Menuju konten utama

Pilkada Jabar Hanya Milik Ridwan-Uu dan Deddy-Dedi

Dua kandidat ini punya elektabilitas jauh mengungguli pasangan Asyik dan Hasanah. Mesin partai tak terlalu berpengaruh dalam Pilkada Jabar.

Pilkada Jabar Hanya Milik Ridwan-Uu dan Deddy-Dedi
Debat Publik Putaran Kedua Pillgub Jabar 2018 di Balairung Universitas Indonesia, Depok, Senin (14/5/2018 ). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

tirto.id - Pemilihan Kepala Jawa Barat (Pilkada Jabar) 2018 diprediksi jadi milik pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruhzanul Ulum dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi. Dua pasangan itu diunggulkan menjadi pemenang dalam pertarungan elektoral yang diikuti empat pasangan calon tersebut.

Prediksi itu dikatakan Direktur Eksekutif lembaga Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi lantaran jauhnya jarak elektabilitas dua pasang calon ini dengan calon lain yakni Sudrajat-Ahmad Syaikhu serta TB Hasanuddin-Anton Charliyan.

Selisih elektabilitas yang tinggi terlihat dari beberapa hasil survei. Terakhir, survei Indikator yang dilakukan pada Maret-Mei 2018 menegaskan jurang tingkat keterpilihan itu.

Pasangan Rindu tercatat mendapat elektabilitas 40,9 persen dalam survei Indikator. Mereka unggul atas pasangan 2DM yang mendapat 35,6 persen dukungan, Sudrajat-Ahmad Syaikhu 5,3 persen dan TB Hasanuddin-Anton Charliyan 2,7 persen.

Hasil survei itu tak berbeda jauh dengan kegiatan serupa yang diadakan Litbang Kompas serta lembaga survei lain. Dalam hasil survei Kompas yang dilakukan Mei lalu, pasangan Rindu meraih elektabilitas 40,4 persen mengungguli 2DM (39,1 persen), Sudrajat-Syaikhu (11,4 persen), dan TB Hasanuddin-Anton Charliyan (4,1 persen).

“Kesimpulan ini menunjukkan pertarungan yang sangat ketat antara dua pasangan ini [Rindu dan 2DM], dan menunjukkan dua pasangan lain kurang kompetitif,” ujar Burhanuddin di kantornya, Rabu (6/6/2018).

Kunci Pilkada: Popularitas Figur

Menurut Burhanuddin, fenomena keunggulan pasangan Rindu dan 2DM atas Sudrajat-Syaikhu (Asyik) serta TB Hasanuddin-Anton Charliyan (Hasanah) muncul karena perbedaan popularitas antarkandidat.

Survei Indikator menunjukkan popularitas Deddy Mizwar mencapai 89,5 persen, diikuti Ridwan Kamil dengan angka 78,4 persen. Cagub Jawa Barat yang paling tidak populer adalah TB Hasanuddin (24,4 persen). Popularitas politikus PDI Perjuangan itu masih kalah dari Sudrajat, yakni 26,8 persen.

Indikator menilai faktor popularitas menjadi kunci dalam pilkada. Burhanuddin bahkan berkata, setiap kandidat yang tingkat keterkenalannya di bawah 50 persen akan sulit memenangkan suara.

“[popularitas] kunci di mana-mana. Jadi secara voting behaviour, orang tak mungkin memilih kalau tak kenal. Itu syarat elementer dalam pemilu langsung. Kita tak mungkin memenangi pemilu jika keterkenalannya di bawah 50 persen, seperti yang dialami Sudjarat maupun TB Hasanuddin,” ujar Burhanuddin.

Dalam konteks Pilkada Jawa Barat, ada keunikan jika melihat aspek popularitas dan elektabilitas kandidat. Deddy yang lebih dikenal masyarakat Jawa Barat justru elektabilitasnya di bawah Ridwan Kamil dalam survei Indikator.

Burhanuddin berkata itu lantaran tingkat kesukaan masyarakat terhadap Ridwan Kamil lebih tinggi dibanding Deddy. Meski lebih dikenal warga, Deddy hanya disukai 83,4 persen orang yang kenal dirinya. Sementara, Ridwan Kamil disukai 87,8 persen orang yang kenal dirinya.

