tirto.id - "Itu fitnah keji. Tidak benar," kata Ketua Bidang Politik DPP PKS Pipin Sopian saat dihubungi Tirto, Kamis (9/8/2018) pagi sekitar pukul 07.18 WIB. Pipin menerangkan ujaran Andi Arief hanya manuver yang merusak konsolidasi empat partai yaitu Gerindra, PKS, Demokrat dan PAN. PKS tetap optimis hubungan 4 partai koalisi pendukung Prabowo itu tetap solid. Pipin menerangkan, PKS akan tetap mendorong nama hasil Ijtima Ulama dalam rapat penentuan capres-cawapres bersama empat partai itu. Mereka akan mencari nama yang tepat sebagai pendamping Prabowo dalam pertemuan hari ini. Namun, PKS tidak menutup kemungkinan akan memproses ujaran Andi Arief ke ranah hukum apabila tidak ada klarifikasi resmi dari pihak terkait. "Kita akan duduk bareng, tapi atas fitnah 500M itu, jika [tuduhan] itu tidak ditarik, mungkin kami akan proses secara hukum," kata Pipin. Melalui akun Twitter, Andi Arief menyebut Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno setor Rp500 miliar kepada PKS, PAN, dan Gerindra. Uang tersebut sebagai mahar jatah cawapres pendamping Prabowo. Andi yang semalam juga hadir di rumah SBY menyebut Prabowo sebagai "Jenderal Kardus". Ia menuding mantan Danjen Kopassus lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Andi juga mengklaim Rp500 miliar yang disetor Sandiaga tersebut benar adanya. Meski demikian, Andi mengatakan menyambut maksud baik Prabowo yang dijadwalkan sambangi rumah SBY pada Kamis (9/8/2018) pagi. "Bagi kami pertemuan dua jenderal, Prabowo dan SBY, melegakan. Bisa memberi jalan keluar untuk Indonesia yang lebih baik dan tidak terjadi perselingkuhan," pungkas Andi. Pernyataan Andi tersebut membuat relasi Demokrat dan Gerindra renggang. Para kader Gerindra pun balik menyebut SBY sebagai "Jenderal Baper". Menanggapi kekisruhan itu, Ferdinand mengatakan SBY berusaha meredakan emosi para kader Demokrat. Hal itu pula yang dilakukan SBY dalam pertemuan dengan para petinggi Demokrat di rumahnya. Pertemuan itu digelar sejak Rabu (8/8/2018) pukul 20.00 dan selesai Kamis (9/8/2018) pukul 1.30. "Ketum terutama meredakan emosi para kader. Itu yang paling banyak. Tidak boleh emosional segala macam," ujar Ferdinand.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Zen RS