Menuju konten utama

Polisi Sebut Konflik Wamena Bukan Antara Pendatang dan Warga Papua

Polisi mengklaim konflik Wamena terjadi bukan karena konflik antara warga pendatang dengan warga Papua, tetapi kelompok tertentu bermain dalam situasi tersebut. 

Polisi Sebut Konflik Wamena Bukan Antara Pendatang dan Warga Papua
Pengendara melintasi Kantor Bupati Jayawijaya yang terbakar saat aksi unjuk rasa di Wamena, Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019). ANTARA FOTO/Marius Wonyewun/wpa/foc.

tirto.id - Mabes Polri menyatakan tidak ada konflik antara penduduk asli Papua dan warga pendatang di Wamena, Papua. Polri mengklaim ada kelompk tertentu yang membuat konflik terjadi di Papua.

"Sebenarnya masyarakat pendatang dan masyarakat asli tidak berkonflik, justru ada sekelompok organisasi yang memanfaatkan situasi," ucap Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra di Mabes Polri, Kamis (3/10/2019).

Asep mengatakan situasi di Wamena pasca kerusuhan sudah terkendali. Ia menambahkan, roda perekonomian sudah berjalan di Wamena. Asep juga mengklaim, beberapa pengungsi sudah kembali ke kampung halaman, tetapi beberapa masih mengungsi di Jayapura dan Wamena.

Asep menuturkan, kericuhan di Wamena terjadi akibat berita hoaks. Kini, Polri tengah melakukan penegakan hukum agar tidak kembali ricuh. Namun, polisi berfokus pada upaya pemulihan situasi pasca kerusuhan.

"Yang diutamakan adalah pemulihan situasi keamanan namun dalam bentuk kewaspadaan. Upaya gangguan potensinya tetap ada. Hal itu juga kita barengi dengan kegiatan penegakan hukum," ujar Asep. Kini polisi menetapkan tujuh orang sebagai tersangka perkara kerusuhan Wamena.

Polisi belum mengungkapkan detail identitas dan peran masing-masing pelaku. Namun, Polri memastikan para tersangka dijerat dengan Pasal 170 KUHP (kekerasan), Pasal 351 KUHP (penganiayaan) maupun Pasal 338 KUHP (pembunuhan).

Presiden Jokowi mengatakan, kerusuhan yang terjadi di Wamena dilakukan oleh kelompok bersenjata yang turun ke bawah kemudian melakukan pembakaran-pembakaran. “Ini saya sudah perintahkan Menko Polhukam dan TNI/Polri untuk mengejar perusuh-perusuh yang belum tertangkap," kata dia.

Gubernur Papua Lukas Enembe meminta maaf dan "menyampaikan rasa belasungkawa sebesar-besarnya" karena kerusuhan ini menyebabkan beberapa orang meninggal dunia.

Kerusuhan ini telah mengakibatkan 26 korban tewas dan 66 korban luka-luka yang masih dirawat di rumah sakit. Lukas juga menyatakan pemerintah siap merekonstruksi dan merehabilitasi aset-aset milik masyarakat yang rusak.

Kericuhan terjadi saat pembubaran demonstrasi pelajar dan warga di Wamena oleh aparat gabungan TNI-Polri. Kerusuhan juga menyebabkan banyak orang mengungsi.

Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua mencatat terdapat 7.278 warga mengalami trauma usai kerusuhan, Senin (23/9/2019). Ribuan warga itu masih berada di penampungan pengungsi.

Bupati Jayawijaya, Jhon Richard Banua mengatakan, para pengungsi masih tersebar lebih dari 59 titik di gedung pemerintah dan tempat ibadah. "Pengungsi terbanyak bertahan di Polres, Kodim, gereja, musala dan sudah didistribusikan logistik," ucap dia dikutip dari Antara, Senin (30/9/2019).

Baca juga artikel terkait KONFLIK PAPUA atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Andrian Pratama Taher