Infografik Simulasi pilkada jabar

Mesin Partai Tidak Penting

Burhanuddin juga menyebut faktor mesin parpol tak berpengaruh signifikan dalam upaya meraup dukungan dalam pilkada. Pendapat itu didukung hasil survei lembaganya.

Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa pemilih dalam pilkada Jawa Barat 2018 memiliki ikatan rendah terhadap parpol. Hanya ada 9,4 persen responden yang mengaku merasa dekat dengan parpol.

“Ini menjelaskan kenapa TB Hasanuddin didukung partai besar, namun kurang terlihat kompetitif. Jadi itu analisis kami [...] Karena itu di pilkada faktor figur lebih berpengaruh dibanding parpol,” ujarnya.

Dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah itu membandingkan kondisi Pilkada Jawa Barat dengan DKI Jakarta pada 2017. Saat itu, menurut Burhanuddin, semua figur kandidat di Pilkada DKI dikenal warga dengan cukup baik.

Popularitas tiga kandidat di Pilkada DKI tinggi karena ada dukungan media massa yang memuat banyak berita tentang pesta demokrasi di sana. Selain itu, masing-masing kandidat bisa ditingkatkan popuplaritasnya karena wilayah DKI Jakarta lebih kecil dibanding Jawa Barat.

“Termasuk tingkat pendidikan dan pendapatan warga Jakarta jauh lebih baik ketimbang Jawa Barat, itu berpengaruh. Terakhir, geoografi Jakarta lebih compact dan mudah dijangkau ketimbang Jawa Barat. Kalau calon yang diusung tak populer tentu sulit menaikkan popularitas secara masif di populasi pemilih yang 3x lipat lebih dibanding Jakarta,” ujar Burhanuddin.

Kota vs Desa Jadi Tempat Persaingan Rindu dan 2DM

Pasangan Rindu dan 2DM pun masih harus mengamankan suara di masing-masing daerah pemilihan (dapil) jelang waktu pemilihan tiba, 27 Juni 2018. Dalam diskusi usai pemaparan hasil survei Indikator, terungkap pasangan Rindu dan 2DM memiliki lumbung suara yang berbeda.

Ketua Tim Pemenangan Rindu Saan Mustopa mengakui kandidatnya lebih unggul di daerah-daerah perkotaan. Sementara 2DM mendapat banyak suara di kawasan pedesaan.

Saan berkata, jelang hari pemilihan timnya akan fokus mengamankan suara di dapil yang kurang tergarap pasangan Rindu. Daerah-daerah yang dimaksud adalah Kabupaten Bogor, Karawang, Purwakarta, dan Bekasi.

“Itu, kan, unggul [di daerah tersebut], tapi masih relatif. Itu akan dimaksimalkan. Kedua, fokus di daerah yang kalah [supaya] kalaupun tertinggal tak terlalu jauh jaraknya,” ujar Saan kepada Tirto.

Untuk meraup dukungan di desa, Saan mengklaim timnya akan turun langsung menemui masyarakat. Selain itu, Ridwan Kamil dan Uu juga akan lebih intensif berkampanye ke kawasan pedesaan hingga masa tenang tiba.

Pada kesempatan terpisah, Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengungkap keyakinannya bahwa pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi akan menjadi pemenang pilkada.

Ia berkata, kampanye untuk meraup lebih banyak dukungan akan semakin intensif dilakukan pasca Hari Raya Idul Fitri. Pasangan itu disebut akan mengedepankan pendekatan budaya untuk meraup lebih banyak suara dari masyarakat Jawa Barat.

“Kekhasan Demiz dan Demul yang melakukan pendekatan bahasa budaya Jawa Barat ini membuat kami optimis. Karena cara itu yang mendekatkan masyarakat [...] Kami maksimalkan menjelang lebaran dan setelah lebaran [untuk kampanye]. Pendekatan budaya lewat halalbihalal, semoga masyarakat akan lebih yakin kepada 2DM. Kompetitor utama kami adalah Rindu, bukan yang lain,” ujar Ace.

Baca juga artikel terkait PILGUB JABAR 2018 atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Politik
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Mufti Sholih