tirto.id - Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) menegaskan kembali penyebab kematian aktivis lingkungan dan Hak Asasi Manusia (HAM) dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara Golfrid Siregar: kecelakaan tunggal.
"Dugaan kita, korban ini mengalami laka tunggal," kata Kapolda Sumut Irjen Agus Andrianto saat konferensi pers di Mapolda Sumut, Jumat (11/10/2019), seperti dikutip dari Antara.
Dugaan tersebut berdasarkan hasil penyelidikan dari sejumlah saksi dan olah tempat kejadian perkara (TKP). "Dari hasil tersebut mengindikasikan korban murni kecelakaan lalu lintas."
Kepala Satuan Lalu Lintas Polrestabes Medan AKBP Juliani Prihatini mengatakan mereka menemukan sejumlah bukti yang memperkuat bahwa korban mengalami laka lantas. Di antaranya, mulut, telinga, dan hidung Golfrid yang mengeluarkan darah.
Selain itu juga terdapat lebam pada pipi sebelah kanan, mata sebelah kanan, luka lecet pada jari kaki atas sebelah kanan, dan lebam pada siku sebelah kiri.
"Luka pada tubuh korban identik dengan hasil olah TKP. Selain itu juga kerusakan pada sepeda motor korban yang keseluruhan ada di bagian kanan kendaraan," ujarnya.
"Termasuk knalpot bagian luar. Lampu sein kanan sepeda motor juga rusak, termasuk shock depan sebelah kanan terdapat bekas benturan," jelasnya.
Golfrid Siregar meninggal di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, Ahad lalu. Ia sempat hilang sejak Rabu.
Golfrid ditemukan dalam kondisi tidak sadarkan diri di flyover Simpang Pos Jalan Jamin Ginting Padang Bulan, Kamis (3/10/2019) sekitar pukul 01.00 dini hari.
Ia ditemukan oleh tukang becak yang kebetulan melintas. Oleh tukang becak tersebut korban dibawa ke RS Mitra Sejati lalu diarahkan untuk di tangani ke RSUP Haji Adam Malik.
Manajer Advokasi dan Kampanye Walhi Sumatera Utara Roy Lumbangaol mengatakan kematian Golfrid "janggal." Salah satunya: kepala korban seperti habis dipukul benda tumpul, tapi bagian tubuh lain tak ada luka sebagaimana orang bekas kecelakaan lalu-lintas—misalnya, luka lecet.
Ini selaras dengan pengakuan Kasubbag Humas RS Rosario Dorothy. “Saat tiba, kondisi pasien sudah tidak sadarkan diri dan alami pendarahan di bagian kepala yang cukup hebat," katanya, seperti dikutip dari Antara. “Sementara sepeda motornya hanya mengalami kerusakan kecil saja,” kata Roy kepada reporter Tirto.
Dugaan Roy lebih jauh: korban dihabisi karena aktivitas politiknya sebagai pembela HAM dan lingkungan.