menjadi pilihan alternatif publik di antara sekian banyak sosok yang masuk bursa cawapres.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi & M. Ahsan Ridhoi
Editor: Muhammad Akbar Wijaya