Menuju konten utama

Pola Pendidikan yang Tepat Bagi Generasi Z dan Generasi Alfa

Bagaimana seharusnya pola pendidikan yang tepat bagi generasi z dan generasi alfa?

Pola Pendidikan yang Tepat Bagi Generasi Z dan Generasi Alfa
Ilustrasi generasi z. Mahasiswi sedang melihat-lihat lapak online fashion melalui smartphone. tirto.id/Arimacs Wilander

tirto.id - Setelah istilah generasi Milenial ramai dibicarakan dan digunakan oleh semua kalangan, sekarang merupakan giliran generasi Z dan generasi Alfa yang mendapatkan perhatian khalayak ramai.

Generasi Z mengacu pada generasi yang lahir antara tahun 1996 hingga 2010, setelah generasi milenial.

Generasi ini telah dibesarkan di era di mana internet mulai muncul dan berkembang. Saat ini sebagian anak-anak generasi Z sudah mulai memasuki jenjang perguruan tinggi dan mulai memasuki dunia kerja.

Dilansir dari Forbes, anak-anak generasi Z hidup di tengah munculnya teknologi serta hidup di tengah-tengah kemajuan teknologi.

Anak-anak generasi ini akan selalu menuntut pada penyempurnaan teknologi, penyempurnaan berbagai sistem sosial mulai dari pendidikan, kerja dan interaksi sosial.

Saat belajar, anak-anak generasi Z menyukai metode belajar dengan cara bereksperimen atau melakukan praktik daripada duduk berdiam di kelas mendengarkan ceraman guru. Selain itu, anak-anak generasi ini memiliki kemampuan multitasking yang tak sembarangan.

Generasi Alfa mengacu pada anak-anak yang lahir setelah tahun 2010 hingga thaun 2025. Generasi ini, umumnya, merupakan keturunan dari generasi Y atau Z.

Tak seperti generasi Z yang lahir saat teknologi mulai muncul dan berkembang, anak-anak generasi Alfa bahkan sudah akrab dengan teknologi sejak sebelum dilahirkan. Demikian sebagaimana diwartakan Bussines Insider.

Hal ini memicu adanya kecenderungan adanya kecanduan teknologi pada anak apabila orang tua tak membimbing pengunaan teknologi pada anak sejak dini. Selain itu, anak generasi Alfa memiliki daya kreativitas tinggi, rasa toleransi yang tinggi, dan selalu ingin tampil berbeda.

Dilansir dari laman Gtkmadrasah.kemenag.go.id, pendidikan di Indonesia saat ini masih menggunakan kurikulum 2013 sebagai acuan.

Hal ini berarti kurikulum tersebut telah dirumuskan kurang lebih 6 hingga tahun yang lalu. Oleh karena itu, perlu adanya penyesuaian terhadap perkembangan teknologi yang saat ini tumbuh begitu pesat.

Perkembangan teknologi juga sangat mempengaruhi karakteristik dan cara pandang siswa di sekolah. Oleh karena itu, siswa menjadi lebih kritis dan tak gampang menerima sembarang informasi.

Penyesuaian diperlukan pada beberapa pelajaran tertentu yang sekarang sudah sangat terbantu dengan hadirnya teknologi, misalnya proses perhitungan yang sudah dimudahkan dengan munculnya kalkulator atau komputer.

Penggunaan internet juga tak boleh diabaikan dalam pengajaran terhadap siswa generasi Z dan Alfa.

Pembelajaran bagi generasi Z dan Alfa akan lebih efektif apabila difokuskan pada kontekstualisasi teori, sehingga akan lebih mudah bagi siswa untuk menerapkan teori dalam mata pelajaran pada kehidupan sehari-hari.

Kontekstualisasi juga mempermudah siswa untuk memahami materi-materi yang disajikan guru, karena siswa memiliki kesempatan untuk memproyeksikan teori dalam pelajaran.

Selain penyesuian dan kontektualisasi, pendidikan bagi siswa generasi Z dan Alfa perlu pula diimbangi dengan pengajaran keterampilan technical skill, conceptual skill dan interpersonal skill.

Technical skill merupakan kemampuan yang berkaitan dengan pemahaman dan penguasaan saat melakukan suatu tugas tertentu.

Conceptual skill merupakan kemampuan seseorang untuk dapat memahami dan menganalisis, berpikir kritis dan kreatif terdahap suatu situasi yang rumit dan kompleks.

Sedangkan interpersonal skill merupakan kemampuan seseorang berkomunikasi dengan orang lain.

Ketiga kemampuan ini sangat akan sangat bermanfaat bagi siswa untuk menyongsong dunia kerja di kemudian hari.

Peran guru di antara siswa generasi Z dan Alfa pun cukup menantang, karena guru mempengaruhi keberhasilan sebuah pendidikan serta menjadi contoh bagi anak didiknya. Guru dalam mengajar siswa generasi Z dan Alfa dituntut harus kreatif, mampu menerima perubahan, dan mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi dengan cara memahami metode belajar dan cara berpikir siswa sehingga tercipta hubungan yang selaras antara guru dan murid.

Tak hanya itu, guru pun juga diharuskan mampu membimbing siswa generasi Z dan Alfa agar tak hanya terampil dalam mata pelajaran, namun juga menuntun siswa agar memliki keterampilan soft skill yang mumpuni pula.

Baca juga artikel terkait GENERASI Z atau tulisan lainnya dari Budwining Anggraeni Tiyastuti

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Budwining Anggraeni Tiyastuti
Penulis: Budwining Anggraeni Tiyastuti
Editor: Yandri Daniel Damaledo